PRESIDEN Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengunjungi Indonesia, Selasa dan Rabu (11-12/2). Apa makna di balik kunjungan itu?
Ada yang seperti ‘mendadak’ dalam kunjungan Erdogan ke Indonesia. Dan bukan hanya ke Indonesia, presiden usia 70 tahun ini juga mengunjungi Malaysia dan Pakistan.
Kalau diurut: Malaysia, Indonesia, Pakistan; bisa ditafsirkan bahwa yang dikunjungi Erdogan adalah negara-negara Asia, mayoritas Islam, dan memiliki ‘kekuatan’.
Malaysia mungkin karena kekuatan finansialnya, Pakistan karena kekuatan persenjataannya; dan Indonesia karena kekuatan demografisnya: negeri muslim terbesar di dunia.
Apa pemicu yang menjadikan kunjungan Erdogan menjadi seperti mendadak? Tak lain dan tak bukan adalah karena tingkah pola Donald Trump bersama Netanyahu, dua pekan terakhir ini.
Kenapa bukan Arab yang dikunjungi Erdogan? Hal ini karena sudah menjadi rahasia umum kalau negara-negara Arab berada dalam ‘genggaman’ Amerika dan Israel.
Dengan kata lain, Erdogan berharap Malaysia, Indonesia, dan Pakistan bisa mengambil peran yang lebih besar dan progresif demi mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Namun begitu, ada gestur dari Erdogan yang lain dari yang lain saat mengunjungi Indonesia. Beberapa kali, ia memberikan sebuah isyarat melalui gerakan tangan kanannya. Ia meletakkan tangan kanannya di mulut, dahi, dan akhirnya di dada sebelah kirinya.
Apa makna gestur itu? Seolah Erdogan ingin mengatakan bahwa Indonesia selalu ada dalam lisannya, pikirannya, dan akhirnya di hatinya.
Indonesia lebih dari sekadar negara sahabat bagi Erdogan. Melainkan juga seperti saudara yang sangat ia cintai dan banggakan.
Dan apa yang diperlihatkan Presiden Prabowo selama menerima kunjungan itu juga seirama dengan apa yang dirasakan Erdogan. Salah satunya, Prabowo mengungkapkan bahwa persahabatan Indonesia dan Turki sudah ratusan tahun sejak masa Kekhalifahan Usmani.
Rasanya, ada hikmah di balik kedegilan Trump terhadap rakyat Palestina khususnya Gaza. Yaitu, bersatunya hati-hati saudara seiman yang sudah lama terpisah karena kepentingan masing-masing.
Ini hanya langkah ‘pembuka’ Erdogan untuk Malaysia, Indonesia, dan Pakistan. Langkah selanjutnya tentu akan lebih kongkrit lagi.
Pertanyaannya, siapkah Indonesia menyambut langkah Erdogan itu seperti ungkapan cintanya pada Indonesia melalui bahasa isyarat. [Mh]