ChanelMuslim.com- Di tengah penggalakan vaksin, kontroversi vaksin Sinovac cukup mengganggu keseriusan publik. Pasalnya, sebagian besar vaksin di Indonesia dikabarkan jenis dari Sinovac.
Kontroversi terbaru muncul dari sebuah penelitian di Cina sendiri. Tepatnya, di provinsi Jiangsu. Para peneliti dari otoritas di provinsi tersebut termasuk dari Sinovac dan lembaga lain menunjukkan hasil yang mencengangkan.
Seperti dilansir laman Tempo.co, hasil penelitian itu menyatakan bahwa setelah enam bulan divaksin Sinovac dosis kedua, antibodi akan turun. Dan akan meningkat lagi jika ditambah dengan suntikan ketiga berupa Plasebo.
Kontroversi ini tergolong yang terakhir. Sebelumnya, setidaknya ada dua kontroversi lain. Yaitu, soal efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac yang lebih rendah dari jenis vaksin lain seperti Astrazeneca, Moderna, dan Pfizer.
Kontroversi lain juga soal harga. Sejumlah kalangan pernah mempertanyakan harga vaksin Sinovac yang jauh lebih mahal dari Astrazeneca. Padahal, efikasinya berada di bawah.
Namun begitu, juga dilaporkan bahwa selain Indonesia, lebih dari dua puluh negara menggunakan vaksin Sinovac. Antara lain, Azarbaijan, Cambodia, Bangladesh, Chile, Columbia, Ecuador, dan Georgia.
Terakhir, juga muncul pertanyaan publik soal keampuhan vaksin Sinovac terhadap covid varian Delta. Karena sejumlah warga yang telah divaksin jenis ini tetap mengalami infeksi yang diduga dari varian Delta.
Menjawab itu, seperti dilansir bisnis.com, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan bahwa ada dua merek vaksin yang terbukti dapat melawan varian Delta. Dan dua merek vaksin itu bukan Sinovac.
Baca Juga: Vaksin Zififax, Efikasi yang Capai 100 Persen untuk Varian Gamma
Lagi, Kontroversi Vaksin Sinovac
Sebenarnya, publik juga mempertanyakan kenapa pemerintah tidak menggunakan vaksin produk anak bangsa. Antara lain vaksin yang diproduksi oleh mantan Menkes Terawan dengan nama vaksin Nusantara.
Bagi masyarakat Indonesia umumnya, boleh jadi, soal merek dan kemanjuran tidak begitu menjadi perhatian utama. Yang penting, sudah divaksin. Apa pun mereknya dan bagaimana pun tingkat kemanjurannya.
Salah satu provinsi yang vaksinasinya sudah di atas 50 persen dari jumlah penduduk adalah DKI Jakarta. Mungkin ketersediaan vaksin di ibu kota ini memang lebih memadai dari provinsi lainnya.
Seperti dikabarkan sejumlah media, Gubernur Anies Baswedan tetap menyerukan warganya melakukan vaksin meskipun dengan jenis Sinovac.
Menurutnya, setidaknya masyarakat yang sudah divaksin tidak mengalami tingkat sakit yang berat jika terkena jenis covid varian baru. [Mh]