ISLAM tidak identik dengan Arab. Meskipun, Arab identik dengan Islam.
Islam memang diturunkan melalui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang orang Arab. Al-Qur’an dengan bahasa Arab. Begitu pun dengan hadis Nabi, para teladan generasi awal, dan ulama ahlus sunnah. Semua menyatu dengan dunia Arab.
Namun, Islam tidak identik dengan Arab. Karena Islam diturunkan Allah subhanahu wata’ala untuk umat manusia seluruhnya. Bukan hanya orang Arab.
Karena berkah Islam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para salafus soleh, Arab bisa dibilang identik dengan Islam. Hampir seratus persen agama mereka Islam.
Arab menjadi sentral penyebaran Islam. Semua ulama negeri mana pun termasuk para cendekiawan di tanah air kita belajar Islam di Arab. Yaitu, Arab Saudi dan sekitarnya.
Baru di sekitar abad ke-19, mereka belajar ke Mesir, Yaman, Irak, Suriah, Maroko, Libia, dan Pakistan. Ciri Islam di berbagai negeri tidak lagi identik dengan Arab Saudi dan sekitarnya. Melainkan, mengikuti lokasi sumber ilmu di mana mereka belajar.
Namun, tetap tidak keluar dari Bahasa Arab yang menjadi sarana memahami Islam. Tanpa memahami bahasa Arab, sulit rasanya bisa memahami Islam dengan benar.
Kini, sepertinya musuh-musuh Islam memahami betul tentang persoalan ini. Yaitu, dunia Arab yang menjadi sentral sekaligus diidentikkan dengan Islam. Apa yang datang dari Arab seolah itulah Islam.
Perubahan dunia Arab begitu drastis. Hal ini sejak Arab tergiring menjadi kawasan baru yang kaya raya.
Sepertinya, ada upaya sistematis menjadikan Arab sebagai kawasan yang ‘bebas nilai’. Bahwa, Arab tidak selalu identik dengan Islam.
Contoh, Uni Emirat Arab yang sudah membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Wisata dunia sepertinya sedang digeser dari Eropa ke Arab lengkap dengan glamour dan hedonismenya.
Sebentar lagi, pusat judi dunia tidak lagi di Las Vegas Amerika. Melainkan di Uni Emirat Arab. Dan akan mengikuti setelah judi adalah pelacuran dan dunia malamnya.
Arab Saudi juga sudah membuka bioskop, konser musik dunia, pesta-pesta seperti hallowen, penghapusan batas pria dan wanita, dan lainnya.
Qatar yang selama ini dikenal sebagai negeri ulama dan gerakan Islamnya, juga tak lama lagi akan berubah drastis. Hal ini seiring dengan piala dunia sepak bola yang akan berlangsung di negeri Yusuf Qardhawi ini.
Bayangkan, penonton yang akan datang dari berbagai penjuru dunia jumlahnya diperkirakan hampir separuh dari jumlah penduduk Qatar yang tidak sampai tiga juta.
Mereka akan datang bersama dengan budaya, hobi, dan segala hedonismenya. Entah apa yang akan terjadi dengan Qatar pasca akulturasi budaya pasca piala dunia ini.
Miris memang. Arab justru mengalami perubahan wajah prinsip Islamnya di saat mereka berlimpah kemudahan dan kekayaan.
Cepat atau lambat, fenomena ini akan menjadi ujian besar untuk dunia Islam dalam memandang Arab dan Islam.
Jika mereka mengidentikkan Islam dengan Arab, maka Islam akan dianggap telah terkubur dalam hedonisme yang ingin ‘dijual’ musuh-musuh Islam melalui Arab.
Inilah masa di mana kiamat tinggal menghitung hari. Dan di masa ini pula, kita harus menebalkan istiqamah dan kesungguhan beribadah dan berdakwah. [Mh]