ChanelMuslim.com- Teror virus corona ternyata tidak berhenti di Wuhan dan Cina. Dalam tiga hari terakhir ini, virus corona bergerak mewabahi belahan dunia lain. Yang terbaru, wakil Menteri Kesehatan Iran positif terjangkit virus mematikan itu.
Dunia kini di bawah bayang-bayang teror virus corona. Lebih dari 2.600 orang tewas di Cina. Seperti gempa yang berpusat di negeri tirai bambo itu, guncangan wabah corona bergerak ke luar Cina. Dan kini, sudah mengancam dunia berada dalam krisis global.
Diberitakan, wakil Menteri Kesehatan Iran, Iraj Harirchi, positif terjangkit virus corona. Video Iraj yang terlihat sakit saat melakukan jumpa pers tentang corona begitu viral. Tercatat, Iran merupakan negara korban tewas terbesar kedua setelah Cina, yaitu 16 orang.
Kemarin, pemerintah Turki terpaksa melakukan karantina terhadap penumpang pesawat Turki yang mendarat dari Iran. Sedianya, pesawat akan mendarat di Istanbul. Tapi setelah ditemukan banyak penumpang dari Iran yang terjangkit corona, pesawat pun dialihkan mendarat di Angkara.
Ketakutan terhadap corona kini juga dihinggapi masyarakat Korea. Setidaknya, sudah 900 orang di Korea yang positif corona. Pertokoan dan tempat-tempat publik di negeri ginseng itu pun sepi pengunjung. Orang takut keluar rumah karena khawatir tertular.
Yang juga tidak kalah parahnya adalah apa yang terjadi di Italia. Inilah negara Eropa terbesar yang terjangkit virus corona. Setidaknya, sudah 11 orang dilaporkan tewas di Italia karena corona.
Dampak ketakutan itu, warga Italia secara masal memborong barang kebutuhan pokok di toko dan super market. Akibatnya, terjadi krisis stok bahan makanan di pertokoan di Italia. Mereka khawatir, kalau apa yang terjadi di Cina seperti penutupan tempat-tempat umum juga terjadi di Italia. Panic buying seperti di Italia ini dikabarkan juga merebak ke negara-negara lain, seperti Singapura, Korea, dan lainnya.
Ditelisik dari segi dampaknya, wabah corona 3 kali lebih parah dari wabah virus Sars yang juga bermula di Cina pada 17 tahun lalu. Kalau Sars tercatat korban tewas sebanyak 800 orang, saat ini sudah lebih dari 2.600 orang tewas karena corona di Cina.
Pada kasus wabah Sars, kerugian dunia ditaksir sekitar 30 milyar dolar Amerika. Jika mengikuti penghitungan menurut korban tewas yang sudah melampaui 3 kalinya, kerugian dunia bisa melampaui angka 90 milyar dolar.
Kalkulasi ini memang masih sangat kasar. Namun saat ini, krisis ekonomi dunia sudah mulai tampak di depan mata. Mulai dari krisis pariwisata, transportasi udara, ekspor dan impor produk makanan dan non makanan, tenaga kerja yang mengalami phk massal, tutup massalnya gerai-gerai toko di sejumlah negara, dan masih banyak lagi sektor bisnis lain yang ikut terbawa arus dampak corona.
Terakhir, Cina mengkhawatirkan penyebaran virus corona juga melalui uang kertas di negaranya. Kebijakan baru pun dikeluarkan pemerintah, yaitu mensterilkan uang kertas yang beredar di masyarakat. Sterilisasi dengan cara memanaskan ini bisa memakan waktu sedikitnya 7 hari.
Rusia sudah mengeluarkan kebijakan baru tentang kunjungan warga Cina ke negaranya. Mulai tanggal 20 Februari lalu, Rusia sudah melarang semua warga Cina datang ke sana.
Amerika pun memperketat kunjungan warga dari luar negeri. Pemerintah yang dipimpin Donald Trump ini tidak lagi percaya dengan pendeteksi suhu tubuh yang biasa digunakan di hampir semua bandara internasional. Entah dengan alat apalagi Amerika akan melakukan pengawasan ketat terhadap warga dunia yang berkunjung kesana.
Bagaimana dengan Indonesia? Pasca sukses karantina terhadap 243 WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Cina, persoalan virus mematikan itu ternyata tidak langsung usai. Dikabarkan, sebanyak 9 dari 78 WNI yang bekerja di kapal Diamond Princess milik Inggris, positif terjangkit virus corona.
Tentunya, semua warga Indonesia itu akan dipulangkan Indonesia. Sejumlah skenario kebijakan karantina sudah disiapkan pemerintah. Tapi masalahnya, karantina yang ini jauh lebih kompleks. Hal tersebut karena sudah ada beberapa yang sudah positif.
Di luar itu, interaksi atau saling mengunjungi warga Indonesia dan Cina selama ini memang sudah sangat lazim. Kunjungan warga Cina ke Indonesia tercatat bukan hanya sebagai wisatawan, tapi juga ke sektor lain yang lebih luas. Misalnya, tenaga kerja, bisnis, bahkan tidak sedikit warga Cina yang memiliki hubungan keluarga dengan warga Indonesia keturunan.
Apakah pengawasan di pintu masuk bandara Indonesia seketat Turki yang berhasil menjaring penumpang di armada pesawatnya karena terjangkit corona? Atau seketat pemerintah Jepang yang berhasil mendeteksi wabah corona di kapal Diamond Princess saat akan berlabuh di Yokohama?
Semoga kekhawatiran luar biasa dunia ini tidak selanjutnya menjadi terjangkiti di tanah air. Namun, kita tidak bisa mengelak dari fakta, bahwa dunia sedang berada dalam bayang-bayang teror virus corona. Dan itu juga, cepat atau lambat, akan menjadi urusan Indonesia. (Mh)