SRI LANKA terus menjadi sorotan dunia. Bukan karena prestasinya, justru karena keadaannya di saat masa kebangkrutan.
Pasca lengser dan kaburnya duo Rajapaksa yang menjabat sebagai presiden dan perdana mentri, keadaan Sri Lanka kian parah.
Inflasi sudah hampir pada angka seratus persen. Nyaris, tak ada lagi fasilitas negara yang bisa menetes kepada rakyatnya. Mulai dari listrik, gas dan BBM, serta ketersediaan bahan pokok secara murah.
Keadaan ini diperparah dengan hilangnya lapangan kerja yang sebelumnya mereka peroleh. Sebagian besar perusahaan bangkrut. Yang tersisa hanya sektor informal seperti nelayan, pertanian, dan buruh kasar.
Ada satu fenomena yang sangat memprihatinkan terjadi di kalangan para wanita di sana. Dikabarkan, mereka beramai-ramai terpaksa ‘menjual diri’ demi bisa memperoleh makanan dan obat.
Hitung-hitungan ekonominya begitu sederhana. Ketika mereka bekerja sebagai buruh, upah per bulan yang mereka dapatkan setara dengan 1,4 juta rupiah.
Sementara, ketika mereka beralih profesi dengan ‘menjual diri’ penghasilan yang diperoleh sekitar 600 ribu untuk satu hari. Atau, bekerja ‘menjual diri’ selama tiga hari lebih besar dari penghasilan bekerja selama satu bulan.
Sungguh sebuah fenomena yang begitu memprihatinkan. Mereka lupa bahwa kerugian diri yang akan terkorbankan jauh lebih besar dari apa yang mereka dapatkan dari penghasilan ‘kotor’ itu.
Negara dengan penduduk 22 juta jiwa ini adalah korban dari pemerintahan yang ‘main-main’ dengan jebakan utang Cina.
Keadaan diperparah dengan resesi global yang melanda sejumlah negara besar yang berefek kepada Sri Lanka. Antara lain, krisis pangan dan energi di Eropa sebagai imbas dari perang Rusia Ukraina.
Sri Lanka dinyatakan sebagai negara yang tidak lagi mampu membayar cicilan utang mereka. Sejumlah aset penting negara pun disita oleh Cina.
Analisis memperkirakan bahwa Sri Lanka bukan yang terakhir dari negara-negara yang akan jatuh dalam jebakan utang Cina. Setidaknya, diperkirakan, akan ada enam negara lain di Asia yang akan mengalami nasib yang sama.
Semoga saja hal ini tidak pernah terjadi di negeri kita. [Mh]