NAMANYA Affan Kurniawan. Lahir di Bandar Lampung, 18 Juli 2004. Pengemudi ojek online ini dikabarkan selesai mengantarkan pesanan makanan ke pelanggan di kawasan Benhil, Jakarta Pusat. Tak jauh dari lokasi aksi massa di Gedung DPR RI, 28 Agustus 2025.
Tampaknya, anak nomor dua dari tiga bersaudara itu terjebak dalam kerumunan massa yang dipukul mundur aparat dari kawasan depan DPR. Lokasi kawasan Benhil berada di seberangnya.
Sekita jam 8-an malam, kerumunan massa tampak kocar-kacir di tepian jalan Penjernihan I Benhil. Sebuah kendaraan perintis polisi seperti sedang menghalau massa.
Namun, Affan bernasib malang. Ia tertabrak kendaraan polisi itu. Entah bagaimana peristiwanya, Affan yang masih mengenakan jaket ojol tampak dalam video yang beredar sudah berada di bawah mobil.
Video itu pun tersebar melalui medsos, dan viral hanya dalam bilangan jam.
Reaksi Keluarga Affan
Kamis malam itu juga, warga membawa Affan ke RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Malam itu, Affan dikabarkan meninggal dunia.
Kabar itu diterima keluarga yang tinggal di rumah kontrakan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tentu saja, seluruh keluarganya histeris dan bersedih. Duka keluarga Affan sontak menjadi duka begitu banyak orang.
Namun begitu, keluarga mengikhlaskan kepergian putra kedua yang juga menjadi tulang punggung keluarga.
“Kami sudah mengikhlaskan Affan,” ucap salah seorang keluarga Affan yang dituakan. Bapak usia sekitar lima puluhan itu kepada wartawan juga menceritakan kalau Affan anaknya penakut. Jadi, hampir tak mungkin kalau ia ikutan demo.
Presiden dan Kapolri Bereaksi
Kabar kematian Affan menjadi begitu heboh. Sosok pemuda berperawakan kurus itu seolah seperti menggetarkan jagat perpolitikan nasional.
Tidak tanggung-tanggung, Presiden Prabowo Subianto bereaksi dan menyampaikan pernyataan belasungkawa. Pernyataan itu disampaikan secara khusus melalui siaran Sekretariat Negara.
Selain ungkapan ikut berduka cita, Presiden juga menegaskan akan menindak aparat yang diduga melakukan kesalahan.
Merasa belum cukup hanya melalui siaran televisi, Presiden bahkan menyempatkan diri untuk menyambangi kediaman almarhum keluarga Affan di dalam gang sempit di Menteng. Sekitar jam 10 malam, Presiden dan rombongan tiba di rumah duka. Keluarga menyambut baik kehadiran Pak Presiden.
Begitu pun dengan Kapolri. Bahkan, Kapolri datang langsung menemui keluarga Affan untuk menyampaikan belasungkawa. Keluarga menerima baik kehadiran Kapolri.
Jumat pagi itu, keluarga Affan bukan hanya ‘disapa’ Presiden dan Kapolri. Begitu pun dengan Gubernur Jakarta, Pramono Anung. Pramono bahkan datang langsung ke rumah duka dan ikut mendoakan almarhum. Kehadiran Pak Gubernur juga disambut baik keluarga.
Anies Baswedan Ikut Menyolatkan dan Memakamkan Almarhum
Selain para pejabat tinggi, mantan Gubernur DKI, Anies Baswedan pun ikut hadir di rumah duka. Anies tampak ikut menyolatkan. Bahkan, bersama konvoi pengemudi ojol, Anies ikut memakamkan almarhum di pemakaman Karet Bivak, Jakarta Pusat.
Masih dalam prosesi pemakaman, Anies menyampaikan nasihat akhir yang dihadiri keluarga dan rekan-rekan pengemudi ojol dan wartawan.
“Insya Allah, almarhum meninggal dalam husnul khatimah!” ucap Anies yang diaminkan hadirin.
Dalam kesempatan itu, Anies juga mengajak rekan-rekan ojol dan warga untuk menjaga suasana Jakarta yang damai.
Simbol Ketidakadilan
Meski para pejabat dan tokoh masyarakat sudah berusaha sekuat tenaga untuk meredam amarah massa, kematian Affan seperti martir yang menyulut api rasa ketidakadilan.
Massa di sejumlah kota melakukan unjuk rasa pada Jumat, hari di mana Affan dimakamkan. Mulai di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Makassar, dan Surabaya. Sasaran aksi yang mereka tuju adalah markas polisi daerah dan kantor DPRD.
Kali ini, mereka seperti tidak sedang menyampaikan aspirasi. Melainkan menumpahkan kemarahan. Korban berikutnya pun berjatuhan tak terhindarkan. Dikabarkan, ada tiga ASN yang bertugas di DPRD Makassar tewas saat massa membakar gedung DPRD.
Rasanya, aksi menggugat ketidakadilan ini sudah cukup menjadi tamparan keras para penyelenggara negara. Mereka seperti meminta agar para pejabat bisa berubah untuk kembali berpihak kepada rakyat.
Jika teguran keras massa ini tidak memberikan dampak perubahan yang berarti, boleh jadi, akan bergulir lagi aksi yang tidak kita inginkan bersama. Semoga ada perubahan baik untuk bangsa ini. [Mh]