Chanelmuslim.com – Sepekan ini berita-berita di media diwarnai dengan berita sampah Jakarta yang pengelolaannya masih menimbulkan masalah.
Tempo.co menuliskan bahwa sudah hampir tiga hari, pengangkutan sampah Jakarta terhambat akibat dihadang di Bekasi dan Cibinong. Hal itu menyebabkan ribuan ton sampah menumpuk di dalam kota.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan hingga hari ini pengangkutan sampah belum normal. “Meski sampah sudah mulai bisa diangkut lagi,” kata Isnawa di Balai Kota Kamis 5 November 2015.
CNNIndonesia menyoroti pendapat Fahira Idris anggota Dewan Perwakilan Daerah asal DKI Jakarta Fahira Idris, persoalan utama sampah di Jakarta adalah volume yang terlalu banyak.
“Dampak terbesar dari volume sampah yang terus membesar, tentunya persoalan lingkungan hidup, yang ujungnya penolakan masyarakat sekitar TPST,” kata Fahira dalam keterangan tertulisnya.
Ahok selaku Gubernur belum punya terobosan apapun soal sampah. Karena itu, DKI Jakarta masih begitu tergantung dengan Bantargebang.
Sementara itu, di Indonesia ini ada kota yang memiliki pengelolaan sampah yang sudah cukup baik yaitu Surabaya. Pemkot Surabaya bahkan dapat berhemat Rp2 miliar per tahun melalui program pengelolahan sampah organik menjadi pupuk di rumah kompos milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya Chalid Bukhori mengatakan Kota Surabaya dikenal memiliki berbagai banyak ruang terbuka hijau (RTH) baik yang berada di pusat kota, maupun di kawasan padat penduduk.
“Tentu saja RTH tersebut perlu mendapat perlakuan khusus, seperti penyiraman setiap hari, perampingan ranting, serta pemupukan,” kata Chalid Buchari seperti dilansir DetikNews.
Dalam perawatan tanah dan tanaman, lanjut dia, setiap hari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya melakukan pemupukan mulai dari taman kota, hingga jalur hijau.
Menurut dia, untuk pemupukan selama ini menggunakan dua jenis pupuk hasil olahan dari rumah kompos milik DKP Surabaya. Pupuk itu mendukung kesuburan mulai tanah taman kota, jalur hijau, dan tanah yang ada di perkampungan milik warga.
“Pupuk kompos baik padat dan cair, setiap harinya didapat dari limbah pasar melalui mobil compactor, kemudian dipilah di Superdepo Sutorejo, dan sampah oraganiknya dijadikan pupuk di rumah kompos. Sedangkan sampah unorganiknya beberapa diolah di bank sampah,” katanya.
Chalid Buchari menambahkan melalui pemilahan limbah pembuangan di Superdepo Sutorejo, dan pengolahan sampah organik di rumah kompos. Bank sampah bisa mendapat keuntungan antara 150-200 juta per bulan, pasar bisa menghemat biaya operasional terkait limbah hingga 50 persen, dan karena limbah tidak masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Keputih, DKP sendiri mampu menghemat hingga Rp2 miliar per tahun.
“Dari pengolahan limbah organik, perharinya DKP mampu menghasilkan 1.000 liter pupuk kompos cair, dan 15 meter kubik pupuk kompos padat. Hal ini menyebabkan kesuburan tanah dan taman tetap bisa dijaga setiap harinya, dan tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun untuk pembelian pupuk,” katanya.
Surabaya menjadi salah satu kota di Indonesia yang dinilai mampu mengelola sampah dengan baik, melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Tidak hanya itu, Program 3R dinilai telah menjadi landasan upaya pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat, dalam rangka mengurangi sampah dan mengambil nilai ekonomis dari sampah.
Hal ini menjadikan Surabaya salah satu contoh kota yang masyarakatnya berhasil mengelola sampah, sehingga menjadi role model negara-negara di Asia Pasifik. Melalui sejumlah keberhasilan di bidang kebersihan yang berhasil diraih, Surabaya menjadi tuan rumah Forum Regional 3R atau The 5th Regional 3R Forum in Asia & The Pacific bertema Multilayer Partnership & Coalitions as the Basic for 3R’s Promotion in Asia & The Pacific, yang digelar di Hotel Shangri-La Surabaya, pada tahun 2014 lalu.
Melihat keberhasilan Surabaya dalam mengelola sampah, mungkin Jakarta perlu mencontoh dan melakukan studi banding. [wn/tempo/cnnindonesia/detiknews/mongabay]