KASUS kriminal oleh warga kulit hitam menjadikan Inggris hingga Irlandia rusuh. Islam pun menjadi sasaran.
Inggris ternyata tidak seberadab yang digembar-gemborkan. Hanya karena isu kasus kriminal, umat Islam menjadi sasaran kemarahan. Masjid-masjid dirusak dan para imigran diungsikan.
Bermula dari Remaja Kulit Hitam
Bermula dari seorang remaja kulit hitam bernama Rudakubana, 17 tahun, yang tiba-tiba mengamuk ke sebuah sanggar tari anak di Southport, Inggris bagian barat.
Pelaku mengenakan jaket bertutup kepala warna hijau. Sebuah rekaman CCTV memperlihatkan remaja keturunan Rwanda ini awalnya tampak mondar-mandir di depan lokasi.
Tiba-tiba, pelaku masuk ke area sanggar tari yang dipenuhi anak-anak perempuan yang sedang belajar menari. Entah apa yang ada di kepalanya, pelaku menikam anak-anak di situ. Termasuk seorang wanita dewasa yang merupakan guru tari.
Dilaporkan, 10 orang menjadi korban. Dan 3 di antaranya dikabarkan tewas. Mereka yang tewas merupakan gadis berusia di bawah 10 tahun.
Pelaku pun kabur. Polisi melakukan pengejaran dan akhirnya berhasil menangkapnya. Sayangnya, polisi tidak segera melaporkan identitas pelaku ke publik. Hal ini karena hukum di sana tidak memperbolehkan polisi mengungkap identitas pelaku kriminal.
Provokator di Inggris Memfitnah Islam
Rekaman CCTV dan gencarnya provokasi oleh kelompok Islamofobia di Inggris memicu kerusuhan besar di sejumlah kota. Mulai dari asal lokasi kejadian di Southport, Manchester, Liverpool, hingga Belfast di Irlandia.
Penyebaran video dan provokasi dilakukan melalui sosial media. Dalam hitungan menit, informasi sesat menyebar ke seluruh Inggris. Dan, kerusuhan pun terjadi.
Isi provokasi kompak menyebut seorang remaja imigran muslim melakukan tindak terorisme dengan korban anak-anak perempuan kulit putih.
Tidak cukup dengan penyebaran di media sosial, ada kelompok bernama EDL atau English Defence League dan sebuah partai anti imigran melakukan pengrusakan. Mereka merusak masjid-masjid dan menyerang imigran yang identik dengan muslim.
Polisi Akhirnya Mengungkap Siapa Pelaku
Selain provokasi oleh Islamofobia, cepatnya kerusuhan di berbagai kota di Inggris adalah karena identitas pelaku tak diungkap polisi. Hal ini karena hukum di sana memang melarang polisi mengungkap identitas pelaku kriminal.
Hakim pun akhirnya mengambil keputusan darurat. Dan, membolehkan polisi mengungkap siapa pelaku sebenarnya.
Nama pelaku adalah Axel Rudakubana, 17 tahun, atau masih di bawah umur. Axel lahir di Whales dan merupakan warga Inggris keturunan Rwanda. Dia dan keluarganya bukan muslim, melainkan Kristen. Bahkan, keluarganya tergolong aktivis keagamaan.
Polisi pun mengungkap motif pelaku sehingga begitu brutal menyerang anak-anak yang sedang belajar menari. Dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama apa pun.
Axel ternyata punya hubungan ‘gelap’ dengan salah seorang ibu korban. Sang ibu korban memutus hubungan ‘gelap’ itu, yang akhirnya membuat pelaku kalap dan ingin balas dendam.
Nah, penikaman secara brutal itulah sebagai pelampiasan kemarahan Axel Rudakubana terhadap wanita yang memutusnya.
Kerusuhan pun Mereda
Setelah terungkapnya identitas pelaku dan motif kriminal yang dilakukannya, publik di Inggris akhirnya tersadar. Mereka marah hanya karena sebagai korban sebuah provokasi Islamofobia.
Mereka juga merasa malu karena telah memfitnah dan menyerang umat Islam di sana. Polisi akhirnya menangkap sejumlah pelaku kerusuhan.
Kota Southport sudah normal seperti sediakala. Warga sudah beraktivitas seperti biasa. Tapi, dua atau tiga polisi tampak masih berjaga di sejumlah masjid untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. [Mh]