ChanelMuslim.com – Warga Malaysia memilih cara yang tidak biasa untuk membantu menangani utang negara, yaitu menggalang dana dari orang per orang atau crowdfunding.
Perdana Menteri Malaysia yang baru, Mahathir Mohammad – yang secara mengejutkan memimpin oposisi mengalahkan pemerintah barisan Nasional, yang sudah berkuasa selama 40 tahun – menempatkan penanganan utang Malaysia sebagai prioritas.
Pria berusia 92 tahun, yang sebelumnya memerintah selama 22 tahun hingga 2003 lalu sebelum terpilih kembali Mei 2018, juga sudah mengungkapkan keyakinan bahwa sebagian uang yang lenyap akibat skandal korupsi 1MDB juga akan bisa dikembalikan untuk mengurangi bebang utang.
Saat ini utang negara diperkirakan sekitar satu triliun ringgit Malaysia (setara Rp3.482 triliun) atau sekitar sekitar 80% dari Produk Domestik Bruto, PDB, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Dan warga Malaysia sudah menyumbang sekitar delapan juga ringgit Malaysia hanya dalam waktu sehari sejak pemerintah mengumumkan penggalangan dana untuk menghimpun uang tunai.
Langkah pemerintah ini ditempuh setelah munculnya prakarsa pribadi dari seorang warga Malaysia berusia 27 tahun, Nik Shazarina Bakti, dengan Please Help Malaysia!.
Prakarsa Nik Shazarina Bakti itu berhasil mengumpulkan sekitar US$3.500 atau sekitar 13.938 ringgit.
Pemerintah kemudian menindaklanjuti prakarsa tersebut dengan jaminan transparansi dari Menteri Keuangan, Lim Guan Eng.
"Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan di kalangan rakyat atas posisi utang negara, ada tanda-tanda kesadaran dari rakyat untuk memberi dukungan kepada pemerintah."
Diberi nama Tabung Harapan Malaysia, pemerintah sudah mengumumkan nomor rekening dan bank yang akan menampung dana dengan sumbangan harus dalam mata uang ringgit.
"Rakyat secara sukarela ingin menyumbang pendapatan mereka kepada pemerintah untuk mengurangi beban," jelas Lim Guan Eng dalam pernyataannya.
Upaya yang ditempuh pemerintah Malaysia ini mengingatkan yang pernah dilakukan rakyat Korea Selatan tahun 1990-an, dengan antri berduyun-duyun untuk menyumbangkan barang-barang berharga, termasuk cincin kawin, guna membantu perekonomian negara dalam menghadapi krisis keuangan Asia.[ah/bbc]