PERANG Dunia Tiga (WW3) selalu menjadi momok akhir-akhir ini. Sebenarnya, perang itu sudah terjadi dengan area terbatas di Ukraina dan Rusia.
Saat ini, kekuatan dunia terpecah pada dua poros: poros Nato dan poros Rusia. Poros Nato terdiri dari negara-negara kekuatan militer Eropa: Inggris, Jerman, Prancis, dan lainnya plus Amerika. Sementara Poros Rusia terdiri dari Rusia, Cina, Iran, dan Korea Utara.
Begitu pun dengan sayap ekonominya. Dua poros itu juga ‘berperang’ di sayap ekonomi. Kontraksi ‘Tarif Trump’ merupakan pertarungan tersendiri antara Poros Barat dan Poros Rusia.
Sunnatullah di Militer Dunia
Dari masa ke masa, dunia selalu berada di antara dua kekuatan militer yang saling berhadapan. Sebelum kekuatan Kekhalifahan Islam menjadi salah satunya, pernah ada super power Romawi dan Persia.
Masa itu terjadi di saat zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sebelumnya. Di mana, selalu terjadi persaingan dan peperangan antara dua kekuatan itu. Bahkan tentang hal ini, Allah subhanahu wata’ala menurunkan Surah Ar-Rum yang artinya Bangsa Romawi.
Menariknya, hanya di kawasan Mekah dan Madinah, dua kekuatan itu tak tertarik ingin saling menguasai. Hal ini karena, terutama Mekah, merupakan negeri gersang yang tidak menjadi ‘lirikan’ menguntungkan untuk dikuasai.
Hikmahnya, Allah memelihara dua kawasan itu menjadi steril dari pengaruh negatif pertarungan dua adidaya.
Selanjutnya, ketika Persia tumbang oleh Kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, maka dua adidaya selanjutnya adalah Romawi dan Kekhalifahan Islam.
Kemudian ketika Romawi tumbang, muncul kekuatan adidaya baru yaitu Mongolia yang berhadapan dengan kekhalifahan Islam. Dan seterusnya, hingga tumbangnya kekhalifahan Islam terakhir yaitu Kekhalifahan Usmani yang berpusat di Turki.
WW3 di Perang Ukraina dan Rusia
Perang antara Ukraina dan Rusia sejak Februari 2022 sebenarnya bukan tentang antar dua negara itu. Melainkan antara Poros Nato dan Poros Rusia.
Memang, perang tidak keluar dari wilayah dua negara yang sama-sama berada di kawasan Eropa itu. Tapi, yang berpartisipasi bukan hanya dua negara itu. Melainkan antara Nato dan Poros Rusia: Rusia, Cina, Iran, dan Korea Utara.
Tidak lagi heran jika ditemukan prajurit yang ditahan atau tewas berasal dari luar dua negara itu. Ada dari AS, Inggris, Korea Utara, dan lainnya. Begitu pun dengan ‘perabotan’ perangnya.
Dengan kata lain, yang sebenarnya sedang berperang bukan Rusia dan Ukraina. Melainkan Nato dan Poros Rusia. Hanya saja, mereka berperang tidak menggunakan nuklir.
Ancaman Nuklir di WW3
Pada tahun 1987, dua adidaya yaitu AS dan Uni Sovyet atau Rusia saat ini menandatangani kesepakatan pembatasan persenjataan nuklir. Kesepakatan itu disebut INF atau Intermediate-range Nuclear Forces-Treaty.
Namun akhir-akhir ini, keduanya sudah saling mengabaikan INF tersebut. Sebelumnya AS melanggar terlebih dahulu dengan dalih Rusia sudah melakukan pelanggaran. Dan pada Selasa kemarin (5/8), Rusia ‘merobek’ INF setelah merasa terancam oleh pernyataan Trump yang mengirim kapal-kapal selam nuklir di perairan sekitar Rusia.
Kenyataannya, meski kedua adidaya ini selama ini terikat dengan INF, tapi uji coba dan ‘kreasi’ baru senjata nuklir tetap berlanjut. Terakhir, keduanya sudah memiliki rudal jelajah yang jangkauannya lebih dari 5 ribu kilometer.
Bahkan, ‘perabotan’ terbaru Rusia yang disebut R-36M merupakan rudal dengan jangkauan jelajah terjauh saat ini. Yaitu, mencapai 16 ribu kilometer, atau hampir tiga kali dari batas yang disebut INF: 5.500 kilometer.
Jangkauan ini sangat melampaui jarak antara Moskow dan Washington yang hanya sekitar 7 ribuan kilometer. Jarak Moskow ke London hanya 2.500 kilometer. Jarak Moskow ke Paris hanya 2.800 kilometer. Jarak Moskow ke Berlin hanya 1.800 kilometer.
Bayangkan jika rudal Rusia yang sudah melebihi kecepatan suara tersebut ditembakkan ke kota-kota itu. Waktu tempuhnya hanya dalam bilangan menit.
Rudal-rudal canggih tersebut kini sudah di’tempel’kan senjata nuklir atau hidrogen. Bahkan, Vladimir Putih berkali-kali menyebut bahwa rudal-rudalnya sudah diarahkan ke kota-kota besar di Eropa dan Amerika.
Itu hanya Rusia. Belum lagi kekuatan nuklir Cina, Korea Utara, dan Iran yang juga tidak bisa diremehkan. Rasanya, sulit membayangkan keadaan dunia jika hal itu benar-benar terjadi. Semoga itu tidak terjadi.
Bulan Agustus ini merupakan waktu yang paling sensitif bagi kedua poros. Hal ini karena belum ada harapan adanya perundingan damai, dan saling provokasi dua kekuatan itu sudah sangat rawan.
Kehancuran Total
Jika rudal-rudal nuklir saling ditembakkan, maka kehancurannya menjadi kehancuran total. Artinya, bukan hanya wilayah-wilayah yang berperang saja yang hancur, tapi juga seluruh kawasan dunia.
Memang, bumi tidak akan terbelah hanya karena nuklir-nuklir mereka. Tapi, udara yang terpolusi dari kimia berbahaya akan menumpuk di seluruh udara di bumi.
Ilmuwan memprediksi bahwa pencemaran dari polusi nuklir yang diledakkan akan menjadikan langit tertutup awan hitam selama puluhan tahun, bahkan seratus tahun.
Awan yang tercemar radio aktif dan kimia berbahaya itu jika ‘hinggap’ ke bumi akan merusak makhluk hidup dan lingkungan di bawahnya. ‘Hinggap’nya zat berbahaya itu bisa terjadi melalui hujan atau angin.
Akibatnya, banyak makhluk hidup akan mati terkena radiasi termasuk hewan dan tumbuhan. Tanah-tanah pun menjadi tak bisa ditanami, titisan air hujan menjadi mematikan, dan seterusnya.
Jadi, jangan bayangkan kalau negeri yang tidak ikutan perang akan menjadi aman-aman saja. Jangan pula membayangkan kalau kita akan bisa melihat ‘perang bintang’ seperti yang pernah terjadi antara Israel dan Iran beberapa waktu lalu.
Inilah fitnah akhir zaman yang begitu banyak hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkannya. Tapi, ini pula sunnatullah yang akan terjadi di luar kemampuan kita. [Mh]