PENYANGKALAN dan disinformasi terjadi seiring bertambahnya korban di Gaza.
Korban langsung di Gaza hampir mencapai 40.000 orang sejak Oktober lalu, dengan sedikitnya 10.000 warga Palestina masih dilaporkan hilang dan diduga tewas.
Sebuah artikel baru-baru ini di jurnal Lancet memperkirakan bahwa total korban di Gaza mungkin sudah mencapai 186.000 orang, jika skala konflik dan kematian tidak langsung dipertimbangkan.
Para penulis menggunakan aplikasi statistik standar berdasarkan studi zona konflikn untuk memberikan estimasi paling luas (dan konservatif) dari jumlah korban tewas sebenarnya.
Baca juga: Akankah Israel Menerima Resolusi Baru Gencatan Senjata PBB di Gaza?
Artikel tersebut menuai banyak kecaman dari mereka yang tidak memiliki latar belakang di bidang geografi, statistik, ilmu bencana, atau kesehatan masyarakat.
Media propaganda secara tidak masuk akal menyebut penelitian itu Fitnah Darah, dengan menggunakan tuduhan vamprisme terhadap orang Yahudi dari Abad Pertengahan untuk melabeli jurnal medis paling bergengsi di dunia itu sebagai anti-Semit, meskipun salah satu penulis utamanya duduk di dewan Institut Nasional Israel untuk Penelitian Kebijakan Kesehatan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Laporan kematian di Gaza telah menjadi sasaran serangan yang tidak berdasar sejak Israel mulai membombardir tahun lalu.
Serangan-serangan itu datang dari tingkat otoritas tertinggi di Amerika Serikat, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Zona konflik sering kali menghasilkan perkiraan jumlah kematian yang besar karena kerumitan yang melekat pada perang, yang telah dijadikan senjata untuk semakin mengaburkan biaya nyawa.
Mayat-mayat yang terperangkap di bawah reruntuhan di Gaza akan terus memburuk, dan tidak dapat dikenali lagi seiring berjalannya waktu.
Ribuan mayat akan ditemukan dalam keadaan hancur berkeping-keping jika memang ada yang ditemukan.
Penyangkalan dan Disinformasi Terjadi Seiring Bertambahnya Korban di Gaza
Mayat-mayat yang remuk akibat beban bangunan yang runtuh tidak meninggalkan banyak hal untuk dikenali, sebuah fakta yang sudah diketahui orang Amerika dari tragedi masa lalu kita sendiri.
Hampir 3.000 orang tewas dalam serangan teroris 11 September 2001, berdasarkan laporan tentang siapa saja yang berada di dalam gedung, siapa yang tidak pernah pulang, dan perkiraan penghuni Menara Kembar pada hari yang menentukan itu.
Meskipun perkiraan 3.000 sebagian besar tidak terbantahkan, hanya 1.649 yang telah diidentifikasi melalui pengujian DNA canggih pada fragmen tulang.
Dan itu dengan teknologi DNA terdepan di dunia dan pendanaan federal miliaran dolar.
Jumlah korban tewas tidak langsung mungkin lebih tinggi.
Perkiraan dari Program Kesehatan Pusat Perdagangan Dunia milik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dan Dana Kompensasi Korban menunjukkan hampir 4.000 klaim telah diajukan untuk korban terkait 9/11, termasuk orang-orang dengan kanker dan gangguan saluran pernapasan.[Sdz]