ChanelMuslim.com – Menempuh jarak hampir 45 kilometer dari kota Bandung dengan waktu tempuh sekitar 120 menit, tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Barat berkunjung ke Pesantren Ash Shalahuddin. Pesantren ini bertempat di Desa Sindang Kerta, Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Tepat saat memasuki area pesantren, terlihat gapura dengan tulisan pesantren enterpreuner.
Pesantren yang berdiri sejak 1956 tersebut mengusung pendidikan agama Islam serta kewirausahaan bagi para santri dan santriwatinya. Pimpinan pesantren Ustaz Asep menuturkan, para santri diajarkan memegang prinsip Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa kemiskinan dapat mendekatkan dengan kekufuran. Salah satu yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kemiskinan ialah dengan berniaga.
“Santri di sini diajarkan untuk berjualan. Salah satu produknya ialah makanan dari olahan ikan lele, mulai dari kerupuk, abon, hingga stik lele dengan harga 2-20 ribu rupiah,” ungkap Ustaz Asep.
Adi Saputra merupakan salah satu santri yang juga ikut belajar kewirausahaan dengan menjajakan produk olahan pesantren ke warga sekitar. Adi biasa menjajakan kerupuk lele dengan harga Rp2.000 per kemasan. Pendapatannya pun bisa mencapai Rp80.000 – Rp120.000 dalam sekali keliling.
Namun, tak jarang ia juga tidak mendapatkan pembeli sama sekali. “Kalau nggak laku ya sedih, tapi nggak apa-apa juga kan sambil belajar,” tutur Adi yang merupakan santri yatim di Pesantren Ash Shalahuddin.
Pesantren Ash Shalahuddin dihuni oleh santri dari kalangan keluarga perekonomian pra sejahtera dan yatim. Mereka belajar di pesantren secara gratis. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk pangan. Para santri bisa berjualan produk olahan lele. Cara ini juga menjadi salah satu materi belajar, apalagi pesantren melabeli diri sebagai pesantren enterpreuner.
“Tiap Senin sampai Jumat ada jadwal berjualan dari jam 2 siang sampai jam 5 sore, santri menjajakan olahan dari lele dengan cara berkeliling permukiman sekitar pesantren,” ungkap Asep.
Di dalam kompleks pesantren terdapat kolam-kolam tempat lele hidup. Bersama sekitar 57 santri dan 9 tenaga pengajar, mereka terlibat dalam produksi olahan lele bahkan sejak pemeliharaan di kolam. Nantinya semua pendapatan dari usaha lele ini digunakan untuk keperluan pesantren dan para santrinya.
Di hari Kamis itu juga (31/10), ACT memberikan satu ton beras untuk Pesantren Ash Shalahuddin. Beras ini merupakan kelanjutan dari program Beras untuk Santri Indonesia (BERISI) yang ACT luncurkan pada 22 Oktober 2019, lalu. Peluncuran BERISI bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Harapannya dengan adanya beras ini dapat membantu kebutuhan pangan santri.
“Semangat belajar para santri ini perlu dijaga, salah satu cara yang ACT lakukan dengan program BERISI,” ungkap Kepala Cabang ACT Jabar Renno Mahmoeddin.