PENANGKAPAN ilmuwan pro-Palestina oleh Prancis Memicu reaksi keras.
Dilansir dari trtworld, Burgat, seorang ilmuwan politik ternama yang mendukung perjuangan Gaza yang terkepung, ditahan atas tuduhan advokasi terorisme, kata pengacaranya pada hari Selasa (09/07/2024).
Organisasi Yahudi Eropa mengajukan pengaduan terhadap Burgat, seorang pakar dunia Arab dan Islamofobia, karena memposting ulang sebuah unggahan di X pada 2 Januari ini, kata Rafik Chekkat kepada Anadolu.
Burgat, 76, dibebaskan pada sore hari setelah penangkapannya, kata Chekkat di X, menyebut penangkapannya memalukan.
M’jid El Guerrab, mantan anggota parlemen Prancis, mengatakan kepada Anadolu bahwa orang-orang harus memobilisasi dan berbicara tentang penahanan dan pelecehan yang tidak dapat diterima ini.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Filsuf Joel Roman, mantan pemimpin redaksi majalah Esprit, menyebut gagasan menahan Burgat tidak masuk akal.
“Saya mengenalnya sedikit, dan dalam kasus apa pun Francois Burgat tidak dapat dicurigai sebagai pendukung terorisme,” katanya.
Vincent Geisser, direktur penelitian di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Paris, menyebut penangkapan itu memalukan dan menyebutnya seperti perburuan penyihir.
Mengutip 40 tahun pengabdian Burgat bagi Republik Prancis, Geisser meminta semua rekannya untuk mengungkapkan solidaritas individu atau kolektif mereka.
Baca juga: Menjadi Jurnalis Muslim, Menjadi Saksi yang Adil
Penangkapan Ilmuwan Pro-Palestina Oleh Prancis Memicu Reaksi Keras
Burgat telah secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Gaza dan mengatakan dalam sebuah posting di X awal tahun ini bahwa ia memiliki rasa hormat dan penghargaan yang jauh lebih besar terhadap para pemimpin Hamas dibandingkan para pemimpin negara Israel.
Ia juga mengkritik sikap Prancis terhadap Hamas, menyebutnya sebagai penyerahan diri kepada kebijakan AS dan Israel.
Geisser menyoroti empat dekade pengabdian ilmuwan politik tersebut kepada Republik Prancis dan mendesak semua koleganya untuk menunjukkan solidaritas mereka, baik secara individu maupun kolektif.
Perlu dicatat bahwa tokoh-tokoh terkemuka Perancis bulan lalu mendesak Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk secara resmi mengakui Negara Palestina guna membantu mengakhiri kekerasan yang sedang berlangsung di Gaza dan mendorong tindakan diplomatik.
Hal ini terjadi seiring genosida Zionis Israel terhadap warga Palestina di Gaza yang terus berlangsung, terus berlanjut, dan menewaskan lebih dari 38.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.[Sdz]