Mimpi untuk memiliki masjid agung di Marseille telah tertunda selama lebih dari dua dekade, setelah kelompok oposisi sayap kanan menentang berdirinya masjid dan kurangnya pendanaan pembangunan yang diperlukan bagi lebih dari 250.000 Muslim di kota terbesar kedua di Prancis tersebut.
“Aku ingin pergi ke Masjid Agung untuk shalat Jumat,” ujar Hakim, yang memiliki sebuah kafe di sebelah pasar loak dan pergi shalat ke masjid beberapa kali sehari, mengatakan kepada PRI Kamis 19 Februari lalu.
“Muslim di seluruh kota bisa berkumpul di sana, setidaknya sekali seminggu. Sejauh ini, meskipun, kami telah mendengar banyak pembicaraan, namun kami tidak melihat apa-apa.”
Masjid yang biasa tempat Hakim shalat terletak di lantai dua sebuah bekas gudang pelabuhan, terjepit di antara jalan raya pinggir laut dan pasar loak raksasa.
Pada hari Jumat, lebih dari 2.000 orang masuk kesana, mencoba untuk membuat ruang di mana pun mereka dapat menemukannya.
Kapasitas masjid jauh dari apa yang dibutuhkan untuk melayani sekitar 250.000 Muslim yang tinggal di Marseille.
“Beberapa orang bahkan harus shalat di jalan,” kata imam Harun Derbal. “Tapi setidaknya, kita punya sistem suara yang bagus.”
Muslim Marseille telah merencanakan untuk membangun sebuah masjid agung di bagian utara wilayah Saint-Louis Marseille.
Namun proyek ini terganggu oleh masalah sejak Walikota Marseille yang mengalokasikan area di sana untuk rumah jagal dan lapangan sekitarnya untuk organisasi pada tahun 2006.
Setelah disetujui, partai sayap kanan Front Nasional mengajukan gugatan mengklaim sewa murah yang ditawarkan oleh pemerintah kota melanggar hukum Prancis yang melarang dukungan negara kepada agama. Pengadilan mengabulkan gugatan, sehingga meningkatkan sewa dari $ 350 per bulan menjadi lebih dari $ 2.000.
Kemudian Front Nasional menyerang izin konstruksi. Namun, masalah yang paling mendesak adalah dukungan dana, karena organisasi Muslim di sana butuh dana sekitar 25 juta dolar untuk pembangunan masjid agung.[af/onislam]