MUSLIM di seluruh dunia berduka atas kematian penyanyi-penulis lagu Irlandia Sinéad O’Connor yang meninggal dunia pada Rabu (26/07/2023) malam di usia 56 tahun.
Penyanyi Irlandia yang membuat hits pada 1990-an itu masuk Islam pada 2018, mengubah namanya menjadi Shuhada ‘Davitt. Kematiannya terjadi setahun setelah kematian putranya yang berusia 17 tahun, Shane.
“Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un. Sedih dan kaget mendengar meninggalnya Suster Sinead O Connor. Semoga Allah memberinya ampunan dan surga. Ameen,” tulis Bristol Muslim Cultural Society (BMCS) di Facebook.
“Tolong doakan (doa) untuk saudari Sinead. Sebagian besar dari kita sebagai Muslim yang lahir beruntung bahwa jika kita meninggal kita akan memiliki kerabat Muslim yang akan mendoakan kita.
“Sinead sebagai seorang mualaf tidak akan memiliki kerabat Muslim untuk berdoa untuknya. Dalam ketidakhadiran mereka, kita harus berdoa untuknya.”
Mohammed Shafiq, seorang aktivis Muslim Inggris juga menulis di Twitter, “Benar-benar mengejutkan mendengar kematian #SineadOConnor pada usia 56 tahun.”
“Suara yang indah, berbakat dan berdedikasi untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dia menjadi seorang Muslim pada tahun 2018 dan dikenal sebagai Shuhada Sadaqat. Allah mengangkat derajatnya di Jannah dan memberikan keluarga kesabaran untuk menghadapi kehilangan ini.”
Baca juga: Anaknya Meninggal, Sinead O Connor: Berikan Doa untuk Putraku
Muslim Berduka atas Kematian Sinead O’Connor
Sinéad Marie Bernadette O’Connor lahir pada 8 Desember 1966 di kawasan mewah Glenageary di pinggiran Dublin.
Dia adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Sean O’Connor dan Marie yang bertahan selama delapan tahun pernikahan.
Masa kecil Sinead dimulai di Pusat Pelatihan An Grianan di Dublin, dulunya merupakan salah satu bagian dari Institusi Magdalene laundries, yang didirikan untuk memenjarakan gadis-gadis muda yang dianggap tidak bermoral.
Salah satu biarawati menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mengendalikan si remaja pemberontak ini adalah dengan membelikannya gitar dan mempertemukannya dengan seorang guru musik.
Begitulah dia diselamatkan. Seorang sukarelawan di institusi itu juga memiliki saudara laki-laki yang merupakan personel band Irlandia, In Tua Nua.
Ketika berusia 16 tahun, ayahnya memindahkan O’Connor ke sekolah asrama di Waterford.
Seorang guru di asrama itu mengenali bakatnya dan membantunya membuat demo rekaman yang menampilkan dua komposisi karyanya sendiri.
Produser sekaligus komposer Colm Farrelly merasa mereka cocok untuk dipadukan dengan musisi lainnya dan membentuk band Ton Ton Macoute.
Langkah itu berhasil. Ketika mereka pindah ke Dublin, O’Connor memutuskan berhenti sekolah.
Dia kemudian pindah ke London dan bertemu dengan manajer yang pernah bekerja untuk U2, Fachtna Ó Ceallaigh.
Dalam salah satu titik balik yang aneh dalam hidupnya, dia ditahbiskan sebagai imam di Gereja Latin Tridentine, sebuah gereja Katolik independen, yang tidak bersekutu dengan Roma.
Terlepas dari penghinaannya terhadap hierarki gereja, O’Connor selalu menyatakan bahwa dia menerapkan ajaran Kristen dan seorang Katolik yang taat.
Dia menderita masalah kesehatan mental dan fisik. O’Connor didiagnosis mengalami bipolar, juga harus menghadapi rasa sakit akibat mengidap fibromyalgia.
Pada 2018, penyanyi yang terkenal oleh lagu Nothing Compares 2 U itu mengatakan bahwa dia telah menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Shuhada.
Dalam sebuah unggahan di Twitter, dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada sesama Muslim atas dukungan mereka.
Dia mengatakan bahwa keputusannya pindah agama adalah ‘ujung alamiah dari perjalanan teolog cerdas manapun,’ dan mengunggah video dirinya melantunkan adzan.
Imam Irlandia Syaikh Umar al-Qadri mengunggah video Sinéad O’Connor saat mengucapkan kalimat syahadat.[ind/bbc/aboutislam]