Namanya Yahya Ibrahim Hasan Al-Sinwar. Beliau lahir pada 29 Oktober 1962, dikenal sebagai arsitek serangan 7 Oktober 2023, dan syahid pada 16 Oktober 2024. Meskipun, pihak Hamas belum menyatakan kematian ini.
Sirine iring-iringan polisi khusus Israel meraung-raung membelah kesunyian kota-kota di Israel. Sebuah mobil jenazah dikawal sejumlah mobil tentara khusus. Dan jenazah itu adalah jasad seorang mujahid yang diklaim Israel sebagai Yahya Sinwar.
Benarkah itu jasad pemimpin Hamas, Yahya Sinwar? Hingga saat ini, pihak Hamas belum menyatakan pengakuan itu. Hal tersebut karena jasad yang hancur setelah serangan drone Israel, langsung dievakuasi Israel untuk dilakukan tes DNA.
Sementara itu, pihak Hizbullah menyambut berita kematian itu dengan serangan rudal ‘membabi buta’ ke Haifa di wilayah perbatasan Lebanon dan Israel.
Seorang Tokoh Mujahid Tulen
Gerakan jihad bersenjata sepertinya sangat melekat dengan sosok Yahya Sinwar. Saat masih kuliah di Sastra Arab Universitas Gaza di tahun 1980 hingga 1984, beliau sudah membangun gerakan ‘pembantai’ mata-mata Israel di wilayah Gaza.
Selepas lulus kuliah, pada tahun 1985, Yahya Sinwar membentuk milisi yang disebut dengan Al-Majd. Al-Majd merupakan singkatan dari Munazhomat Jihad wa-Dakwah. Sebuah organisasi yang memadukan gerakan jihad dan dakwah.
Saat itu, belum ada organisasi Hamas. Karena Hamas baru dibentuk pada Desember 1987 oleh Syaikh Ahmad Yassin.
Setelah Hamas berkiprah, Yahya Sinwar sudah menyiapkan sayap militer Hamas pada tahun 1989. Mulailah saat itu ada pergerakan Al-Qasam atau faksi militer Izzudin Al-Qasam.
Di tahun-tahun itu, Yahya Sinwar dan faksi militernya membunuh dua prajurit Israel dan seorang mata-mata warga Palestina. Saat itulah pertama kalinya Israel memburu sosok Yahya Sinwar.
Pada tahun 1989, akhirnya Yahya Sinwar berhasil ditangkap tentara Israel, dengan 4 tuduhan sekaligus. Hukumannya penjara seumur hidup.
Pemimpin di Penjara
Israel salah perhitungan dengan memasukkan Yahya Sinwar ke penjara. Pasalnya, alih-alih mujahid yang fasih berbahasa Ibrani ini tersiksa dan kapok, justru ia tambah eksis. Justru di dalam penjaralah Yahya Sinwar menjadi pemimpin para narapidana di penjara.
Lebih dari seribu orang Palestina dipenjara Israel karena melakukan perlawanan. Dan terhadap ribuan orang inilah, Yahya Sinwar mereka angkat sebagai pemimpin di penjara.
Di dalam penjara, Yahya Sinwar bukan sekadar berhasil memimpin para napi, ia juga sukses mempelajari segala kebiasaan, taktik, dan pola pikir militer Israel.
Pada tahun 2011, atau setelah 22 tahun dipenjara, Yahya Sinwar mendapat pembebasan bersama seribu tahanan lainnya. Hal tersebut terjadi karena adanya pertukaran sandera prajurit Israel yang ditawan Hamas dengan seribu lebih tawanan Israel, termasuk Yahya Sinwar.
Perlawanan Tambah Gencar
Setelah keluar dari penjara Israel, Yahya Sinwar banyak mempengaruhi pola taktik dan strategi militer Hamas melawan Israel. Peperangan tidak lagi dalam skala kecil, tapi sudah perang terbuka dengan roket dan alat militer canggih lainnya.
Pada tahun 2015, Amerika gelisah dengan sosok Yahya Sinwar. Amerika pun mencap Yahya Sinwar sebagai tokoh ‘teroris’ yang paling dicari Amerika.
Namun menariknya, justru di tahun 2017, Yahya Sinwar diamanahkan sebagai pemimpin Hamas secara defakto. Hal ini karena pemimpin yang lainnya berada di luar negeri yang memfokuskan diri pada upaya diplomasi ke dunia internasional.
Arsitek Serangan 7 Oktober
Israel meyakini bahwa arsitek dari serangan 7 Oktober yang memporakporandakan kota-kota di Israel adalah Yahya Sinwar. Hal ini karena sosok beliaulah yang paling menguasai kelemahan pertahanan militer Israel.
Dengan kata lain, perburuan Israel dan Amerika terhadap Yahya Sinwar selama belasan tahun karena ingin melemahkan strategi militer Hamas yang dinilai dunia sangat jenius.
Belum pernah selama penjajahan Israel di wilayah Palestina yang hingga satu tahun tak mampu melumpuhkan kekuatan Hamas. Padahal, kekuatan militer gabungan negara Arab seperti Mesir, Suriah, Yordania, dan Lebanon saja tak mampu bertahan melawan Israel selama dua pekan saja.
Menghidupkan Dukungan Iran dan Hizbullah
Siapa sangka, manuver militer Hamas yang didesain Yahya Sinwar ternyata juga ‘dilirik’ kekuatan militer Hizbullah dan Iran. Padahal, dua kekuatan ini merupakan Syiah yang dianggap sangat berseberangan dengan Hamas yang Sunni.
Yahya Sinwar bukan sekadar mampu menyatukan seluruh faksi jihad di Palestina, termasuk Fatah di Tepi Barat, juga menyatukan faksi Syiah di Lebanon, Irak, Yaman, dan Iran.
Perlawanan yang menyatukan seluruh faksi Islam melawan penjajahan Israel inilah yang sangat ditakuti Israel dan Amerika. Dan hal itu nyata saat ini.
Inilah titik balik jihad Islam di Palestina dan sekitarnya. Sebuah perlawanan yang mulai menakutkan pihak Israel dan Amerika. Karena boleh jadi, inilah masa-masa akhir kejayaan mereka.
Inilah momen Oktober yang mengidentikkan sosok mujahid tulen seperti Yahya Sinwar. Pada Oktober tahun 1962 beliau lahir, dan di bulan Oktober beliau syahid di usia 62 tahun. Dan ini, tentu bukan akhir dari perjuangan jihad rakyat Palestina. [Mh]