Oleh: Hadi Nur Ramadhan,
Founder Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun.
ChanelMuslim.com- Di saat anak-anak muda yang berusia 15, 20 dan 25 tahun sekarang sedang "galau, boring and baper", di usia yang sama seorang remaja putri bernama S.K. Trimurti usia 18 tahun aktif di pergerakan nasional bersama Bung Karno.
Di saat remaja sekarang sedang asyiknya main "spiner dan game online", di usia yang sama Hamka 15 tahun sudah menjadi anggota dan propagandis Sarekat Islam.
Ketika remaja lain sering "dugem" di diskotik, nongkrong di cafe, karaoke, dan jalan-jalan di mal. Di usia yang sama, misalnya Semaun, ia berusia 18 tahun menjadi Ketua Sarekat Islam cabang Semarang. Di usia 24 tahun Sugondo Djojopuspito memimpin Kongres Pemuda II yang menghasilkan 'Sumpah Pemuda'.
Di saat pemuda sekarang berusia 21 dan 25 tahunan sedang bingung mencari kerjaan karena baru selesai kuliah, di usia yang sama Siti Hajinah, salah seorang pengurus besar Aisyiah (Sayap Perempuan Muhammadiyah), saat itu masih 22 tahun berpidato di Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.
Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda adalah satu peristiwa yang menarik karena sekalipun belum ada negaranya, belum ada pemerintahannya, para pemuda Nusantara sudah membuat konsep negara kesatuan Indonesia, jauh sebelum bangsa ini merdeka.
Tapi ada yang menarik, usia mereka. Usia pemuda pejuang saat itu rata-rata 20 tahunan atau tidak lebih dari 30 tahun. Dibandingkan dengan generasi muda sekarang, bisa dikatakan pemuda Indonesia di masa pergerakan tingkat kedewasaan dan kematanganya 20 tahun lebih cepat. Seperti aktor-aktor sejarah di bawah ini.
– H.O.S.Tjokroaminoto, usianya 30 tahun ketika itu memimpin perjuangan Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912.
– Kiai Haji Mas Mansur, pada usia 12 tahun sudah menunaikan haji serta menimba ilmu dan perjuangan di kota suci. Di usia 26 tahun dia sudah menjadi muballigh dan propagandis dakwah Muhammadiyah.
– KH. Ahmad Dahlan, usia 15 tahun berangkat ke Mekkah menuntut ilmu tahun 1883. Di usia 29 tahun beliau mendirikan gerakan Muhammadiyah.
– Hamka, masuk menjadi anggota dan propagandis Sarekat Islam pada usia 15 tahun.
– M. Natsir, masuk Jong Islamieten Bond pada usia 15 tahun. Pada usia 23 tahun ia mendirikan sekolah Pendikan Islam (Pendis) di Bandung yang terkenal itu. Sekolah Integral berbasis Tauhid ini mewajibkan para pelajar sekolahnya dengan bahasa Arab dan Belanda. Bahkan cabangnya sempat didirikan di daerah Bogor dan Jakarta.
– Sobirin, memimpin Majalah PEMBELA ISLAM tahun 1930-an ketika itu usianya 21 tahun. Majalah ini merupakan corong Aksi Bela Islam saat itu.
– Jenderal Soedirman, berusia 30 tahun, ketika diangkat menjadi Panglima Besar.
– Mohamad Roem, dari Jong Islamieten Bond lahir pada 16 Mei 1908, berarti ketika ia mengikuti Kongres itu usianya baru 20 tahun.
– A.R. Baswedan, memimpin pergerakan tanah air melalui Partai Arab Indonesia (PAI), ketika itu usianya 26 tahun. Dan menimba ilmu kepada ulama yang berwibawa asal Sudan Syaikh Ahmad Sorkaty (pendiri Al Irsyad) pada usia 15 tahun.
– Bung Hatta, lahir tahun 1902 dan menjadi Ketua Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) di Negeri Belanda tahun 1926. ketika usianya baru 24 tahun.
– Soekiman Wirjosandjojo, usia 24 tahun menggerakkan semangat Nasionalisme kepada para pelajar-pelajar Indonesia di Belanda yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia.
– Ir. Soekarno, lahir pada 6 Juni 1901 dan mendirikan Partai Nasional Indonesia tahun 1927, berarti saat itu ia berusia 26 tahun, dan jauh sebelumnya Bung Karno sudah aktif dalam pergerakan nasional melalui Algemeene Studie Club, Bandung.
– A Gaffar Ismail, di usianya sekitar 18 tahun memimpin pergerakan tanah air melalui PERMI di Sumatera Barat.
– Tan Malaka, lahir tahun 1897 dan aktif di Sarekat Islam Semarang tahun 1921, berarti saat itu usianya 24 tahun.
– Mohammad Yamin, yang menjadi salah satu pelopor Kongres Pemuda II, berusia 25 tahun.
Dan masih banyak ratusan bahkan ribuan pemuda saat itu, seperti Ahmad Dahlan, Kasman Singodimedjo, Imam Zarkasyi, Prawoto Mangkusasmito, Sjafruddin Prawiranegara, Isa Anshary, Wahid Hasyim, Firdaus AN, Munawar Chalil, Sukarni, Adam Malik, Bung Tomo dan para pemuda lain yang telah menjadi Aktor Sejarah bangsa ini. Bagaimana dengan kita…..?
Penutup
Saya jadi teringat sosok Dr. Kuntowijoyo _Allahuyarham,_ Budayawan dan Sejarawan yang saya pernah kunjungi di rumahnya saat berdiskusi tentang "kedewasaan" di tahun 2000-an. Menurut Kunto faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi dewasa, antara lain:
1. Pengaruh orang tua dan lingkungan.
2. Kepada anak muda perlu dijejali sejarah riwayat orang-orang besar. Karena tidak ada orang besar, jika selama hidupnya tidak pernah membaca orang-orang besar. Langkah ini bisa dengan membaca dan bersilaturahmi kepada para tokoh. Membaca sejarah adalah untuk memperkuat diri dan pribadi. Seperti kata Imam Syafi'i rahimahullah, "Orang yang mengenal dirinya tidak akan terganggu oleh komentar orang lain."
3. Tanamkan ke anak muda kita tekad cita-cita setinggi mungkin. Seperti kata Prof. Buya Hamka, "Pemuda yang tidak punya cita-cita laksana hidup seperti "Zombie". Dia hidup tetapi tidak hidup."
4. Orang akan cepat dewasa, ketika ia banyak bergaul dengan orang-orang yang berpikir dewasa. Langkah ini yang pernah ditempuh oleh generasi Jong Islamieten Bond ketika berkunjung ke Haji Agus Salim dan Tuan Ahmad Hassan.
Seperti kata Dr. Kuntowijoyo, "Generasi muda hari ini adalah generasi Muslim yang lahir tanpa Masjid."
Jadi bukan alasan lagi untuk pemuda saat ini menjadi "alai" alias malas dan lalai, terlepas lingkungan yang melalaikan atau membuaikan. Tapi masa depan tetap ada di masing-masing kita. Usia muda bukan halangan untuk menjadi matang dan dewasa. Ada pepatah bijaksana kuno menyampaikan, "Semua orang pasti akan tua. Tapi tidak semua orang menjadi dewasa."
"Pemimpin muda yang cakap dan terampil tidak akan lahir, jika para orang-orang tua tidak menyiapkannya." (Mohammad Natsir)
"Those who cannot remember the past are condemned to repeat it, Mereka yang lupa pada masa lalu, akan terhina karena mengulangi kesalahan." (Pepatah Bijak)
Selamat berjuang wahai anak-anak muda. Mari saatnya bangun dari lelap tidurmu: Sejarah ada di tangan kita…….!
*Penulis adalah anggota Pusat Kajian dan Majelis Fatwa Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII), Staff Pendidik Pesantren Persatuan Islam 112 Bogor, Founder Tamaddun, Pensyarah STAIPI Jakarta, Peneliti Institut Risalah Peradaban, Pemilik Toko Serba Ada Muslim Qonitat dan kini berusia 28 tahun (2 Mei 1989).
(Mh/Ind)