KRISIS ekonomi serentak terjadi di hampir seluruh belahan dunia. Tak terkecuali di Amerika. Namun separah mana keadaan warga di Amerika dengan di Indonesia?
Dalam sebuah obrolan pendek antara Forum News Network (FNN) dengan Emak-emak warga Indonesia yang tinggal di Amerika, ada gambaran menarik tentang krisis di Amerika dan Indonesia.
Hantaman krisisnya memang terasa lebih besar yang terjadi di Amerika daripada di Indonesia. Tapi dampaknya ke warga sangat berbeda.
Pasca dua tahun pandemi dan perang Rusia Ukraina yang tak kunjung usai, inflasi terjadi di seluruh dunia termasuk Amerika. Besarnya nyaris mendekati dua digit atau 9 koma sekian.
Sementara inflasi yang terjadi di Indonesia berkisar antara dua hingga tiga persen.
Kenaikan Harga
Di Amerika, harga BBM sudah mengalami kenaikan dua kali lipat. Begitu pun dengan harga kebutuhan pokok seperti gandum dan beras. Harga terakhir sudah mengalami kenaikan lebih dari seratus persen.
Hal yang sama dengan terjadi di Indonesia, banyaknya pengangguran sebagai dampak dari pandemi. Di Amerika pun banyak yang akhirnya terdampak seperti itu.
Bisa dibilang, hampir semua barang di Amerika mengalami kenaikan yang berkisar seratus persen atau lebih. Hal ini diperkirakan terjadi karena kenaikan harga BBM yang dua kali lipat itu.
Kalau minyak goreng terjadi kenaikan di Indonesia, di Amerika juga sama. Bahkan besar kenaikannya bisa lebih tinggi.
Peran Negara Menjamin Kesejahteraan Warga
Kalau hitung-hitungan inflasi dan kenaikan harga, bisa dikatakan bahwa yang terjadi di Amerika rasanya lebih parah. BBM di Indonesia, kenaikannya tidak sampai seratus persen.
Namun, jaminan kesejahteraan warganya yang sangat berbeda. Boleh jadi karena di Amerika kas negaranya tergolong besar, selain juga karena aturan dan keberpihakan negara juga sangat besar untuk mensejahterakan rakyat.
Di Amerika, ada yang disebut dengan food bank atau arti sederhananya bank makanan. Pemerintah di sana rutin dan sistematis menyediakan makanan gratis untuk mereka yang tidak mampu. Bahkan mereka yang imigran gelap pun boleh menerima.
Food bank ini tersebar di kantong-kantong warga tidak mampu atau yang terdampak krisis. Ada berupa makanan mentah, ada juga yang siap santap.
Mungkin semacam sembako gratis di Indonesia. Cuma bedanya, di Amerika tidak putus-putus, sementara di Indonesia tidak demikian.
Selain food bank, ada juga yang disebut dengan food card, atau semacam kartu kupon makanan gratis. Warga yang memiliki food card ini bisa memperoleh makanan secara gratis. Tentu dengan pendataan yang memadai.
Jadi, meskipun inflasinya jauh lebih besar dari Indonesia, hampir tidak ditemukan kasus warga yang mati karena kelaparan. Begitu pun dengan warga yang bunuh diri karena frustasi dengan kemiskinan.
Di wilayah Los Angeles, memang banyak dijumpai warga yang homeless atau para gelandangan. Mereka tidur di tenda-tenda yang menempel di gedung-gedung di gang-gang kota.
Namun, mereka bisa mendapatkan makanan gratis dengan mudah dari food bank atau food card. Mereka menjadi gelandangan karena sewa apartemen naik. Tapi, ada juga yang memang watak sebagai gelandangan yang tidak mau berubah.
Sebagai dampak dari krisis ekonomi juga, di Amerika mengalami kenaikan kriminalitas. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia.
Namun, bedanya di Amerika nyaris tak ditemukan kasus yang mati atau bunuh diri karena kasus kelaparan.
Dampak Sosial Krisis di Amerika
Ada fenomena baru yang kini mulai marak terjadi di Amerika pasca krisis ekonomi yang terparah sejak empat puluh tahun terakhir ini.
Yaitu, bergabungnya kembali anggota keluarga yang sebelumnya terpisah karena berbagai alasan. Misalnya, anak-anak di atas 18 tahun yang sebelumnya hidup mandiri, kini bergabung lagi dengan keluarga besar.
Begitu pun dengan kakak adik yang terpisah meski belum berkeluarga. Di masa krisis ini, mereka kembali tinggal serumah.
Boleh jadi karena ingin hidup lebih hemat, dan mungkin juga karena tumbuh rasa saling membantu sesama anggota keluarga. [Mh]