MASJID Nurul Huda Jatimakmur merupakan Masjid yang paling tua dan juga dikenal sebagai Masjid yang paling bersejarah di Kota Bekasi.
Bukan hanya itu, Masjid Nurul Huda Jatimakmur yang didirikan pada tahun 1822 juga menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menjadi tempat para kiyai, juga para pahlawan untuk menyusun strategi melawan penjajah.
Ketua DKM Masjid Nurul Huda Jatimakmur, ustaz Aby Nazwa mengatakan bahwa dirinya sebagai cucu keturunan dari pendiri Masjid.
“Tanah ini bukan hanya milik ayah dan kakek kami, tapi juga pemberian wakaf dari orang-orang terdahulu. Alhamdulillah manfaatnya bisa kita rasakan sampai saat ini.” kata ustaz Aby Nazwa kepada Chanelmuslim.com, Ahad, (07/04/2024).
Ia juga mengatakan bahwa kakeknya, KH. Akhy bercerita kepadanya tentang asal mula pendirian masjid yang disebabkan karena zaman dulu belum ada masjid yang menjadi pusat ibadah.
“Jadi memang saat itu Masjid ini menjadi Masjid satu-satunya di Bekasi, dan juga dibarengi dengan masa perjuangan.” ucapnya.
Masjid yang didirikan dan dipelopori oleh KH. Mukharom pada tahun 1822 sangat bertepatan sebelum perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan pemerintah Hindia Belanda, dan perang ini terjadi pada tahun 1825-1830.
Baca juga:Masjid Bersejarah Jakarta Ini Wajib Dikunjungi
Masjid Nurul Huda Jatimakmur Sebagai Masjid Paling Bersejarah di Bekasi
Bukan hanya sekedar menjadi saksi para pejuang kemerdekaan saja. Ustaz Aby Nazwa juga mengatakan bahwa ketika sang pendiri masjid sudah meninggal, para penerus dan keturunan nya melanjutkan perjuangan sang pendiri dan mengumpulkan para pejuang kemerdekaan.
“Jadi masjid ini bukan hanya sekedar untuk sholat dan ibadah saja, melainkan juga sebagai pusat untuk mengumpulkan para pejuang-pejuang islam di Bekasi.” tuturnya.
Setelah KH. Mukharom wafat, proses pengembangan dan pembangunan masjid diteruskan oleh anak beliau, yaitu KH. Abdussalam. Sehingga masjid juga sebagai tempat pengajian dan mulai mengundang para kiyai dari luar.
“Seperti pendiri kuitang, Habib Ali Al Habsy, mufti Jakarta, Habib Abdullah bin Yahya, sampai Buya Hamka pun pernah mengajar di Masjid ini.” ucap ustaz Aby Nazwa.
Ia juga mengatakan bahwa Masjid ini menjadi pusat pendidikan yang melahirkan para santri-santri pejuang yang digembleng dengan belajar ilmu agama dan beladiri.
“Karena dulu kan pondok pesantren masih jarang, maka disinilah mereka digembleng untuk mendapatkan ilmu-ilmu agama, dan ilmu silat nya untuk menjadi seorang pejuang pada zaman itu.” lanjutnya.
Tepat pada tahun 1993 Masjid Nurul Huda direnovasi dan dirombak secara total dari bentuk yang tradisional menjadi Masjid yang modern.
Follow Official WhatsApp chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini
“Hampir semua bangunan di rombak, dan hanya tempat imam saja yang tersisa. Jadi tempat imam sama sekali tidak kita geser, karena biasanya kalo masjid-masjid lain tempat imam nya di geser. Dan yang kedua, adalah sumur nya.” tuturnya.
Ia juga melanjutkan bahwa yang ketiga adalah makam para pendiri masjid di jalan raya hankam. Adapun makam yang berada di depan masjid, adalah makam orang-orang yang mewakafkan tanah nya untuk pendirian masjid.
“Diantara orang-orang yang telah mewakafkan tanah nya untuk pendirian masjid ini adalah H. Salim bin Risin dan juga masyarakat-masyarakat lain yang tidak tercatat.” tutup ustaz Aby Nazwa.
Diakhir, beliau menyampaikan bahwa persatuan umat islam adalah hal terpenting dan harus selalu diperjuangkan saat ini. Dan beliau berharap agar umat islam bisa saling menguatkan ukhuwah islamiyyah nya. [Azh]