• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Minggu, 5 Oktober, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

“Mana Cabenya, Mak?”

Januari 11, 2017
in Berita
69
SHARES
532
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

images-94ChanelMuslim.com- Di sebuah warung kopi milik Mak Nap, selalu saja ada obrolan dari para pengunjung. Mulai tukang ojek, tukang parkir, sopir angkot, bang haji, dan bu erte.

Silih berganti, para pengunjung ini mewarnai suasana warung kopi Mak Nap dengan berbagai obrolan ‘hangat’. Termasuk di pagi ini, ketika Bang Dul si tukang ojek dan Bang Mamat si tukang parkir yang selalu hadir ‘nyeruput’ kopi hitam racikan Mak Nap.
**

“Kemaren daging, sekarang cabe,” ucap Bang Dul yang nyeruput kopi sambil tatapannya tertuju ke halaman koran yang ia pegang.

“Elu ngomong apa sih, Dul?” sahut Mak Nap yang masih asyik dengan kegiatan menggorengnya.

“Cabe mahal banget, Mak!” timpal Bang Mamat yang tiba-tiba nimbrung dalam obrolan. “Masak nyampe dua ratus ribuan sekilonya,” tambah Bang Mamat, penuh kecewa.

“Kata koran, apa biang keroknya, Dul?” ucap Mak Nap sekenanya.

“Kata para pejabat, faktor cuaca, Mak!” ungkap Bang Dul sambil pandangannya tetap ke arah koran.

“Cuaca lagi, cuaca lagi, capek deh!” celetuk Bang Mamat yang mulai nyeruput kopi yang baru disajikan Mak Nap.

“Dul, emang yang hujan terus di kita doang, apa?” tanya Mak Nap mulai agak serius.

“Bang Dul mana tahu, Mak. Dia kan belum pernah keluar negeri,” sahut Bang Mamat sambil tersenyum.

“Iya, saya juga heran, Mak. Kok di sini doang yang cabenya selangit. Kan hujan ada di mana-mana. Dulu begitu juga. Yang harga dagingnya melejit cuma di kita doang. Negara lain, biasa-biasa aja, tuh,” ucap Bang Dul, percaya diri.

“Kalau cabe karena cuaca, kalau daging karena apa, Bang Dul?” tanya Bang Mamat yang juga tertarik dengan harga daging.

“Ya, cuaca juga kali, Mat. Sapinya pada kurus karena kepanasan. He..he..he,” sahut Bang Dul sambil senyum.

“Hujan salah, panas salah. Kasihan banget cuaca disalahin terus,” timpal Bang Mamat sambil tangannya meraih gorengan tahu isi di meja.

“Jangan salahin hujan, Bang Mamat. Dosa!” suara Bang Haji yang tiba-tiba nongol di warung kopi Mak Nap.

“Eh, Bang Haji. Mau ngopi juga, Ji?” ucap Mak Nap, ramah. Bang Haji pun mengangguk.

“Bukan saya yang nyalahin, Bang Haji. Tuh, pejabat yang di koran Bang Dul!” sanggah Bang Mamat.

“Saya juga heran, Bang Haji. Musim hujan kan tiap tahun. Apa gak bisa disiapin jauh-jauh hari?” Bang Mamat kembali bereaksi.

“Hujan itu rahmat Allah. Mestinya, kita bersyukur Allah kasih hujan. Jangan disalahin,” ucap Bang Haji yang sesekali nyeruput kopi yang masih panas.

“Menurut Bang Haji, apa gak ada sebab lain sampa cabe segitu mahalnya?” Bang Dul seperti ingin menguji pengetahuan Bang Haji.

“Yang namanya harga itu kan selalu ada dua pihak yang terlibat. Satu pedagang, dua pemerintah. Yang lain sih tergantung dua itu,” jelas Bang Haji, rileks.

“Maksudnya gimana, Bang Haji?” tanya Bang Mamat ingin tahu.

“Pemerintah itu pihak yang paling mampu dan berkewajiban mengatur ketersediaan barang buat rakyatnya. Sementara pedagang, dia yang paling tahu keadaan di lapangan. Maksud saya, pedagang besar, ya. Bukan pedagang di kios sama warung,” ungkap Bang Haji yang diiringi anggukan Bang Mamat.

“Kok, sekarang ini keadaannya jadi gak kayak gitu ya, Bang Haji?” ucap Bang Dul agak bingung.

“Nah itu dia. Kita khawatir kalau fungsi keduanya sudah kebalik,” jelas Bang Haji.

“Kebalik gimana, Ji?” sahut Mak Nap yang menunjukkan seolah ikut nimbrung dalam diskusi.

“Jangan sampe, pedagang jadi penguasa yang bebas nentuin harga. Dan, pemerintah yang jadi pedagang, nungguin celah bisa nyari untung di kesusahan rakyat!” jelas Bang Haji yang diiringi anggukan Bang Dul dan Bang Mamat.

“Maksudnya impor, Bang Haji?” bisik Bang Dul ke Bang Haji.

“Begitu deh, Bang Dul!” ucap Bang Haji, ringan.

Tiba-tiba, Bang Mamat berdiri sambil celingukan. Sambil tangan kanannya memegang gorengan tahu isi, tangan kirinya mengangkat piring, seperti mencari sesuatu.

“Elu nyari apaan, Mat?” sergah Mak Nap, mengungkapkan keheranannya.

“Cabenya mana, Mak?” sahut Bang Mamat.

“Yah, kan elu sendiri yang bilang harganya sampe dua ratus ribuan. Masak Mak mesti jual kalung buat beli cabe?” ucap Mak Nap yang diiringi tertawaan Bang Dul dan Bang Haji. (mh/foto: merdeka.com)

Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Harga Cabai Naik, Pelajar Wajib Tanam Cabai di Sekolah dan Rumah 

Next Post

Pesona Ranu Kumbolo Lumajang

Next Post

Pesona Ranu Kumbolo Lumajang

Resep Ayam Brokoli Segar 

Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 | Official Trailer

  • Perang Pemikiran, Louis IX, dan Alasan Kenapa Umat Hari Ini Diam Atas Palestina

    Doa untuk Palestina Lengkap beserta Artinya

    1445 shares
    Share 578 Tweet 361
  • 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    7461 shares
    Share 2984 Tweet 1865
  • Doa Ibu yang Mengubah Nasib Anak

    3073 shares
    Share 1229 Tweet 768
  • Para Pemimpin Dunia Mengecam Israel atas Pencegatan Global Sumud Flotilla ke Gaza

    69 shares
    Share 28 Tweet 17
  • Buka Aura, Bagaimana Hukumnya menurut Syariah?

    5376 shares
    Share 2150 Tweet 1344
  • 4 Macam Mad Lazim, Berikut Ini Pengertian dan Contohnya

    5088 shares
    Share 2035 Tweet 1272
  • Berikut Respon Warga Gaza terhadap Rencana Trump untuk Mengakhiri Perang

    66 shares
    Share 26 Tweet 17
  • Kisah Hasan bin Tsabit Dibayar Mahal untuk Menjelekkan Rasulullah, Tapi ini yang Terjadi

    502 shares
    Share 201 Tweet 126
  • Doa Rabithah dan Keutamaan Membacanya

    2004 shares
    Share 802 Tweet 501
  • Kepala Boleh Panas, Hati Tetap Dingin

    66 shares
    Share 26 Tweet 17
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga