Upaya Korea Selatan untuk lebih memahami Islam, baik sebagai budaya dan agama, telah menuai hasil dengan ribuan Muslim terintegrasi dalam struktur sosial di negara Asia tersebut.
“Hari-hari ini, Korea tidak mendiskriminasi saya atas keyakinan saya menjadi seorang Muslim,” ujar Muhammad mengatakan ke Korea Herald pada hari Minggu, 26 April.
“Ketika saya datang ke sini pada tahun 2010, Korea memberikan pandangan ingin kepada Muslim atau orang-orang yang menuju ke ruang shalay. Hal itu mengganggu bagi orang-orang seperti saya.”
Pria asal Yordania berusia 28 tahun ini adalah salah satu mahaiswa Muslim yang datang ke ruang ibadah di universitas setelah mengikuti kuliah untuk melakukan shalat.
Sikap positif terhadap komunitas Muslim didorong oleh dialog serta adanya iatan yang diselenggarakan oleh Muslim Korea selama beberapa tahun terakhir.
“Setiap tahun, telah terjadi dialog antara beberapa agama di sini. Kami membahas cara-cara untuk hidup berdampingan dan bekerja sama satu sama lain,” jelas Imam Lee Ju-hwa dari Masjid Central Seoul.
Selain dialog, warga Korea didorong untuk menghadiri kelas-kelas bahasa Arab gratis berikut seminar dan ceramah tentang budaya Muslim.
“Tiga tahun yang lalu, dua mahasiswa datang untuk belajar bahasa Arab. Sekarang, lebih dari 100 mahasiswa berkunjung ke sini dan belajar bahasa Arab selama sebulan,” ujar Kim Sang-kyu, seorang eksekutif dari Markaz Pusat Arab.
“Karena kebanyakan speaker Arab adalah Muslim, mahasiswa Korea belajar bahasa Arab bisa mendapatkan kesempatan untuk memahami budaya Islam dengan berkomunikasi dengan guru mereka yang Muslim.”
Menurut Imam Lee Ju-hwa, penculikan warga Korea di Afghanistan pada tahun 2007 telah menghasilkan rasa ingin tahu di kalangan warga Korea tentang agama Islam.
Mayoritas penduduk Korea Selatan terdiri dari pekerja migran dari Pakistan dan Bangladesh.
Jumlah Muslim asli Korea diperkirakan sekitar 45.000 orang pada saat ini.[af/onislam]