Chanelmuslim.com–Peristiwa teror bom di kawasan Jalan MH Thamrin, pekan lalu, telah membetot perhatian masyarakat, sehingga kasus main hakim sendiri terhadap Rin, 15 tahun, nyaris luput. Kejadiannya hanya selang dua hari sebelum teror bom.
Rin yang masih duduk di bangku SMP tinggal di Desa Mojorejo, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Jawa Tengah. Hanya gara-gara diduga kedapatan mencuri sejumlah uang dan barang berharga milik tetangganya, dirinya dihukum oleh tetangganya yang kecurian itu dengan cara diarak keliling kampung dan tak mengenakan selembar pakaian pun, alias bugil.
Peristiwa tragis itu memunculkan solidaritas. Termasuk dari Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Sragen serta elemen dari lembaga swadaya masyarakat seperti Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS), dengan mendatangi rumah korban. Mereka memberikan dukungan moril kepada Rin yang menjadi korban kesewenang-wenangan tetangganya itu.
Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) juga menyesalkan terjadinya tindakan penelanjangan Rin. Dalam pandangan Komnas Perempuan, perlakuan yang ditimpakan kepada remaja perempuan tersebut merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual, yaitu penghukuman yang tidak manusiawi dan bernuansa seksual.
Komnas Perempuan mencatat, bentuk penghukuman semacam ini cukup marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia dan terus berulang. Setidaknya ada 3 kasus penghukuman yang menyasar tubuh dan seksualitas perempuan yang cukup serius dan menjadi perhatian publik dalam 3 bulan terakhir, yaitu: yang dialami oleh seorang istri di Tapanuli Selatan (ditelanjangi dan diikat di pohon oleh suami dan mertuanya karena dianggap malas), yang dialami seorang perempuan di Kota Banda Aceh (dimandikan warga dengan air comberan karena ditemukan berduaan dengan pasangannya), dan yang terakhir yang dialami oleh remaja perempuan di Sragen, Jawa Tengah ini.
Sebelumnya, pada tahun 2013 Jaring Pemantau Aceh telah menyampaikan 83 kasus penghukuman yang tidak manusiawi dan bernuansa seksual yang dialami oleh perempuan di Aceh, karena dianggap melakukan pelanggaran susila.
“Kasus di Sragen menunjukkan, bagaimana pola penghukuman yang tidak manusiawi dan bernuansa seksual terhadap perempuan ini kini semakin berkembang, bukan saja diterapkan kepada perempuan yang dianggap melakukan tindakan pelanggaran susila, tapi juga terhadap perempuan dengan pelanggaran lainnya,” bunyi pernyataan sikap Komnas Perempuan yang dikirimkan ke media cetak dan online.
Terkait kasus penghukuman yang tidak manusiawi dan bernuansa seksual di Sragen, Komnas Perempuan menyampaikan apresiasi kepada tokoh dan organisasi masyarakat yang telah berinisiatif untuk melindungi korban dan menyegerakan pemulihan bagi korban.
Apresiasi juga ditujukan kepada Polres Sragen atas tindakan cepat memproses laporan orang tua korban dengan memeriksa sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku. “Komnas Perempuan akan memantau perkembangan proses hukum ini, untuk memastikan rasa keadilan korban tidak tercederai dan hukum ditegakkan terhadap pelaku.” (mr/foto:saibumi)