ChanelMuslim.com – Klub komedi yang berbasis di Brooklyn membebaskan biaya masuk untuk pengunjungnya jika mereka membuktikan dirinya muslim.
Langkah ini datang menyusul meningkatnya Islamofobia serta ujaran kebencian yang disampaikan capres AS Donald Trump yang mendesak Muslim dilarang masuk ke Amerika.
Seperti dilansir Reuters, klub komedi bernama The Experiment Comedy Gallery membebaskan biaya masuk ke pengunjung jika mereka membuktikan dirinya muslim. Ada dua langkah membuktikan muslim, menurut klub yang rutin mengadakan stand up comedy tersebut.
“Menghadap kiblat, membaca surat Al-Fatihah, dan tertawakan kemusliman Anda secara gratis sepanjang malam,” demikian yang dijanjikan klub itu di situs web-nya.
Klub komedi itu sendiri terletak di kawasan Williamsburg, sebuah wilayah kecil di Brooklyn, New York City, Amerika Serikat.
Menurut Mo Fathelbab, manajer umum sekaligus pelawak tunggal yang tergabung di klub itu mengatakan, penawaran yang mereka lakukan merupakan cara menyentuh untuk mengekspresikan penolakan rencana Trump yang ingin membuat AS “bersih dari muslim.”
“Saya sendiri seorang Muslim Amerika, dan saya lelah dengan Islamofobia yang merajalela dalam kampanye itu,” ujar Fathelbab, Jumat (11/12) melalui surat elektroniknya. Ia berharap, pelawak muslim di Brooklyn bisa tampil di layar untuk Trump.
“Sampai kami tampil di layar untuk ‘menyerang’ Trump secara lawak dengan ‘The Producers’ versi kami sendiri, ini adalah hal terbaik selanjutnya,” tutur Fathelbab. Ia melanjutkan, lebih baik melawan “Trump dan mental anehnya” sekarang ketimbang saat ia sudah menjadi Presiden AS kelak.
Fathelbab mengatakan, permintaan membuktikan kemusliman seseorang adalah hal yang bodoh. Ia sendiri tidak berekspektasi ada banyak orang yang akan mengantre di luar klub untuk membacakan Al-Fatihah dan masuk secara gratis untuk menonton lawak.
Mengaku sebagai komika muslim, Fathelbab tidak pernah malu atau minder. Ia dilahirkan di Brooklyn dan dibesarkan di keluarga muslim yang merupakan imigran dari Mesir. Namun, ia masuk sekolah Katolik dan tinggal di kawasan Yahudi Ortodoks.[af/reuters]