ChanelMuslim.com- Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Turki sudah memasuki usia sebelas tahun. Selama kurun waktu itu, sudah ribuan anggota yang terdiri dari para pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di negeri bekas kekhalifahan Islam terakhir itu.
Walaupun disebut persatuan pelajar, tapi cakupannya bukan seperti kata pelajar di Indonesia yang hanya sekolah dasar dan menengah. Melainkan, juga meliputi para mahasiswa, baik strata satu, dua, dan tiga.
Jadi, kalau disebut persatuan pelajar Indonesia di Turki, berarti meliputi mereka yang menempuh pendidikan di tingkat menengah dan para mahasiswa.
Meski berjumlah ribuan, PPI di Turki masih berada di papan menengah. Jumlah mereka masih di bawah PPI di negeri Belanda, Jepang, dan Mesir misalnya.
Adalah Muhammad Darlis yang saat ini masih menjabat Ketua PPI Turki. Mahasiswa S2 Fakultas Komunikasi dan Budaya tingkat akhir ini menceritakan banyak hal kepada ChanelMuslim tentang kiprah dan perjalanan para pelajar yang tergabung dalam PPI Turki.
Menurutnya, menjadi aktivis pelajar di negeri orang, selain membangkitkan gairah berorganisasi juga bisa mengukuhkan ikatan tali silaturahim sebagai sesama anak bangsa.
“Bersama PPI, kita bisa belajar banyak hal meski bukan di negeri sendiri,” ungkapnya.
Apa yang diungkapkan Darlis mungkin bisa menenangkan sebagian besar para orang tua yang mungkin cemas dengan keadaan anak-anaknya yang tinggal jauh. Dengan bergabung dengan PPI, para pelajar seperti memiliki keluarga.
Mereka bisa belajar bahasa lokal secara cepat, mengenal lingkungan tidak dari nol, mempunyai teman diskusi, dan tentu saja, bisa mengasah kemampuan berorganisasi yang sangat dibutuhkan para pelajar untuk masuk ke dunia nyata kelak.
[gambar1]
Darlis (tiga dari kanan) bersama para pengurus PPI Turki.
Memang, ada yang unik dari orang-orang Turki. Meski mereka tinggal di Eropa, berpenampilan layaknya orang bule, orang Turki tidak bisa berbahasa Inggris atau Arab yang merupakan bahasa internasional.
Bayangkan jika para pelajar yang baru datang ke Turki, meski bisa berbahasa Inggris atau Arab, tetap saja mereka tidak bisa berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Lalu, bagaimana mereka bisa menggunakan kendaraan umum, belanja di pasar, dan lainnya. Repot kan!
Selain begitu banyak program tentang internal anggota PPI, menurut Darlis, PPI Turki juga berkiprah sosial untuk masyarakat setempat. Seperti bantuan sosial, pertukaran pengenalan antar budaya, dan lainnya.
[gambar2]
Salah satu program PPI Turki untuk masyarakat setempat.
Sejauh ini, masyarakat Turki sangat senang dengan kehadiran warga Indonesia khususnya pelajar yang menimba ilmu di sana. Ikatan agama adalah salah satu penguat ikatan itu.
Bahkan, dukungan pemerintah Turki untuk PPI tidak diragukan lagi. Selama kepemimpinan Erdogan, PPI selalu mendapat dukungan dalam program apa pun di Turki. Seperti akses tempat, perizinan, dan lainnya.
Menurut Darlis, selama masa kepemimpinannya yang hampir satu tahun, pemerintah Turki belum pernah menolak apalagi menghambat akses dan perizinan apa pun. Semua selalu disetujui.
Hal ini mungkin karena citra para pelajar Indonesia di negeri Muhammad Al-Fatih ini begitu bagus, damai, dan murni berkiprah di dunia pendidikan, bukan politik praktis.
Pertanyaannya, adakah semacam perebutan kepemimpinan PPI Turki layaknya dinamika organisasi pelajar di tanah air? Menurut pemuda kelahiran Aceh ini, hal itu biasa.
“Oh kalau hal itu sih biasa. Ya mungkin dinamika organisasi,” menurutnya.
Pasalnya, persatuan pelajar Indonesia di negeri asing di kacamata para politisi merupakan “mangkuk” hidangan lezat untuk konstituen pemilu. Dengan wadah ini, para politisi yang haus dukungan suara bisa dengan mudah meraup suara mereka.
Namun begitu, menurut Darlis, sejauh ini PPI bisa istiqamah untuk tetap berada di jalur yang semestinya. Yaitu, memberikan wadah berogranisasi, berekspresi, dan pelayanan untuk pelajar Indonesia di Turki.
“Kita tidak ingin terjebak dalam politik praktis,” ungkapnya.
Berapa masa kepemimpinan pengurus PPI Turki? Menurut mahasiswa yang sudah fasih dengan bahasa Turki ini, hanya satu tahun. Setelah masa jabatan itu habis, maka akan ada penjaringan, kampanye, dan pemilihan ketua baru.
Saat ini, PPI di Turki terdiri dari perwakilan 12 wilayah. Antara lain, Istambul, Ankara, dan lainnya. Karena persoalan jarak yang lumayan jauh itu, koordinasi kerja lebih banyak dilakukan via internet daripada pertemuan langsung.
“Siapa pun yang menjadi ketua, yang penting jalannya on the track,” pungkasnya. (Mh)