ChanelMuslim.com – Saat gempa dan tsunami melanda Provinsi Aceh pada 26 Desember 2004 lalu, ratusan relawan Pramuka dari Kwarda Aceh, Kwarnas Gerakan Pramuka, dan berbagai daerah lainnya di Indonesia berbondong-bondong membantu korban. Walau medannya tidak mudah karena banjir, mereka rela menembusnya demi membantu para korban di daerah tersebut.
Hermanto, Ketua Satgas Pramuka Peduli Kwarda Aceh kala itu membagikan pengalamannya dalam membantu korban tsunami Aceh. Hari keempat setelah tsunami, ia bersama Satgas Pramuka Peduli Aceh menerima relawan Pramuka ke Aceh. Tanggal 4 Januari 2005, ia menerima tim relawan dari Kwarnas Gerakan Pramuka yang dipimpin oleh Bayu Tresna.
Hermanto mengatakan, para relawan Pramuka itu diinapkan di Gedung Gerakan Pramuka Kwarda Aceh. “Saat itu saya juga mengajak kawan-kawan dan adik-adik (Pramuka) di Aceh untuk bergabung dalam Satgas Pramuka Peduli Tsunami Aceh dengan rekan dari Kwarnas,” tuturnya saat dihubungi melalui WhatsApp, Selasa (26/12).
“Adapun kegiatan yang dilakukan di Aceh yaitu evakuasi korban, konseling terhadap anak-anak korban tsunami, menghimpun data jumlah anggota Pramuka yang jadi korban, membantu manajemen posko pengungsi di daerah Banda Aceh dan Aceh Besar, kerja bakti daerah tsunami baik tempat masyarakat umum maupun anggota Pramuka,” paparnya.
Ia meneruskan, mereka juga membagikan bantuan sembako dan pakaian sumbangan Pramuka dari dalam dan luar negeri, membagikan bantuan perlengkapan sekolah dari Jawa Timur, mencari korban tsunami keluarga anggota Pramuka, penghijauan, kemah bakti, dan beberapa aktivitas peduli lainnya.
“Jumlah anggota (Pramuka) yang terlibat 250 orang tahap awal, berasal dari luar Aceh dan Aceh. Dan 450 orang saat kemah bakti. Lama mereka bertugas di Aceh enam bulan,” ungkapnya.
Setelah enam bulan, relawan Pramuka dari Aceh masih terus membantu korban tsunami. Bahkan, mereka bertugas hingga pertengahan 2006, untuk membantu rehabilitasi korban tsunami.
“Itu kita bekerja untuk penguatan kembali anggota Pramuka dan berkiprah dalam konseling di barak-barak pengungsian karena belum dimulai pembangunan dan masih tinggal di pengungsian,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault mengatakan, bencana nasional tersebut adalah kisah kelam dan harus jadi renungan bersama. Kisah kelam itu bukan untuk ditangisi apalagi diratapi, tetapi harus diambil hikmahnya di balik tragedi tersebut.
Pria yang hobi mendaki gunung ini mengajak masyarakat dan Pramuka di mana pun berada agar mendoakan Aceh dan daerah-daerah lainnya di Indonesia yang tengah menghadapi bencana.
“Kita sebagai umat manusia hanya bisa berikhtiar, bertawakal dan berserah diri kepada-Nya. Mari berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, hasilnya kita pasrahkan kepada-Nya, serta beribadah hanya kepada-Nya,” pungkasnya.[ah/rilis]