Oleh: Sirat Rizhqi Purnawati (Guru Alquran)
ChanelMuslim.com-Bagaimana seharusnya keluarga muslim menyambut Ramadhan?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” [Al-Baqarah: 183]
Sebentar lagi akan datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Rasulullah saw, keluarganya, sahabatnya selalu berbahagia, penuh suka cita dalam menyambut dan mempersiapkannya.
Ramadhan adalah tamu istimewa. Ramadhan adalah hadiah dari Allah untuk keluarga muslim agar mereka menjadi lebih bertaqwa. Ramadhan adalah bulan mulia. Dengan melakukan ibadah bersama-sama, keluarga muslim semakin merekatkan kasih sayang. Suami dengan istri semakin harmonis. Anak dengan orang tua semakin akrab dan hangat. Lebih dari itu, merekatkan hubungan antar keluarga. Karena salah satu adab di bulan Ramadhan menurut Syaikh Suham Mustafa adalah silaturahim terutamanya kepada sanak kerabat.
Ramadhan penuh keberkahan, sebagaimana terdapat dalam hadits sahih dalam Musnad Ahmad, Rasulullah saw bersabda,
“Allah memuliakan umatku dengan lima perkara”
Lima perkara tersebut adalah:
1. Bau tidak sedap dari mulut seseorang di antara umatku lebih wangi daripada harumnya misk.
2. Ikan-ikan di lautan pun memintakan ampun kepada seseorang di antara mereka sampai ia berbuka.
3. Allah menghias surga setiap hari dan Dia berfirman kepadanya (surga), “Berhiaskan! Hampir-hampir para hamba-Ku menerima bantuan untuk kemudian memasukinya.”
4. Allah membelenggu setan atau para dedengkotnya sehingga mereka tidak dibiarkan melakukan apa yang sebelumnya akan mereka lakukan.
5. Pada akhir malam dari bulan Ramadhan, Allah membebaskan (hamba-Nya dari siksa neraka) sebanyak jumlah manusia yang diampuni pada malam-malam sebelumnya.
Lalu sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pada malam Lailatul Qadar ataukah akhir malam?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan itu pada akhir malam, seseorang yang beramal akan mendapatkan ganjaran setelah menyelesaikan amalnya.”
Dengan kemuliaannya dan keutamaan yang besar, keluarga muslim hendaknya berusaha dengan optimal agar termasuk golongan yang memasuki surga, diampuni dosa-dosanya karena menjalani Ramadhan dengan ikhlas dan ihsan. Juga, termasuk keluarga yang dibebaskan dari neraka. Aamiin.
Sudah sepatutnya Ramadhan disambut dan disiapkan dengan sebaik-baiknya. Dengan persiapan yang baik, keluarga muslim insyaAllah akan memperoleh keberhasilan di bulan Ramadhan.
Meneladani Rasulullah dan generasi salafus sholeh dalam menyambut Ramadhan
1. Generasi emas Islam terdahulu menyambut Ramadhan dengan doa tulus.
Imam At-Tarmidzi meriwayatkan dengan sanad yang hasan, bahwa Rasulullah saw apabila melihat hilal Ramadhan beliau bersabda:
اَللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ رَبَّنَا وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ الل
“Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah,” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ad Darimi. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan karena memiliki penguat dari hadits lainnya.
Al-Hafidz Ibnu Rajab menyebutkan salah satu contoh doa yang sahabat lantunkan. Diriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir – seorang ulama tabi’in –, bahwa beliau mengatakan,
Di antara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”
Seolah-olah mereka para sahabat khawatir tidak lagi menjumpai Ramadhan, beribadah di dalamnya dan memperoleh kesempatan bertemu dengan Lailatul Qadar.
Para Ayah dan Bunda yang sholih tidak akan melewatkan mengajak anak-anak untuk berdoa kepada Allah sebagaimana doa para orang-orang sholih terdahulu supaya bertemu dengan Ramadhan.
Para salaf bahkan berdoa (selama) enam bulan agar Allah memberi kesempatan mereka menjumpai bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan berikutnya agar Allah menerima (amal-amal shaleh) yang mereka kerjakan.
2. Rasulullah menyiapkan Ramadhan dengan memberi kabar gembira kepada keluarga dan para sahabat. Rasulullah saw mengingatkan kepada mereka tentang keutamaan dan keberkahan Ramadhan. Rasulullah juga menerangkan tentang fiqh Ramadhan sebagai bekal ilmu sahabat dan keluarga.
Abu Hurairah ra berkata, “menjelang kedatangan bulan Ramadhan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Telah datang kepada kamu syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan kamu berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaithan-syaithan dibelenggu. Padanya juga terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam itu, maka ia telah terhalang dari kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Di samping persiapan individual, perlu dilakukan tarhib untuk keluarga-keluarga muslim. Mereka dikumpulkan dalam masjid atau tempat yang lapang untuk mendengar dan menyimak tentang Ramadhan, adab-adab, syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya atau amal ibadah lainnya.
Tarhib membantu keluarga muslim menyiapkan ilmu memasuki bulan Ramadhan. Dalam tarhib, keluarga muslim saling mengingatkan adakah utang puasa yang belum ditunaikan. Apabila pemahaman suatu ibadah diketahui maka tidak akan seseorang menyia-nyiakannya.
3. Memperbanyak ibadah sebagai sarana menyiapkan jiwa dan fisik.
Memasuki bulan Sya’ban, Rasulullah saw meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah.
Aisyah ra, ia berkata, “Aku belum pernah melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam berpuasa sebanyak yang ia lakukan di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada bulan Sya’ban, Rasulullah saw memperbanyak puasa dan ibadah lainnya. Keluarga muslim yang ingin meraih kesuksesan menjalani ibadah Ramadhan perlu untuk melatih diri (riyadhoh) sebelum memasukinya.
Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan,
شهر رجب شهر للزرع و شعبان شهر السقي للزرع و رمضان شهر حصاد الزرع
“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.”
Para salafus sholeh membiasakan diri beramal sholeh di bulan Rajab, kemudian meningkat lagi di bulan Sya’ban. Dan puncaknya adalah di bulan Ramadhan.
Membiasakan diri dengan ibadah-ibadah di bulan sebelum Ramadhan akan memudahkan melakukan ibadah di bulan Ramadhan. Misal, sebuah keluarga menargetkan khatam Alquran bersama satu kali dalam bulan Ramadhan, maka semenjak bulan sebelumnya mulai membaca Alquran minimal 5 lembar bersama. Atau bisa juga bersama-sama satu keluarga menjalani puasa bersama Senin dan Kamis.
4. Mempersiapkan Harta
Keluarga muslim mempersiapkan harta supaya bisa melipatgandakan shodaqoh. Orang tua juga memotivasi anak-anak untuk menabung sehingga Ramadhan bisa berinfaq dengan jumlah dan frekuensi lebih. Bukankan keluarga muslim ingin meneladani Rasulullah dalam bersedekah di bulan Ramadhan?
Dalam Shahihain, dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan, tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Alquran kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307)
5. Taubat
Bertaubat adalah tanda keseriusan menyambut bulan Ramadhan. Seorang ulama menyampaikan, ‘Manakah yang lebih didahulukan membersihkan tempat atau menghiasnya terlebih dahulu?” Tentu membersihkan tempat lebih didahulukan dari menghiasnya. Demikian juga sebelum memasuki Ramadhan perlu bertaubat untuk membersihkan diri dari dosa sebelum kita menghiasi Ramadhan dengan ibadah wajib dan sunah.
Keluarga muslim yang menginginkan keberhasilan meraih tujuan Ramadhan, taqwa, hendaknya melakukan tazkiyatun nafs. Dimulai dari meminta maaf antaranggota keluarga. Seringkali lisan orang tua tak sadar menyakiti hati anak. Tatapan orang tua tak sadar membuat hati anak menjadi kecil. Selanjutnya memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar Allah membantu membersihkan hati sehingga ia menjadi lunak dan mudah menerima petunjuk.
Puasa dan ibadah-ibadah lain di bulan Ramadhan seperti, sholat, zakat, tilawah Quran, sedekah, dzikir, i’tikaf adalah sarana meraih taqwa. Dengan mengetahui keutamaan ibadah tersebut, keluarga muslim akan berusaha untuk sungguh-sungguh melaksanakannya.
Allah menginginkan keluarga muslim yang menjalani ibadah Ramadhan bertambah ketaqwaan dan rasa takut kepada Allah sehingga mereka selalu merasa diawasi oleh Allah. Allah menginginkan dengan kebersamaan dalam melaksanakan ibadah keluarga muslim semakin dekat hubungannya satu sama lain, semakin saling mencintai dan menyayangi karena Allah.
Ramadhan bulan penuh keutamaan. Allah menjanjikan ampunan, pahala yang melimpah dan surga yang indah. Mari kita sambut dengan kegembiraan dan kesungguhan. Mari kita sambut sebagaimana Rasulullah dan keluarganya menyambut.
Wallahu’alam bi showab
Sumber bacaan:
– Ad-Duwaisy, Ibrahim, 2005. Ramadhan Sepanjang Masa, terj. Solo: Aqwam.
– Al-Qarni, Aidh, 2007. Ramadhan Agar Puasa Tak Sekedar Lapar Dan Dahaga, terj. Solo: Aqwam.
– Mustofa, Fuhaim, 2009. Kurikulum Pendidikan Anak Muslim, terj. Surabaya: Pustaka elBa.
-Nursyam, Fakhruddin, 2008. The Great Power Of Ramadhan. Solo: Era Intermedia.
(ind)