Friday, May 20, 2022
Tentang Kami . Redaksi . Pedoman Siber . Iklan
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Sekolah
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Sekolah
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
No Result
View All Result
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

Jurus Ampuh RI untuk Bisa Kalahkan Covid-19

March 13, 2020
in Berita
5 min read
0
66
SHARES
507
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram

oleh: Dr. Dino Patti Djalal, Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI)

ChanelMuslim.com – Sejak virus COVID-19 resmi masuk ke wilayah Indonesia, dan dengan pengumuman resmi World Health Organization (WHO) bahwa COVID-19 telah menjadi pandemi global, Pemerintah RI, sambil terus menenangkan rakyat, perlu memperhitungkan risiko terburuk.

Ada dua jenis risiko yang kita hadapi: Risiko global, dan risiko lokal. Risiko global adalah disrupsi dan destruksi yang diakibatkan COVID-19 terhadap ekonomi dunia.

ArtikelTerkait

3 Syarat Kemenangan

Buka Mukernas IV PP Lidmi, Tamsil Linrung: Indonesia Membutuhkan Gerakan Anak Muda yang Progresif

Promosi LGBT Kerdilkan Institusi Keluarga dan Rusak Moral Bangsa

Tentang Hari Nakba yang Diperingati Setiap 15 Mei oleh Warga Palestina

Aksi Solidaritas YBM PLN untuk Keluarga Korban Gantung Diri di Sragen

Pesan untuk Dunia dari Kematian Jurnalis Al Jazeera

Load More

Menurut data terakhir (pada saat tulisan ini dibuat), COVID-19 sudah menular pada 121.000 orang di 100 negara lebih, dan merenggut 4.373 korban jiwa. Angka-angka ini tentunya akan terus melonjak — jumlah kematian COVID-19 sudah jauh melebihi jumlah kematian flu burung. Penderita COVID-19 sudah jauh melebihi gabungan penderita SARS, MERS, dan Ebola.

Dalam antisipasi risiko global ini, kita juga perlu mencatat, nampaknya risiko penyebaran COVID-19 yang terbesar bukan lagi berasal dari China. Namun, dari negara-negara lain, terutama yang kapasitas penanganannya lemah.

Dampak global COVID-19 telah terlihat secara berantai memukul berbagai sektor: Pasal modal, supply-chain, manufaktur, komoditi, turisme, travel, ritel, business confidence, dan sebagainya. Kemungkinan terjadinya resesi dunia tetap ada. Yang jelas, COVID-19 bisa menjadi ancaman ekonomi terburuk sejak krisis keuangan tahun 2008. Dan sejujurnya, risiko global ini berada di luar kendali kita. Yang berada di bawah kendali kita adalah risiko lokal — yaitu penyebaran COVID-19 di tanah air kita sendiri.

Skenario terburuk adalah COVID-19 terus menyebar di Tanah Air tak terdeteksi dan tak terkendali, sehingga kita tidak berhasil mencapai peak (puncak) epidemi tahun ini karena korban terus berjatuhan sampai akhir tahun dan bahkan berlanjut tahun depan. Apalagi vaksin diperkirakan paling cepat 1 tahun lagi baru ditemukan.

Kalau ini terjadi, maka dampak ekonominya akan fatal bagi Indonesia: Ekspor kita runtuh; orang Indonesia (buruh, turis, profesional) akan terkena travel ban di luar negeri; investor mundur; turis asing akan merosot jauh; dan lain-lain.

Saya paham pasti ada yang mengatakan, ”Waduh, jangan menakut-nakuti orang. Kemungkinan itu terjadi kecil.” Jawaban saya: Justru kalau kita meremehkan situasi, skenario terburuk bisa terjadi. Mantan Wapres Jusuf Kalla pernah mengeluh, “Orang Indonesia biasanya hanya akan sadar krisis kalau mayat sudah bergelimpangan di jalan.”

Untuk menghindari kemungkinan terburuk bagi Indonesia, kita harus berani mengambil langkah drastis. Termasuk membenahi mentalitas birokrasi kita.

Dalam dunia kesehatan kita, sejak puluhan tahun cukup sering terdengar kasus temuan penyakit di lapangan yang tidak dilaporkan ke atas atau ke pusat. Kalaupun dilaporkan ke atas, temuan tersebut sering ditutupi dengan alasan “menjaga stabilitas,” tidak mau repot, tidak mau ribut, tidak ada anggaran untuk mengambil tindakan, tidak mau wilayah kerjanya dapat rapor merah, atau bahkan karena tidak peduli. Kelemahan birokrasi yang sudah lama ini masih ada sampai sekarang.

Hal ini menjadi penting karena tantangan terbesar kita bukan hanya merawat penderita COVID-19 yang kita ketahui. Namun, bagaimana mendeteksi penderita COVID-19 yang TIDAK kita ketahui, yang jumlahnya bisa jauh lebih banyak.

Dalam melawan epidemi, skenario terburuk adalah apabila pekerja kesehatan terus tertinggal jauh di belakang penyebaran virus. Sebagai contoh, di Italia, jumlah penderita COVID-19 naik drastis dari 600 menjadi 10.000 hanya dalam 10 hari, sehingga akhirnya seluruh wilayah Italia harus dikurung.

Di Indonesia, masalahnya adalah sistem penanganan COVID-19 kita masih cenderung menunggu bola ketimbang menjemput bola — beda dari apa yang dilakukan di China dan Korea Selatan. Untuk mengalahkan COVID-19, kita harus menghindari sikap defensif. Kita sempat mengambil sikap bahwa mengakui keberadaan COVID-19 merupakan hal yang memalukan bangsa. Bahkan ada pemikiran untuk merebut pasar turis dunia agar berbelok dari negara COVID-19 ke Indonesia.

Tujuh minggu sejak COVID-19 muncul, kita lebih berupaya merebut predikat sebagai negara “bebas Corona” ketimbang melakukan persiapan sistemik yang maksimal di dalam negeri untuk mengantisipasi masuknya corona virus. Wakil WHO di Indonesia pun sempat di-bully hanya karena ia dianggap menyangsikan klaim bahwa tidak ada satupun penderita COVID-19 di Indonesia.

Memasuki babak baru ini, sikap defensif dan denial kini harus digantikan dengan sikap hiper proaktif dan transparansi total — apa yang disebut pakar manajemen Jim Collins sebagai “productive paranoia.“

Untuk mengalahkan COVID-19, kita juga tidak punya pilihan selain mengandalkan kerja sama internasional. Terutama dengan WHO dan lembaga internasional yang berurusan dengan virologi dan vaksin.

Ingat, dalam upaya perang salib melawan pandemi, yang akan menyelamatkan rakyat kita bukan saja nasionalisme, namun juga internasionalisme. Mengapa? Karena posisi Indonesia dalam percaturan COVID-19 masih sangat labil.

Kita tidak punya laboratorium kelas dunia, tidak punya banyak dokter yang pengalaman, tidak punya peralatan yang canggih. Kita juga tidak menjadi bagian dari jaringan elite peneliti dunia, tidak punya kapasitas untuk membuat vaksin. Dan kalaupun vaksin ditemukan entah dimana, kita belum tentu punya akses untuk mendapatkan vaksin tersebut pada gelombang pertama.

Semua gap ini hanya bisa diperbaiki dengan merangkul dunia luar. Presiden China Xi Jinping benar sekali bahwa senjata yang bisa mengalahkan virus hanya satu: Teknologi.

Belajar dari Kasus Flu Burung

Di sini, kita perlu mengambil pelajaran mahal dari pengalaman sebelumnya. Dulu, sewaktu dunia menghadapi ancaman flu burung pada tahun 2004-2009, Menteri Kesehatan (Siti Fadillah Supari) waktu itu malah menggempur WHO habis-habisan.

Kemenkes juga menolak berbagi sampel virus H5N1 kita dengan dunia luar. Padahal, sampel virus yang kita miliki sangat dibutuhkan untuk membuat vaksin, sementara korban jiwa terus berjatuhan. (Sebagai perbandingan, China di awal krisis langsung secara aktif membuka segala data virus COVID-19 secara online agar semua pihak di manapun dapat mempelajarinya untuk membuat vaksin).

Lebih parah lagi, oleh Menkes waktu itu permasalahan dengan WHO dijadikan komoditas politik di dalam negeri untuk menyulut semangat nasionalisme yang sempit. Kebijakan Kemenkes kita waktu itu juga sangat dipengaruhi oleh kelompok politik tertentu yang sangat anti-asing, sehingga tidak jelas mana kebijakan kesehatan publik yang murni dan mana yang sentimen politik. Untung saja, flu burung waktu itu tidak menjadi pandemi dan akhirnya surut sendiri.

Situasi kini berbalik. Kini justru kita yang (sangat) membutuhkan WHO. Kesombongan kita terhadap WHO jangan sampai terulang lagi karena hanya akan merugikan rakyat kita sendiri. Selain dengan WHO, Pemerintah kita juga harus proaktif bekerja-sama dengan China, dan jangan menjauhi segala sesuatu yang berbau Negeri Tirai Bambu.

Memang benar, virus COVID-19 berasal dan menyebar dari Wuhan, namun faktanya China — bukan Amerika, Italia, Jepang — adalah negara yang paling banyak terjangkit COVID-19 sekaligus yang paling sukses menangani COVID-19.

Banyak pelajaran, pengalaman, dan peralatan China yang pasti bermanfaat bagi upaya kita di Indonesia. Rumah sakit kita justru harus berkonsultasi dengan sejumlah rumah sakit di Wuhan yang telah terbukti sukses menjadi bebas corona.

China, misalnya, mempunyai alat yang dapat memastikan keberadaan COVID-19 dalam pasien hanya dalam 3 jam, bukan berhari-hari seperti yang masih berlaku di Indonesia. Namun, kalau tidak salah, alat yang sudah terbukti di lapangan itu masih belum masuk di Indonesia, karena kita masih “alergi” terhadap China. Kita harus peka dan cerdik menyikapi situasi ini. Jangan lupa: Bisa jadi China lah — bukan Amerika — yang akan menemukan dan memproduksi vaksin COVID-19.

COVID-19 sebenarnya merupakan peringatan penting bagi bangsa kita. Bill Gates beberapa tahun lalu menyatakan, ancaman terbesar terhadap umat manusia bukan lagi perang nuklir, tapi virus yang mematikan. Masalahnya: Dunia tidak siap menghadapi pandemi.

Kita tidak perlu panik, namun kita juga tidak perlu berandai-andai lagi: COVID-19 adalah ancaman kesehatan, kemanusiaan, sosial, ekonomi, dan keamanan terbesar bagi Indonesia tahun ini. Kita harus siap “perang” all-out melawan COVID-19 jika diperlukan.

Kalaupun kita berhasil mengalahkan COVID-19 kali ini, maka di masa mendatang pasti akan timbul lagi ancaman virus baru yang lebih sulit dan mematikan. Inilah saatnya Indonesia mulai membangun sistem dan infrastruktur penanganan penyakit menular yang tangguh. [ind]

Previous Post

Rakernas I, Posdai Usung Standardisasi Gerakan Dakwah

Next Post

Ketua DPP Hidayatullah: Pentingnya Menjaga Ukhuwah Para Dai

Related Posts

3 Syarat Kemenangan

3 Syarat Kemenangan

May 16, 2022
506

SYARAT kemenangan ini disampaikan oleh Dr. Anis Byarwati, S.Ag., M.Si., anggota legislatif DPR RI dari Fraksi PKS daerah pemilihan Jakarta...

Buka Mukernas IV PP Lidmi, Tamsil Linrung: Indonesia Membutuhkan Gerakan Anak Muda yang Progresif

Buka Mukernas IV PP Lidmi, Tamsil Linrung: Indonesia Membutuhkan Gerakan Anak Muda yang Progresif

May 16, 2022
518

Senator Republik Indonesia, Tamsil Lirung hadir untuk membuka acara di kegiatan Mukernas PP LIDMI ke IV dengan Tema Transformasi Gerakan

Peran Wali dalam Jodoh Wanita

Promosi LGBT Kerdilkan Institusi Keluarga dan Rusak Moral Bangsa

May 15, 2022
511

Oleh Tim Kajian PP Salimah http://www.salimah.or.id/ (Ormas yang peduli dalam peningkatan kualitas hidup perempuan, anak, dan keluarga Indonesia)   BARU-BARU...

Hari nakba 15 mei

Tentang Hari Nakba yang Diperingati Setiap 15 Mei oleh Warga Palestina

May 15, 2022
507

Setiap tahun pada tanggal 15 Mei, warga Palestina memperingati hari Nakba, bencana yang terjadi pada tahun 1948. Nakba adalah akar

Aksi Solidaritas YBM PLN untuk Keluarga Korban Gantung Diri di Sragen

Aksi Solidaritas YBM PLN untuk Keluarga Korban Gantung Diri di Sragen

May 15, 2022
506

Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN menunjukkan aksi solidaritas dengan membantu keluarga korban gantung diri di Sragen. Sebelumnya, ditemukan

Kematian jurnalis al jazeera

Pesan untuk Dunia dari Kematian Jurnalis Al Jazeera

May 15, 2022
512

Kematian Jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh seolah-olah memberi pesan untuk dunia. Seperti diketahui, Shireen menjadi jurnalis yang

Gaza tidak layak huni

Muhammad Husein Gaza Ungkap Kota Gaza Tidak Layak Dihuni

May 15, 2022
510

Aktivis kemanusiaan asal Indonesia yang tinggal di Palestina, Muhammad Husein Gaza mengungkap bahwa kota Gaza sudah tidak layak untuk dihuni

Jelang Peringatan Hari Nakba, Dubes Palestina Apresiasi Dukungan Rakyat Indonesia

Duta Besar Palestina Apresiasi Dukungan Rakyat Indonesia Jelang Peringatan Hari Nakba

May 13, 2022
509

PALESTINA akan memperingati Hari Nakba pada 15 Mei mendatang. Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al Shun mengapresiasi dukungan pemerintah...

Perdamaian yang Dirindukan Palestina

Perdamaian yang Dirindukan Palestina

May 14, 2022
517

Perdamaian yang dirindukan Palestina sulit terwujud karena Israel tidak menunjukkan keinginan untuk berdamai. Duta Besar Palestina

Senam Indonesia ASEAN

Senam Indonesia Terpilih sebagai ASEAN Fun Aerobic Dance

May 14, 2022
504

Senam Indonesia bernama Aerobic Sat Kerthi for All terpilih sebagai ASEAN Fun Aerobic Dance (AFAD). Kementerian Kesehatan RI di

Load More
Next Post

Ketua DPP Hidayatullah: Pentingnya Menjaga Ukhuwah Para Dai

Bom Waktu Internet dan Ketahanan Keluarga Kita

Massa KOMIK Desak Kembalikan Program Sistem Penempatan Satu Kanal Pada Pemerintah

Terbaru

Pelajaran menjadi orang hebat

3 Pelajaran untuk Menjadi Orang Hebat dari Perjalanan Salman Al-Farisi

May 20, 2022
Mengenal Al-Biruni, Matematikawan Pertama yang Menentukan Arah Kiblat

Mengenal Al-Biruni, Matematikawan Pertama yang Menentukan Arah Kiblat

May 20, 2022
Sakit Hati

Sakit Hati kepada Anak

May 20, 2022
Harper MT Haryono Berikan Ragam Penawaran Menarik Bagi Karyawan BUMN

Harper MT Haryono Berikan Ragam Penawaran Menarik Bagi Karyawan BUMN

May 20, 2022
Memantau Riwayat Kesehatan Jamaah Haji dengan Aplikasi TeleJamaah

Memantau Riwayat Kesehatan Jamaah Haji dengan Aplikasi TeleJamaah

May 20, 2022
Tanda Cegukan Tidak Wajar Pada Bayi yang Perlu Penanganan Dokter

Tanda Cegukan Tidak Wajar Pada Bayi yang Perlu Penanganan Dokter

May 20, 2022
Masalah Krusial

Masalah Krusial yang Tidak Boleh Diabaikan

May 20, 2022
Waktu Tunggu Antrian Haji Kian Lama

Waktu Tunggu Antrian Haji Kian Lama

May 19, 2022
Lima Adab Melaksanakan Ibadah Haji

Lima Adab Melaksanakan Ibadah Haji

May 19, 2022
Changemakers Nusantara Day, Pertemuan Akbar Ribuan Pembawa Perubahan Tanah Air

Changemakers Nusantara Day, Pertemuan Akbar Ribuan Pembawa Perubahan Tanah Air

May 19, 2022

TERPOPULER

  • shakila premium

    Kenalan sama Bahan Shakila Premium yang Lagi Naik Daun Yuk!

    11002 shares
    Share 4401 Tweet 2751
  • 33 Pertanyaan yang Harus Ditanyakan Setiap Gadis Saat Taaruf

    4916 shares
    Share 1966 Tweet 1229
  • Jawahirul Qur’an Karya Imam Al-Ghazali

    143 shares
    Share 57 Tweet 36
  • Hukum Membakar Pakaian Bekas

    1224 shares
    Share 490 Tweet 306
  • Tips Cara Mengetahui Ragi Masih Aktif atau Tidak

    2470 shares
    Share 988 Tweet 618
  • Perkembangan Emosi Anak Usia 3 Tahun

    119 shares
    Share 48 Tweet 30
  • Buka Aura, Bagaimana Hukumnya menurut Syariah?

    2129 shares
    Share 852 Tweet 532
  • Perbedaan Shalat Jamak dan Qasar

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Ucapkan Barakallah sebagai Pengganti Selamat

    3983 shares
    Share 1593 Tweet 996
  • Ayat dan Hadits Tentang Tauhid

    1515 shares
    Share 606 Tweet 379
  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact

Tentang Kami . Redaksi . Pedoman Siber . Iklan
Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Sekolah
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

Tentang Kami . Redaksi . Pedoman Siber . Iklan
Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga