Chanelmuslim.com-Saat mengandung, perubahan suasana hati ibu hamil tak hanya dirasakan oleh si ibu atau orang di sekitarnya, tapi juga oleh janin. Meskipun kenyataannya, si janin masih berada di dalam rahim ibu.
Diungkapkan psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo MPsi., Psikolog, rahim ibarat sekolah paling lama untuk anak. Sebab, selama kurang lebih 9 bulan anak berada di dalam rahim selama 24 jam 7 hari.
Apa yang ibu rasakan yakni energi berupa getaran saja bisa dirasakan oleh si anak, meski ia masih di dalam kandungan. Anas juga menyebut ada istilah conscious parenting atau pengasuhan yang berkesadaran, dan bahkan conscious conception.
“Jadi kita mau ‘menciptakan’ anak ini dengan sadar. Saat terjadi pembuahan karena paksaan atau rasa marah, itu bisa langsung tersimpan di rahim,” kata wanita yang akrab disapa Anas.
“Makanya kalau kami ketemu klien, ada keluhan tentang anaknya, kita lihat apa dulunya si anak ini ibaratnya diinginkan nggak sih. Saat kehamilan, apa yang ibunya rasa. Karena, perasaan dominan ibu saat hamil bisa jadi data awal kami menghadapi anak ini,” tambah Anas.
Ia mengatakan, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang peka dengan energi di sekitarnya. Misalnya saja seseorang tahu jika temannya sedang marah, maka dia diam saja. Sama halnya dengan anak yang ikut-ikutan takut ketika orang di sekitarnya marah atau bahkan ikut menangis saat ada anak lain menangis.
Nah pada anak, karena ia berada di dalam kandungan, dia bisa merasakan energi pada ibunya. Ketika energi negatif kerap dirasakan anak sejak di dalam kandungan, apa dampak yang bisa terjadi?
“Anak bisa berkembang jadi anak yang sulit di-handle. Misal dia jadi anak yang cranky, jadi difficult child. Tapi ingat, ini nggak berarti anak yang sulit di-handle atau crancky pasti karena dulunya dia merasakan energi negatif dari ibunya saat di kandungan lho ya,” tegas Anas.
Tapi intinya, anak tidak berada dalam situasi yang ideal untuk berkembang. Bahkan bisa saja si anak mudah sakit-sakitan, misalnya. Nah, pada orang tua yang memang dulunya cenderung tidak menerima si anak, bisa dilakukan mental imaginary di mana sang ibu misalnya, dibantu mengingat momen saat ia mengandung dan mengalami kondisi yang sulit.
“Terus kita minta si ibu dengan tulus mengatakan ke anak misalnya ‘Mama minta maaf ya nak sempat nolak kamu. Tapi mama sayang sama kamu semoga segala hal yang tidak mengenakkan bisa terlepas dari kamu’,” kata pemilik akun twitter @anasbubu ini.
Mengutip sebuah penelitian, Anas mengungkapkan bahwa ikatan batin antara orang tua dan anak memang sangat lekat. Ini terbukti dari studi soal DNA air liur anak dan orang tuanya yang diletakkan di tempat berbeda. Kemudian, saat si orang tua berseteru, DNA liur sang anak bergejolak. Ini menunjukkan bahwa ikatan antara anak dan orang tua amat erat, demikian dikatakan Anas.(ind/dethealth)