CURAHAN duka dan kecaman terjadi menyusul pembunuhan Israel terhadap lima staf Al Jazeera di Gaza, termasuk koresponden terkemuka Anas Al-Sharif.
Serangan pesawat nirawak pada Ahad malam (10/8/2025) menghantam sebuah tenda jurnalis yang ditempatkan di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, memakan korban meninggal sebanyak tujuh orang.
Beberapa jam sebelumnya, al-Sharif, 28 tahun, mengunggah postingan di X tentang pengeboman intens dan terkonsentrasi Israel di Kota Gaza bagian timur dan selatan.
Dikenal karena laporannya yang berani dari Gaza utara, ia telah menjadi salah satu suara paling dikenal yang mendokumentasikan genosida Israel yang sedang berlangsung di wilayah kantong tersebut.
Menjadi jurnalis merupakan keputusan yang sangat berisiko di Gaza.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Maka dari itu, mereka para penyambung lidah kebenaran kepada dunia sudah tahu bahwa syahid adalah taruhannya.
Dengan begitu para pahlawan ini telah membuat wasiat sebelumnya, agar misi kebenaran ini tetap berumur panjang untuk dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.
View this post on Instagram
Berikut wasiat penuh haru yang telah ditulis oleh Anas Al-Sharif:
Inilah wasiat dan pesan terakhirku. Jika kata-kata ini sampai kepadamu, ketahuilah bahwa Israel telah berhasil membunuhku dan membungkam suaraku. Pertama-tama, Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Allah tahu aku telah mengerahkan segenap daya dan upayaku untuk menjadi penopang dan penyambung lidah bagi kaumku, sejak aku membuka mataku pada kehidupan di lorong-lorong dan jalanan kamp pengungsu Jabalia. Harapanku adalah Allah memperpanjang umurku agar aku dapat kembali bersama keluarga dan orang-orang terkasih ke kota asal kami, Asqalan (Al-Majdal) yang diduduki.
Inilah Wasiat Anas Al-Sharif, Jurnalis Al Jazeera yang Syahid di Gaza
Namun, kehendak Allah telah didahulukan dan ketetapannya adalah final. Aku telah menjalani semua derita, merasakan penderitaan dan kehilangan berkali-kali. Namun aku tak pernah ragu menyampaikan kebenaran dengan apa adanya, tanpa distorsi ataupun pemalsuan. Biar Allah menjadi saksi bagi mereka yang tetap diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, mereka yang mencekik napas kami dan yang hatinya tak tergerak oleh sisa-sisa anak-anak dan perempuan kami yang berserakan, tanpa melakukan apapun untuk menghentikan pembantaian yang telah dihadapi kaum kami selama lebih dari satu setengah tahun.
Aku percayakan kepadamu Palestina, permata mahkota kaum muslimin, detak jantung setiap orang merdeka di dunia ini.
Kupercayakan rakyatnya kepadamu, anak-anaknya yang terzalimi dan tak berdosa yang tak pernah punya waktu untuk bermimpi untuk hidup aman dan damai.
Tubuh mereka yang suci hancur lebur di bawah ribuan ton bom dan rudal Israel, terkoyak dan berserakan di tembok-tembok.
Aku mendesakmu untuk tidak membiarkan rantai membungkamu atau membiarkan batas-batas yang membatasimu.
Jadilah jembatan menuju pembebasan tanah dan rakyatnya, hingga matahari martabat dan kebebasan terbit di atas tanah air kita yang dicuri.
Aku mempercayakan kepadamu untuk merawat keluargaku. Aku mempercayakan kepadamu putriku tercinta, Syam. Cahaya mataku, yang tak pernah bisa kulihat tumbuh dewasa seperti yang kuimpikan.
Aku mempercayakan kepadamu putraku tersayang, Salah. Yang ingin aku dukung dan dampingi sepanjang hidupnya hingga ia cukup kuat untuk menanggung bebanku dan meneruskan misi ini.
Kutitipkan padamu ibuku tercinta, yang doa-doanya yang penuh berkah telah membawaku ke tempatku sekarang. Yang doanya menjadi bentengku dan yang cahayanya membimbing jalanku. Ku doakan semoga Allah memberinya kekuatan dan membalasnya dengan pahala yang terbaik untukku.
Aku juga mempercayakan kepadamu pendamping hidupku, istriku tercinta, Ummu Salah (Bayan). Yang telah terpisahkan dariku selama berhari-hari dan berbulan-bulan akibat perang. Namun, ia tetap setia pada ikatan kami, setegar batang pohon zaitun yang tak pernah goyah. Sabar, tawakal kepada Allah, dan memikul tanggung jawab saat aku tiada dengan segenap kekuatan dan keyakinannya.
Baca juga: Berikut Nama-nama Jurnalis Al Jazeera yang Dibunuh Israel di Gaza
Aku mengajak kalian untuk berdiri di sisi mereka, menjadi pendukung mereka setelah Allah SWT. Jika aku mati, aku mati dengan teguh pada prinsip-prinsipku. Aku bersaksi dihadapan Allah bahwa aku Ridho dengan takdir-Nya, yakin akan bertemu-Nya, dan yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan Abadi.
Ya Allah, terimalah aku diantara para syuhada, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, dan jadikanlah darahku cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi umatku dan keluargaku. Ampunilah aku jika aku telah lalai, dan doakanlah aku dengan penuh kasih, karena aku telah menepati janjiku dan tidak pernah mengingkarinya.
Jangan lupakan Gaza dan jangan lupakan aku dalam doa tulus kalian untuk pengampunan dan penerimaan.
-Anas Jamal Al Sharif
Ditulis 6/4/2025
Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh 269 wartawan di Gaza, dalam konflik paling mematikan yang pernah tercatat bagi wartawan.
Mari kita ambil bagian untuk turut serta menjalankan wasiatnya. Teruslah bersuara, teruslah menyebarkan informasi dari Gaza.[Sdz]