TAJIKISTAN pada Juni lalu secara resmi mengeluarkan aturan pelarangan hijab. Rakyat yang 96 persen muslim pun resah. Inilah sosok di balik pelarangan itu.
Dunia Islam dihebohkan oleh aturan baru di Tajikistan. Pada Rabu, 19 Juni 2024, Tajikistan melarang warganya mengenakan jilbab. Siapa yang melanggar akan didenda minimal setara dengan 12 juta rupiah.
Pelarangan diterapkan di hampir sebagian besar tempat publik. Seperti, kantor-kantor, sekolah dan kampus, bahkan pasar.
Bukan itu saja. Bagi pria, dilarang memelihara janggut. Jika tertangkap razia di tempat umum dengan janggut lebat, akan dipotong paksa oleh petugas.
Pemerintah juga melarang segala kegiatan keislaman. Seperti perayaan menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, majelis taklim, dan lainnya. Sejumlah organisasi massa di sana pun terkena razia secara rutin.
Sosok di Balik Kebijakan Aneh itu
Namanya Emomali Rahmon. Lahir pada tahun 1952. Sudah menjabat presiden Tajikistan sejak 1994, atau 30 tahun.
Rahmon dikenal sebagai presiden yang otoriter. Setelah tiga kali terpilih menjadi presiden, pada tahun 2015, ia menobatkan diri sebagai presiden seumur hidup.
Sikap otoriternya memang seiring dengan aktivitasnya semasa Tajikistan masih bagian dari Uni Sovyet. Ia dikenal sebagai aktivis Leninisme yang radikal. Bahkan, ia disinyalir sebagai seorang pejabat Uni Sovyet yang begitu gigih memerangi Afghanistan.
Alasan Rahmon memberangus Islam adalah untuk mengembalikan budaya Tajikistan, terutama dalam berpakaian. Bahkan, ia juga sering mengaitkan busana Islam sebagai bagian dari gerakan terorisme yang berpusat di Afghanistan.
Alasan inilah yang dianggap banyak kalangan sebagai mengada-ada. Di balik propaganda itu, Rahmon sebenarnya ingin menyingkirkan penghalangan ambisinya untuk terus berkuasa. Dan penghalang utamanya adalah dakwah Islam yang kian subur di Tajikistan.
Namun, sepertinya Rahmon akan bernasib sama dengan sederet rezim yang anti Islam di berbagai belahan negeri muslim. Karena perubahan sebagai hal alami di setiap zaman. [Mh]