Saat matahari terbit pada 1 Februari, jutaan perempuan, baik Muslim maupun non-Muslim, menyiapkan jilbab mereka untuk dikenakan selama satu hari. Langkah itu dilakukan untuk menunjukkan solidaritas dan menghormati pilihan para Muslimah yang menutup aurat mereka.
“Saya pikir penting saat ini untuk mencoba memahami dan memiliki pengalaman budaya serta keyakinan sistem lain,” ujar Elizabeth Croucher, warga non-Muslim London kepada OnIslam.net.
Croucher diperkenalkan dengan acara Hari Hijab Dunia untuk pertama kalinya selama dia tinggal di Amerika Serikat pada tahun 2014 lalu.
Sejak saat itu, dia mengambil keputusan untuk mencoba mengenakan jilbab pada hari Hijab sedunia pada tahun 2015.
“Sebagai seorang wanita saya pikir mengenakan hijab akan menjadi cara yang indah dan inovatif untuk mempelajari Islam dan apa artinya menjadi seorang wanita Muslim,” katanya.
“Saya yakin ini akan memberikan perspektif yang lebih besar tentang Islam dan dunia pada umumnya.”
Pada tanggal 1 Februari, jutaan Muslimah dan wanita non-Muslim mengenakan jilbab akan berbaris di jalan-jalan 116 negara untuk menandai peringatan ketiga tahun Hari Hijab Dunia.
Hari Hijab Sedunia, yang diadakan untuk tahun ketiga berturut-turut, diprakarsai oleh Nazma Khan, yang menjadikan ide ini sebagai sarana untuk menumbuhkan toleransi beragama dan saling memahami.
Dia juga melihat peristiwa ini sebagai kesempatan terbaik untuk melawan beberapa kontroversi seputar mengapa perempuan Muslim memilih untuk memakai jilbab.
Tahun ini, Khan mengatakan kepada wartawan dia berharap bisa memobilisasi lebih dari 10 juta wanita di seluruh dunia.
Amanda Whyman, seorang mahasiswia dari Manchester, mengatakan ia berada di Belgia tahun lalu untuk Hari Hijab Dunia.
“Saya menghadiri acara Hijab Dunia tahun lalu dan saya akan hadir pada tahun ini. Saya punya teman-teman Muslim sedikit dan saya benar-benar ingin memahami sudut pandang mereka dan melihat sendiri apa bagaimana rasanya mengenakan hijab,” tegas Whyman.
“Sejujurnya, saya merasa seperti diri saya sendiri! Maksud saya saya masih seperti orang yang sama, hanya berpakaian saja yang berbeda, namun persepsi masyarakat terhadap saya benar-benar berbeda.”
Afeefah Binte Irfan, seorang wanita asli Pakistan menyatakan bahwa Hari Hijab Dunia adalah tonggak menuju perubahan persepsi stereotip.
“Hijab adalah pilihan, saya setuju hal itud an tidak ada yang bisa memaksa lain untuk mengenakannya. Karena itu, saya sangat percaya bahwa untuk mengubah persepsi stereotip, kita harus mengambil langkah-langkah berani yang solid,” tulisnya dalam sebuah artikel.
“Dunia biasanya melihat Hijab sebagai simbol penindasan, melihatnya sebagai lebih dari sebuah gagasan anti seksi. Dalam rangka untuk memecahkan stereotip ini, saya merasa, perempuan Muslim harus membuktikan keberanian mereka dalam setiap bidang kehidupan. Dari Jurnalisme ke perancang fashion dan lain sebagainya. Muslimah harus membuktikan kepada dunia bahwa Hijab tidak membatasi atau menghalangi mereka untuk sukses di tengah masyarakat.”[af/onislam]