HAMAS mempermalukan Israel tentang sesumbarnya sebagai negara yang super aman. Melalui operasi ‘Badai Al-Aqsha’, Hamas memperlihatkan pada dunia bahwa Israel negara lemah.
Subuh waktu Palestina itu begitu syahdu. Langit begitu cerah. Angin pun berhembus sepoi-sepoi. Ribuan pasukan Izzuddin Al-Qassam tampak bersiap usai shalat Subuh berjamaah.
Kemana? Apakah mereka akan latihan di sekitaran wilayah Gaza, Palestina?
Mereka tidak sedang bersiap untuk latihan. Tapi untuk menginvasi Israel di Sabtu pagi buta. Di saat tentara dan warga Israel sedang tertidur pulas. Di saat sebagian mereka sedang teler karena berpesta semalam suntuk.
Dan, di saat mereka masih asyik terbuai dengan mimpi sebagai negara paling aman di seluruh dunia mana pun.
Serangan Empat Penjuru
Siapa sangka, Gaza yang selama puluhan tahun dimiskinkan dan dibuat tak berdaya oleh Israel, Amerika, dan dunia; tiba-tiba ‘mengetuk’ pos-pos militer dan rumah-rumah warga Israel dengan kejutan tanpa ampun.
Brigade Al-Qassam menginvasi Israel bagian selatan melalui empat penjuru. Melalui udara dengan serangan roket, melalui laut dengan perahu-perahu kecil, melalui darat dengan meruntuhkan benteng pembatas, dan satu lagi: melalui pasukan paralayang.
Serangan paralayang tergolong yang paling canggih dan tak pernah terbayang sedikit pun oleh intelijen Israel yang digaungkan sebagai yang terhebat di dunia.
Bukan satu, dua, atau tiga anggota paralayang; tapi puluhan pasukan paralayang yang berhasil masuk ke wilayah Israel dengan perlengkapan tempur mereka.
Dari pasukan paralayang inilah, ratusan muda-mudi Israel yang sedang teler di suasana konser gurun pasir berhasil ditangkap. Sebagian besarnya lagi kocar-kacir dan melarikan melalui mobil mereka.
Korban Terbesar sepanjang Sejarah Perang Israel
Melalui invasi ‘Badai Al-Aqsha’ yang dilakukan saya militer Hamas, Izzuddin Al-Qassam, Israel mengalami kejatuhan korban yang luar biasa. Sebanyak 700 lebih tentara Israel tewas, ribuan lainnya luka, dan ratusan orang berhasil ditawan.
Yang menarik, ada empat jenderal Israel yang ikut masuk dalam tawanan Al-Qassam. Salah seorang di antaranya adalah komandan pasukan Israel wilayah selatan bernama Mayjen Nimrod Aloni.
Aloni dipertontonkan pasukan Hamas dalam keadaan tak berdaya: masih mengenakan kaos dan celana pendek. Tampak dua pasukan Al-Qassam mengapit Aloni keluar dari rumahnya.
Selama serangan darat Hamas ini, media barat memperlihatkan seolah pasukan Hamas membantai warga sipil. Padahal, yang tewas dari warga Israel adalah pasukan para militer. Yaitu warga sipil yang dipersenjatai.
Di Israel dikenal kebijakan wajib militer. Yaitu, semua pemuda dan pemudi wajib mengikuti pertahanan bersenjata. Mereka dilatih dengan teknik militer, termasuk dibekali senjata api. Kecuali, warga Israel yang lansia dan anak-anak.
Sementara serangan balasan dari Israel ke arah wilayah Gaza justru dialamatkan ke warga sipil. Dari tiga ratusan warga yang tewas, 78 di antaranya anak-anak, dan 41 orang adalah wanita. Serangan dilakukan membabi buta, termasuk ke rumah sakit, masjid, termasuk rumah sakit Indonesia di Gaza.
Dalam serangan Israel ke rumah sakit Indonesia di Gaza, satu orang pegawai rumah sakit tewas. Namanya Abu Romzah berusia dua puluhan tahun. Korban adalah warga lokal yang bekerja di rumah sakit itu.
Saat itu, korban sedang berada di halaman rumah sakit, dekat mobil ambulan yang siap-siap untuk menjemput korban sipil. Tapi, mobil ambulan tersebut diledakkan Israel melalui serangan drone.
Hamas Permalukan Israel
Dari semua konfrontasi bersenjata Israel dan Hamas, selalu saja Israel yang lebih dahulu memulai serangan. Mereka menyebutnya sebagai serangan kejut atau dadakan.
Strategi pertempuran Israel itu dimaksudkan agar pertempuran terjadi tidak di dalam wilayah Israel. Tapi di luar wilayahnya. Sehingga, korban dari pihak Israel bisa terukur dengan akurat.
Dan info adanya rencana serangan kejut Israel akhirnya bocor ke intelijen Hamas di Beirut, Lebanon. Sebelum operasi militer Israel itu dilakukan, Hamas justru mendahului operasi ala kejut Israel ke wilayah Israel sendiri.
Dan media internasional secara serentak memberitakan lemahnya intelijen Israel terhadap serangan fajar Hamas tersebut.
“Bagaimana mungkin Israel yang dengan intelijen yang katanya canggih dan mumpuni bisa kebobolan dengan serangan ratusan pasukan Al-Qassam yang begitu sempurna,” ucap media internasional.
Bukan itu saja. Pertahanan udara Israel yang disebut Iron Dome ternyata tidak seperti yang digembar-gemborkan. Buktinya, rudal-rudal prakarya anak-anak miskin Hamas ternyata bisa menembus pertahanan yang katanya canggih itu.
Hamas menyerbu langit-langit Israel dengan ribuan rudal dan drone. Sejumlah gedung dan pos-pos militer Israel hancur lebur.
Perang Panjang
Para analisis menyebut bahwa konflik bersenjata Palestina dan Israel ini akan berlangsung panjang. Hal ini karena Israel terpancing serangan Hamas untuk menggelar semua kekuatan militernya. Termasuk kekuatan militer cadangan.
Justru reaksi berlebihan Israel ini akan memancing kekuatan militer muslim di sekitar wilayah konflik ikut menggabungkan diri.
Di antara mereka ada paramiliter Palestina di wilayah Barat yang selama ini dimotori Fatah, Hizbullah di wilayah utara Israel yang didukung Iran, paramiliter Yordan, dan paramiliter dari wilayah Mesir.
Konflik terbuka ini akan menjebak Israel masuk dalam kepungan kekuatan militer muslim di wilayah sekitar Israel. Persis seperti perang gurun yang melibatkan Mesir, Yordania, Lebanon, dan negara-negara sekitarnya.
Rasanya, dunia tak lagi akan percaya dengan gembar-gembor media pro Israel tentang kedigjayaan militer Israel. Hanya dengan pasukan kecil dan tanpa sarana memadai dari Hamas saja, Israel kalah telak. [Mh]