ChanelMuslim.com – Fesyen etis dan berkelanjutan dukung Indonesia jadi pemain di industri halal global. Fesyen berkelanjutan dibuat dengan memperhatikan seluruh rantai pasokan dan siklus garmen, meliputi sumber, teknik atau metode produksi hingga etika kerja dan pengelolaan limbah lingkungan. Sedangkan fesyen etis relevan dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah, yang tidak hanya menekankan pada profit semata, melainkan pencapaian keseimbangan dan kebaikan atau keadilan sosial ekonomi. Oleh karena itu, fesyen etis dan berkelanjutan adalah bentuk praktek dari implementasi nilai-nilai ekonomi syariah di industri fesyen yang dapat mendukung pengembangan industri halal global. Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam Sustainable & Ethical Fashion, sebagai rangkaian kegiatan ISEF 2019 pada hari ini (14/11) di Jakarta.
Potensi pasar fesyen muslim masih terbuka lebar, namun kompetisi lokal maupun global juga semakin ketat. Oleh karena itu, pelaku fesyen nasional harus mampu menangkap perubahan, berkreativitas dan berinovasi, meningkatkan produktivitas serta memperkuat brand sehingga mampu memenangkan pasar lokal maupun global. Menurut Thomson Reuters, pangsa pasar ekonomi Islam diperkirakan terus tumbuh hingga 3.007 miliar USD pada tahun 2023. Jumlah penduduk muslim dunia yang mencapai 1,8 miliar atau 24% dari populasi global, dan pesatnya populasi generasi muslim milenial juga turut mempengaruhi prospek dan tren fesyen muslim ke depan. Indonesia merupakan konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia yang menghabiskan sebesar 20 miliar USD atau sekitar 300 triliun rupiah. Sehingga produk fesyen muslim Indonesia potensial sebagai komoditi untuk mengintegrasikan kerja sama internasional dan menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal global. Sejalan dengan target yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia. Dengan target untuk memasarkan produk busana muslim Indonesia ke skala global, Bank Indonesia bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC).
Hal senada disampaikan oleh National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma, bahwa industri fesyen muslim Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan yang juga menawarkan keragaman konten lokal yang tidak dimiliki oleh negara lain sehingga menjadi potensi dan nilai tambah untuk dipasarkan ke skala global.dan menciptakan citra bahwa Indonesia telah bersiap sebagai pusat industri halal global. Sinergi antara BI, IFC, dan IHLC akan menciptakan kekuatan dan pengaruh cukup besar dalam ekonomi keuangan syariah tingkat nasional maupun internasional dan pada akhirnya dapat mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia.
Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019 menampilkan etalase karya 78 perancang busana muslim Indonesia melalui pameran business to business (B to B) pada tanggal 13-16 November 2019 di Assembly Hall, JCC dan rangkaian fashion show pada tanggal 14 dan 15 November 2019 di Main Stage Plenary Hall, JCC. Potensi buyer dalam dan luar negeri dihadirkan dalam perhelatan ini untuk dipertemukan dengan para perancang busana muslim Indonesia yang terpilih melalui proses kurasi dan telah dibina untuk mempersiapkan brand dan produk siap ekspor.
Digelar selama dua hari, setiap harinya Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019 menghadirkan rangkaian fashion show yang terdiri dari tiga sesi. Pada hari pertama, fashion show sesi pertama menampilkan karya dari ‘The Purun’ berkolaborasi dengan Vivi Zubedi dari IKRA Indonesia, Saffana dengan tema Tennung Madika yang menggunakan tenun dari Sulawesi Selatan, Itang Yunasz dengan tema Nusantara untuk Dunia yang menggunakan songket dari Sumatera Barat, Rosie Rahmadi dengan tema Barasarira yang menggunakan batik dari DKI Jakarta, Tutyadib dengan tema Lagak That yang menggunakan songket dari Aceh, WAD Studio (We A De) by Anti Dewi dengan tema Espoir, Wignyo Rahadi dengan tema Rising Tapis yang menggunakan kain Tapis dari Lampung, Vee House by Alvy Oktrisni dengan tema Three of Life, didukung oleh Batik Sarita Toraja Manik Manik Annie Toraja Gallery, Dian Pelangi dengan tema Beauty In Diversity yang menggunakan songket dari Riau dan Kepulauan Riau, Irmaintan dengan tema Patirangga yang menggunakan tenun dari Sulawesi Tenggara, Neera Alatas dengan tema Enchanting Mandalika yang menggunakan tenun dari Nusa Tenggara Barat, Defika Hanum dengan tema Rhythm, Irna La Perle Heritage dengan tema Groetuit de Preanger yang didukung oleh Tenun Garut Hendar Jawa Barat.
Fashion show sesi kedua menampilkan karya dari AM by Anggiasari dengan tema Fibrin, Najua Yanti dengan tema Altabieu (The Nature), Yanti Adeni dengan tema Hola Miak, LÉGAN by Runny Soema di Pradja dengan tema kibo, De Chantique by Nining Santoso, Irma Hakim dengan tema Transparansi, Aprilia dengan tema Awal Mula/Natural, Medina Zein dengan tema La Belle, Alfatir Muhammad dengan tema Silent, kami. dengan tema Jana, Tenoen Osing by Sanet Sabintang kolaborasi dengan Sekar Bakung Batik dengan tema Matsumoto Castle, L.tru dengan tema Infinie, Jeny Tjahyawati dengan tema Rock The Casbah, dan brand tas Doris Dorothea untuk melengkapi penampilan koleksi Medina Zein, kami., dan LÉGAN.
Sedangkan fashion show sesi ketiga menampilkan karya dari Desainer Lisa Fitria dengan tema The Window, Aninda Nazmi dengan tema Deep portray, Ina Priyono dengan tema Alas, Hannie Hananto dengan tema Eten, Meccanism dengan tema Kaba, Meeta Fauzan dengan tema Embun Pagi, ASK by Asky dengan tema Luminous, Iva Lativah dengan tema Lirik, Reborn29 by Syukriah Rusydi dengan tema Gakusei, Shafira dengan tema Raison d’etre, Khanaan dengan tema Sedasa, Sessa by Monika Jufry dengan tema Hidden Beauty #2, Rasya Shakira dengan tema Serene.
Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) memberikan dukungan penuh pada perhelatan Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019. Seperti yang disampaikan oleh Jetty R Hadi, Vice Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC), “Di bawah ‘rubrik’ gaya-hidup halal, fesyen dan konteks luasnya yaitu hal-ikhwal berpakaian, harus patuh pada pedoman mengenai apa yang dimaksud dengan kehidupan dan gaya-hidup yang sekaligus halal dan thoyyib (baik, sehat, tidak berbahaya, ramah lingkungan). Sepotong hijab, sebagai contoh, harus bisa ditelusur bahan mentah dan material tambahan apa saja yang digunakannya, seberapa bermanfaat atau bermudarat bagi sesama rantai pasokannya sampai ke tangan penggunanya. Begitu pula, seberapa tepat atau berlebihankah sebuah industri dan pasar fesyen di hadapan keadaan masyarakatnya. Oleh karenanya sangat logis apabila kriteria dari produk konsumen yang ethical dan sustainable sesuai dengan kriteria fesyen Islami.”
Wardah Cosmetics turut mendukung ajang Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019 sebagai Official Make Up and Hair Do.
“Kami sangat bangga dapat mendukung dan terlibat dalam program Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) kali ini. Kontribusi Wardah pada ISEF tahun ini merupakan wujud komitmen dalam mendukung dan mengembangkan industri mode tanah air. Sebagai brand kosmetik terbesar saat ini, inovasi merupakan prinsip utama kami dan tentunya misi inovasi ini juga sejalan dengan gelaran rangkaian program ISEF yang menampilkan karya-karya mode desainer Indonesia yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dengan kualitas yang mampu bersaing dalam pasar global. Semoga melalui sinergi kolaborasi ini Wardah terus bisa memberikan dukungan bagi industri mode Indonesia untuk terus memberikan dampak positif bagi Indonesia,” ungkap Sulika, Public Relations Manager Wardah Cosmetics. [Wnd/rls]