GODOKSA menjadi fenomena memprihatinkan di Korea Selatan. Tercatat sudah 3.378 warga yang mati dalam keadaan godoksa.
Kata godoksa tiba-tiba mencuat dari negeri Ginseng, Korsel. Pasalnya, ribuan warga mati dalam keadaan godoksa.
Apa itu godoksa? Godoksa adalah orang yang mati tanpa didampingi keluarga atau siapa pun. Mayatnya baru ditemukan bahkan hingga berbulan-bulan setelah kematian.
Hal tersebut karena tak seorang pun yang tahu kematiannya. Baru diketahui setelah warga sekitar mencium bau busuk, atau pihak pemerintah yang memeriksa tempat tinggal warga setelah begitu lama tak terlihat.
Dari data kementerian terkait, sebanyak 60 persen warga yang mati godoksa berusia antara 60 hingga 70 tahun. Sisanya antara 30 hingga 50 tahun.
Fenomena godoksa mulai marak sejak masa pandemi. Dan fenomena itu terus terjadi hingga saat ini.
Kementerian terkait mengungkapkan bahwa penyebab kematian godoksa karena warga hidup tanpa ditemani siapa pun. Tanpa suami atau istri, anak, orang tua, teman, dan tidak diketahui tetangga.
Sudah menjadi hal lumrah bahwa masyarakat Korsel hidup dalam lingkungan yang individualis. Hubungan antar tetangga tidak seperti yang terjadi di masyarakat Indonesia umumnya.
Di sisi lain, orang-orang dewasa di Korsel lebih memilih seks bebas daripada terikat dalam pernikahan resmi. Sebuah survei menunjukkan sekitar 8 dari 10 orang dewasa di Korsel memilih seks bebas daripada menikah.
Hal tersebut disebabkan banyak faktor. Antara lain, tidak ada agama, penghematan, tidak mau dipersulit dengan kelahiran anak, dan lainnya. [Mh]