Chanelmuslim.com-Usianya baru 2 tahun, tapi Fahri harus menderita penyakit kronis yang hingga kini belum bisa disembuhkan. “Fahri ingin sembuh, Kak” mungkin itu jeritan hatinya yang ingin sehat dan bermain seperti anak-anak lainnya.
Namanya Muhamad Fahri (2 tahun), biasa dipanggil Fahri, merupakan putra kedua dari 2 bersaudara pasangan suami istri Hajar Wahyudi (37 tahun) dan Nirmala (33 tahun). Fahri tinggal bersama orangtuanya di Gang Sasak Djikin, Kampung Kresek No. 84 Jatimurni, Bekasi.
Fahri didiagnosa terkena Ensefalitis (Radang Otak). Ensefalitis merupakan gangguan atau penyakit karena terjadi inflamasi di bagian otak. Penyebab terjadinya inflamasi pada otak karena adanya infeksi virus. Pada umumnya, virus penyebab terjadinya Ensefalitis adalah virus herpes simpleks.
Ibunda Fahri tidak mengira kalau Fahri terkena radang otak karena perkembangan Fahri selama di dalam kandungan selalu sehat dan normal. Ketika usianya 10 bulan, pertumbuhan dan perkembangan Fahri bahkan jauh lebih cepat dibandingkan dengan kakaknya pada masa yang sama. Namun pada suatu hari, Fahri demam tinggi hingga mencapai 39 derajat celcius. Awalnya, ibunda Fahri mengira, Fahri ingin tumbuh gigi, namun prasangka itu pudar ketika demam Fahri tidak kunjung turun selama 4 hari. Akhirnya, Ibunda Fahri memutuskan untuk membawa Fahri ke RSIA Jatisampurna, Bekasi. Namun karena keterbatasan peralatan dan ruang medis serta kondisi Fahri yang terus menurun dokter di RSIA Jatisampurna menyarankan orang tua Fahri untuk membawa Fahri ke rumah sakit yang memiliki ruang PICU/NICU. Pada saat itu, orang tua Fahri memilih RS Multazam, Bekasi. Fahri segera ditangani oleh dokter RS Multazam dan dimasukkan ke ruang PICU/NICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Kemudian, Fahri koma selama 3 hari. Fahri berada di ruang PICU/NICU selama 8 hari dengan kondisi tubuh terpasang alat-alat medis.
Dokter di RS Multazam Bekasi sudah mulai angkat tangan dengan kondisi Fahri yang tidak kunjung membaik dan tidak memberikan progress yang signifikan, dokter menyarankan kepada orang tua Fahri agar Fahri di CT – Scan dan melakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang di RS Ciptomangunkusumo. Namun lagi lagi, karena terbentur biaya, orangtua Fahri menunda hal tersebut. Setelah hari ke-8 di ruang PICU, dokter memindahkan Fahri ke ruang perawatan biasa dan mulai melepas satu persatu selang dan alat-alat medis agar Fahri bisa mandiri bernafas. Setelah menjalani proses perawatan selama 15 hari, akhirnya Fahri diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya dengan kondisi tubuh Fahri yang kurus dan banyak luka bekas tindakan medis di tubuhnya.
Teman-teman dari orangtua Fahri banyak yang memberikan rekomendasi klinik ataupun rumah sakit bagus untuk mempercepat kesembuhan Fahri. Namun karena biaya yang terbatas, orang tua Fahri memilih untuk melakukan pengobatan alternatif saja hingga saat ini. Demi kesembuhan Fahri, keluarga telah menjual barang-barang berharga untuk biaya pengobatan Fahri. Saat ini, keluarga hanya bisa melakukan perawatan seadanya dan memberikan ramuan obat yang dianjurkan di tempat pengobatan alternatif yang Fahri tempuh.(ind/sassy)