ChanelMuslim.com – Memperkenalkan Islam dan Muslim yang minoritas di tengah masyarakat Amerika dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui makanan. Sejumlah organisasi maupun perseorangan mengadakan acara bersantap bersama warga Muslim.
“Ini adalah kesempatan untuk mengetahui apa itu Islam dan apa yang diimani Muslim. Makan sambil membangun komunitas dan menikmati kebersamaan tersebut merupakan salah satu cara terbaik untuk memerangi Islamofobia dan ketakutan terhadap Muslim,” demikian kata Ilays Aden.
Ia dan sahabat lamanya, Fathia Absie, bersama-sama membuat proyek Eat with Muslims yang berbasis di Seattle, Washington. Dalam proyek ini, mereka mengadakan pertemuan dengan orang-orang yang berpikiran terbuka dari berbagai latar belakang agama, budaya, sambil menyantap hidangan khas Timur Tengah.
Kedua Muslim Amerika keturunan Somalia itu ingin mengubah persepsi mengenai Muslim melalui proyek "Eat with Muslims." Semua itu berasal dari perasaan takut yang kian besar yang dirasakan warga Muslim Amerika dengan meningkatnya kejahatan kebencian, terutama setelah berakhirnya pemilu Amerika 2016 yang mengantarkan Donald Trump ke Gedung Putih.
Sejak Eat with Muslims dimulai dua tahun silam, organisasi itu telah menyelenggarakan lebih dari 50 acara santap bersama di berbagai kota. Mulai dari Des Moines di Iowa, hingga ke Bend, di Oregon.
Aden mengaku telah berjumpa ribuan orang melalui kegiatan tersebut. Ia menambahkan bahwa acara tersebut bahkan mempertemukan para Muslim yang tidak mengira ada Muslim lain di kota mereka.
Begitu proyek tersebut mulai berjalan, Aden dan Absie mengamati bahwa banyak partisipan dalam acara pertemuan itu yang baru pertama kali dalam hidup mereka bertemu bahkan berbincang dengan seorang Muslim.
“Kami ingin meniru model keramahtamahan Muslim, yakni apabila kita mengundang orang lain, kita juga memberi orang itu makan,” jelas Absie.
Eat with Muslims, yang menyelenggarakan dua acara santap bersama dalam sebulan, sering diundang menggelar kegiatan mereka di berbagai kota lain. Seperti pada Maret lalu, acara tersebut berlangsung di kantor pusat Uber di Kota New York.
“Para penumpang dan pengemudi Uber sangat beragam dan kami selalu ingin saling memahami satu sama lain dengan baik,” kata Nikki Cuellar, manajer Program Keberagaman dan Inklusi di Uber. Selain pegawai Uber, aktivis masyarakat serta penduduk sekitar juga diundang menghadirinya.
Colette Mazzucelli, seorang dosen di New York University yang hadir mengemukakan, kegiatan tersebut benar-benar suatu pengalaman belajar bagi para mahasiswanya. Berkumpul dan makan bersama juga merupakan hal yang sangat manusiawi sekaligus spesial bagi mereka, lanjutnya.[ah/voaindonesia]