SEORANG dokter Palestina, Mustafa Jawad Siyam, yang ditahan di penjara Israel, menyatakan bahwa ia menjadi sasaran penyiksaan fisik dan psikologis selama pendudukan tentara Israel di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza pada bulan Maret.
Dokter Palestina tersebut berbicara kepada kantor berita Anadolu tentang penyiksaan yang dialaminya selama 54 hari di penjara Israel, dengan mengatakan, “Kematian di penjara Israel lebih mudah daripada penyiksaan.”
Terlihat lemah dan lelah, Siyam mengaku tidak menyangka akan dimasukkan dalam daftar tahanan dan menghadapi tuduhan tidak berdasar.
Pada awal April, tentara Israel melancarkan serangan intens terhadap Rumah Sakit Al Shifa selama dua minggu.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Setelah serangan tersebut, tentara Israel keluar dari rumah sakit, menahan warga Palestina, termasuk dokter, dan meninggalkan kehancuran yang luas, banyak korban jiwa, dan kuburan massal.
Selama penahanan, Siyam menceritakan bahwa ia tidak hanya menghadapi kekurangan makanan dan air, kurang tidur, dan kondisi penahanan yang sangat buruk tetapi juga penyiksaan psikologis dan fisik.
Sejak dibebaskan pada tanggal 10 Mei, Siyam telah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Martir al-Aqsa di Deir al Balah karena penyiksaan berat yang dialaminya selama penahanan.
Menyatakan bahwa dia ditahan oleh tentara Israel saat bekerja di rumah sakit, Siyam mengatakan semua orang, termasuk orang lanjut usia, ditahan di sampingnya.
“Kami menjadi sasaran penyelidikan dan penyiksaan fisik dan psikologis. Saya dituduh melakukan tuduhan tidak berdasar dan dikirim secara paksa ke Israel.”
Baca juga: Siapakah Abu Obeida, Juru Bicara Militer Hamas?
Dokter Palestina yang Ditahan Merincikan Penyiksaan Mengerikan di Rumah Sakit Al Shifa
Siyam menekankan bahwa dia hanya melakukan praktik kedokteran dan tidak terlibat dalam hal lain, menyatakan bahwa penyiksaan yang dia alami terlalu mengerikan untuk diungkapkan.
“Warga Gaza yang ditahan dan ditutup matanya dipukuli dengan tangan terikat. Tentara Israel melepaskan anjing-anjing ke para tawanan dan memberi mereka makanan berkualitas rendah,” ungkapnya.
Israel telah melancarkan serangan brutal terhadap Gaza yang terkepung sejak 7 Oktober tahun lalu, menewaskan lebih dari 36.170 orang dan melukai sekitar 81.400 lainnya.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya, telah memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang.
Sumber: trtworld
[Sdz]