Bisnis di media sosial di Indonesia masih menjanjikan. Hal yang perlu diperhatikan bagi investor adalah pahami kondisi psikologis dan budaya lokal yang sudah tertanam di masyarakat.
Hanya beberapa saat saja perusahaan yang menyediakan layanan komunikasi di media sosial, Line Indonesia, sempat mempromosikan gaya hidup bertema Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT).
Ada beberapa stiker yang ditawarkan kepada pelanggan Line dengan menukarkan 50 koin in app currency. Contohnya “Love is Love” karya Amsticker dan “Enjoy Gay Life” ciptaan Makito Uechi.
Sticker “Love is Love” memperlihatkan dua orang lelaki imut dalam berbagai ekspresi, dari berpelukan, mencium pipi, hingga yang paling ekstrem, yakni mencium bibir satu sama lain.
Dengan tampilan stiker yang mencolok tersebut, tentu langsung membuat heboh di dunia medsos. Tak kurang dari pimpinan Darut Tauhid, KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym, yang memprotes stiker itu melalui medsos di akun twitternya, @Aagym “Saya stop menggunakan LINE karena terang terangan mempromosikan LGBT … Ayoo pakai sosmed yang sehat saja,” tulisnya.
Tak lama setelah mendapat protes dari sana-sini, Line Indonesia akhirnya mengumumkan penarikan stiker tersebut. “Line menghargai sekali semua masukan dari para pengguna dan pihak-pihak terkait mengenai fitur dan produk kami dan kami sadar betul betapa sensitifnya isu LGBT di Indonesia,” kata Head of Public Relations Line Indonesia Teddy Arifianto, seperti dikutip detikinet, Rabu (10/2/2016).
Teddy menjelaskan, Line berpegang pada acuan global untuk melakukan penyaringan terhadap konten-konten yang sensitif dari perspektif budaya lokal. “Kami berkomitmen untuk memastikan Line sebagai aplikasi di mana semua orang dapat menikmati dan menggunakannya dengan nyaman. Saat ini kami sedang berupaya melakukan koordinasi untuk menyelesaikan masalah ini dan menarik seluruh stiker LGBT dari pasar Indonesia,” sebut Teddy.
Penarikan stiker yang bertema LGBT itu dilakukan mulai Rabu (10/2/2016) dan ditargetkan di pekan ini pula sudah selesai. Dikatakan Teddy, para desainer stiker yang karyanya ditarik pun sudah diberikan pemahaman dan mereka menyerahkan sepenuhnya pada kebijakan Line. Laporan ini juga menjadi pembelajaran bagi Line Indonesia agar lebih bijaksana melihat kearifan lokal.
Sebuah pembelajaran dalam dunia bisnis yang tidak harus melulu mencari keuntungan materi semata, tapi juga dari sisi tinjauan kearifan lokal. (mr/foto:twitter)