ChanelMuslim.com – Senin (1/4) pagi, puluhan ribu siswa Madrasah Aliyah (MA) se-Indonesia mulai melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA/MA. Tak terkecuali 24 siswa Madrasah Aliyah Miftahul Jannah (MA Miftahul Jannah), Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah.
Tapi tak seperti siswa MA kebanyakan, 24 siswa ini harus berjuang untuk mencapai Madrasah Aliyah Negeri Barito Selatan (MAN Barito Selatan) yang menjadi lokasi ujian dengan menyeberangi sungai.
Meskipun berada dalam satu kabupaten, MA Miftahul Jannah dengan MAN Barito Selatan berada pada kecamatan yang berbeda. MA Miftahul Jannah berada di Kelurahan Mengkatip, Kecamatan Dusun Hilir. Sementara MAN Barito Selatan berada di Buntok, Kecamatan Dusun Selatan.
“Kami harus menempuh perjalanan selama tidak kurang dari empat jam menyebrangi Sungai Barito menggunakan kelotok,” ujar Kepala MA Miftahul Jannah, Tamjidinor seperti disiarkan dalam keterangan tertulis laman kemenag.go.id.
Kelotok merupakan kapal kayu berukuran kecil yang biasa digunakan penduduk setempat untuk menyebrangi Sungai Barito. Arus Sungai Barito yang cukup kencang serta ruang kelotok yang sangat terbatas, membuat perjalanan yang harus ditempuh, jauh dari kata nyaman.
“Tapi hanya transportasi air satu-satunya andalan kami untuk mencapai Buntok. Kalau tidak, anak-anak tidak bisa ikut UNBK,” tuturnya.
Padahal menurut Tamjidinor, biaya perjalanan Mengkatip-Buntik pun terbilang tidak murah.
“Tapi hanya itu alternatif terbaik untuk meluluskan anak didik madrasah kami,” ucapnya.
Menurutnya, MA Miftahul Jannah tidak bisa melaksanakan UNBK secara mandiri karena terkendala dengan suplai listrik, jaringan internet dan perangkat komputer.
“Belum lagi bila terjadi trouble, tenaga teknis kami belum siap,” lanjutnya.
Oleh karenanya, diputuskan MA Miftahul Jannah melaksanakan UNBK bergabung dengan MAN Barito Selatan. MA Miftahul Jannah tak sendiri, ada lima madrasah lain yang turut bergabung. Yakni MA Darul Huda Babai, MA Darul Ulum Bangkuang, MA Sabilarrasyad Batampang, MA Mamba’ul Ulum Talio, dan MA Hidayatus Shibyan.
Tak hanya masalah biaya transportasi, MA Miftahul Jannah Mengkatip juga harus berjuang untuk mencukupi biaya penginapan serta makan para siswa selama melaksanakan UNBK.
“Karena keterbatasan dana, sebagian siswa kami titipkan ke rumah warga di Buntok. Memang kami memerlukan biaya mahal untuk menuju lokasi UNBK, tapi hanya itu yang bisa kami lakukan,”papar Tamjidinor.
Meski dalam kesulitan, mereka tetap optimis menghadapi ujian.
“Hikmah dari ini semua, 24 siswa kami bisa bersama-sama belajar sebelum menghadapi ujian,” tutupnya.
Selamat menjalankan UNBK.
[jwt/InmasKalteng]