SEORANG dokter di Gaza bercerita mengenai operasi yang dilakukan tanpa menggunakan anestesi.
Di Gaza saat ini, pisau bedah harus digunakan kembali dalam operasi, namun hal ini mengakibatkan pisau tersebut menjadi terlalu tumpul untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Di Gaza saat ini, petugas medis sering melakukan prosedur pembedahan tanpa mengendalikan rasa sakit.
Di Gaza saat ini, hampir seluruh pasien menderita gizi buruk sehingga lukanya tidak kunjung sembuh.
Dilansir dari aljazeera, tingkat infeksi di antara pasien “di luar imajinasi”, ucap dokter Riyadh Almasharqah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ahli bedah plastik dan rekonstruksi tersebut mengatakan instrumen-instrumen tersebut jarang disterilkan, dan pasien biasanya dirawat di bangsal yang penuh sesak.
Ini semua adalah akibat dari pengepungan yang dilakukan oleh Israel, yang sangat membatasi pasokan makanan dan obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa yang memasuki Gaza.
Baca juga: Alasan Wilayah Palestina Terbagi Menjadi Gaza dan Tepi Barat
Catatan Harian Seorang Dokter di Gaza, Operasi Tanpa Anestesi
Para profesional medis yang kelaparan, kelelahan dan takut akan keselamatan semua orang di sekitar mereka, berjuang untuk membantu orang-orang di fasilitas medis yang hampir tidak berfungsi di Jalur Gaza yang terkepung.
Mereka jarang mendapat bantuan dalam bentuk misi medis dari luar negeri yang berhasil mendapatkan persetujuan Israel untuk memasuki Gaza.
“Ini adalah situasi yang membuat frustrasi untuk dijelaskan sepenuhnya. Maksud saya, semuanya sulit,” kata Almasharqah yang bekerja di rumah sakit Khan Younis yang sedang kesulitan.
Pria berusia 54 tahun ini mengatakan sebagian besar pasien yang ia temui adalah wanita dan anak-anak.
Enam bulan setelah serangan mematikan Israel di Gaza, setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, kurangnya peralatan, obat-obatan, dan pasokan telah mendorong sektor medis semakin mendekati kehancuran total.
Situasi ini semakin memburuk dengan kondisi seperti kelaparan. Sebagian besar rumah sakit diserang dan digerebek oleh pasukan Israel.
Sehingga memaksa ribuan warga Palestina yang terluka dan terlantar mengungsi dan membuat fasilitas-fasilitas tersebut tidak berfungsi lagi.
Serangan Israel telah menghancurkan lebih dari 200 fasilitas medis, sebagian atau seluruhnya. Setidaknya 32 rumah sakit telah dihentikan layanannya.
Ratusan pengungsi Palestina, staf medis, dan pasien telah terbunuh.[Sdz]