Chanelmuslim.com- Siapa bilang bangsa Eropa terdiri dari orang-orang pintar dan berperadaban tinggi. Kasus Burkini atau Burqa Bikini jelas membuka tabir siapa bangsa Eropa sebenarnya: kebelet atau kolot, bebal, dan tolol.
Burkini, sebuah pakaian olahraga wanita yang menutup seluruh tubuh kecuali muka, ujung tangan, dan kaki, pertama kali dirangcang dan dirilis oleh wanita Australia keturunan Lebanon, Ahiida Zanetti.
Produk rancangan Ahiida ini kemudian ditangkap oleh pebisnis fashion ternama, Mark and Spencer atau M&S. Pada Maret lalu, merek busana yang bermarkas di London, Inggris, ini merilis Burkini sebagai mode berbusana, khususnya olahraga pantai, yang unik untuk kalangan wanita.
Di luar dugaan M&S, produk ini justru sangat laris manis. Tidak tanggung-tanggung, untuk produk tahun ini, Burkini menurut M&S pada The Independent sudah habis terjual. Dan jauh lebih menarik lagi, para pembeli adalah wanita non muslim yang suka dengan mode Burkini.
Karena itu, para pegiat hak asasi manusia Eropa sangat terheran dengan yang dilakukan para pejabat tinggi negara-negara Eropa, khususnya Perancis.
Bayangkan, seperti dilaporkan CNN, lebih dari 30 kota di Perancis melarang pemakaian Burkini. Sikap kolot ini ternyata didukung penuh oleh sang Perdana Menteri, Manuel Valls. Bahkan, mantan perdana menteri Perancis, Nicolas Sarkozy mendukung untuk dikeluarkannya kebijakan nasional pelarangan Burkini.
Alasannya, Burkini adalah bagian dari busana Islam yang masih berpotensi adanya ketegangan pasca sejumlah teror di Perancis. Alasan lain ada yang lebih bebal lagi, Burkini melanggar hak asasi wanita karena mengekang wanita untuk berpakaian bebas.
Kenapa tidak sekalian dikeluarkan pelarangan pesawat terbang, kereta, dan bus? Karena alat-alat transportasi ini juga mengekang para penggunanya untuk bebas bergerak dengan berjalan kaki dan berlari. Bahkan, pesawat terbang telah mengekang penumpangnya untuk bebas menggunakan ponsel.
Menurut pegiat hak asasi manusia yang menolak pelarangan Burkini ini, larangan ini sangat tendensius dan menunjukkan sikap Islamophobia di masyarakat Eropa.
“Larangan ini (Burkini) sangat diskriminatif dan akan memicu prasangka dan intoleransi,” ucap direktur hak asasi manusia Eropa, John Dalhuisen seperti dikutip CNN.
Seperti menyambut protes yang disuarakan pegiat hak asasi manusia Eropa ini, sejumlah aktivis HAM wanita di beberapa negara pun menyuarakan protes. Mereka meramaikan media sosial dengan sejumlah foto wanita yang begitu bahagia dengan busana Burkini.
Syukurnya, pengadilan tinggi Perancis akhirnya memutuskan untuk menunda (sekali lagi, menunda bukan menolak) larangan penggunaan Burkini di Kota Villenueve-Loubet, sebuah kota di Perancis yang berlokasi tak jauh dari Nice.
Dari 30 kota di Perancis, baru kota ini yang pengadilannya memutuskan untuk menunda pelarangan Burkini. Jadi, silakan nilai siapa yang kebelet (kolot, bebal, dan tolol) antara orang Asia dan Eropa? Khususnya, negeri yang mengklaim sebagai pusat mode sedunia ini. (mh/foto: reuters)