RABU tanggal 17 April 2024 menjadi hari yang spesial untuk gerakan mahasiswa Pro Palestina di Amerika. Pada Rabu itu, aktivis mahasiswa Universitas Columbia, New York, Amerika melakukan aksi demonstrasi pro Palestina. Aksinya begitu besar.
Aksi merupakan buntut dari protes aktivis mahasiswa terhadap pembatalan kelulusan mahasiswa yang juga putera dari Ilhan Omar. Ilhan Omar merupakan anggota DPR Amerika dari Partai Demokrat yang juga seorang muslimah.
Pembatalan kelulusan terjadi setelah putera Ilhan Omar menyampaikan pidato yang mengecam pembantaian Israel terhadap rakyat Palestina. Dari sinilah, aksi berkembang menjadi tuntutan penolakan dukungan Amerika terhadap militer Israel.
Meski kampus ini tergolong berstatus swasta, daya pengaruhnya tidak bisa dianggap enteng. Dari sinilah, inspirasi gerakan massif mahasiswa di seluruh Amerika berkembang.
Tidak kurang dari 145 kampus di seluruh Amerika ikut bergerak. Mereka melakukan aksi yang sama: membangun tenda-tenda di dalam kampus sebagai basis perjuangan menuntut divestasi Israel di Amerika.
Setelah lebih dari sepekan aksi di kampus-kampus Amerika, kini mahasiswa di kampus luar Amerika pun ikut bergerak. Mulai di Prancis, Inggris, Australia, hingga di Meksiko.
Meski mendapatkan perlawanan dari aktivis Yahudi di negara-negara tersebut, mereka tetap bersemangat melakukan aksi.
Penangkapan dan Sanksi
Meski Amerika mempropagandakan diri sebagai negara paling demokratis, kedok diktatornya akhirnya terbuka juga. Sejak aksi di Universitas Columbia itu, tidak kurang dari dua ribu mahasiswa ditangkap polisi. Sebagiannya bahkan ada yang dipecat dan diskorsing kampus.
Alasan kampus dan polisi melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa tergolong klasik. Mulai dari melanggar aturan kampus, mengganggu kegiatan belajar kampus, hingga tuduhan gerakan rasial anti semitisme.
Anti semitisme merupakan narasi yang ditumbuhsuburkan gerakan Yahudi di seluruh dunia agar kejahatannya tidak dimusuhi dunia. Siapa pun yang memprotes kejahatan Israel akan dituduh sebagai rasis dan anti semitisme.
Tuduhan inilah yang akhirnya membentrokkan mahasiswa pro Palestina di Amerika dengan aktivis Yahudi. Dan bentrokan terbesar itu sudah terjadi di Universitas Columbia.
Menjatuhkan Legitimasi Biden
Presiden Amerika, Joe Biden adalah sosok yang paling terpukul dari aksi mahasiswa ini. Eksistensinya sebagai pemimpin Partai Demokrat akhirnya kehilangan legitimasi publik.
Di Amerika ada dua partai yang saling berebut pengaruh: Partai Republik dan Demokrat. Partai Republik dikenal sangat pro Israel dan anti Islam. Sementara Demokrat berada pada posisi moderat. Partai ini bahkan menunjukkan sebagai pembela kebebasan beragama.
Inilah yang membuat Biden dilemma. Jika ia ‘lembek’ dengan gerakan mahasiswa maka partainya akan kehilangan dukungan dari para oligarki Yahudi di Amerika. Sementara jika represif, eksistensi Partai Demokrat akan hancur. Padahal pemilu tinggal 5 bulan lagi.
Tidak heran jika Partai Republik mendesak Biden untuk menurunkan polisi dan tentara untuk melibas habis gerakan mahasiswa itu. Dan justru, tekanan ini kian membuat Biden kehilangan legitimasi.
Secara umum, gerakan mahasiswa pro Palestina di Amerika ini sangat berpengaruh terhadap arah politik Amerika di Palestina.
Tak ada pilihan lain bagi Biden selain menekan Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas. Dan itu berarti, posisi tawar Hamas kian tinggi di mata Israel. [Mh]