ANWAR Ibrahim merupakan tokoh politik muslim ternama di kawasan Asia. Ia meniti karir politik selama 40 tahun. Istiqamah di barisan oposisi selama 24 tahun.
Tak banyak tokoh politik muslim di kawasan Asia. Untuk kelas dunia, mungkin Erdogan orangnya. Tapi di kawasan Asia, belum ada yang sebanding dengan Anwar Ibrahim.
Ayah enam anak ini meniti karir sejak di masa kuliah. Kalau di Indonesia mungkin seperti HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam.
Anwar muda selalu terdepan dalam memimpin organisasi. Ia pun selalu tampil di panggung-panggung podium saat menyampaikan aspirasi mahasiswa terhadap ketidakadilan pemerintah.
Di usianya yang masih tergolong muda, Anwar mendapat penyaluran potensinya melalui partai UMNO yang saat itu dipimpin Mahathir Muhammad.
UMNO merupakan partai terbesar di Malaysia. Jika di masa Orde Baru, mungkin UMNO mirip dengan Golkar, selalu menjadi pemenang dalam pemilu.
Bedanya dengan Indonesia, Malaysia merupakan negara federal yang dipimpin oleh perdana menteri. Tapi, di atas perdana menteri ada Raja yang selalu menjadi rujukan dalam hal yang lebih besar di Malaysia.
Raja pun mengambil keputusan tidak sendirian. Ia merupakan pengambil keputusan dari 9 sultan yang mengepalai 9 wilayah yang dulunya kesultanan di Malaysia.
Menjadi Mahathir Junior
Pada puncak karirnya di UMNO, Anwar Ibrahim mendapatkan kesempatan menjabat posisi kedua tertinggi. Yaitu, sebagai wakil perdana menteri. Ia mewakili Mahathir Muhammad.
Bahkan pada bulan Mei hingga Juli 1997, Anwar mendapatkan kesempatan untuk menjadi pejabat sementara perdana menteri karena Mahathir berhalangan sementara.
Saat itu, suami dari Wan Azizah Wan Ismail ini bisa disebut sebagai Mahathir junior. Ia seperti sedang magang untuk kelak menggantikan Mahathir.
Sayangnya, duet Anwar dengan mentornya itu tidak berjalan mulus. Pada tahun 1999, Anwar bahkan dipecat dari UMNO. Boleh jadi, semua karena keinginan Mahathir.
Partai Baru dan Kriminalisasi
Namun, Anwar tidak menyerah. Hanya berselang beberapa bulan, ia pun mendirikan partai baru bersama aktivis muda Islam di Malaysia. Nama partainya PKR atau Partai Keadilan Rakyat.
Sepertinya, mereka yang tidak suka Anwar merasa tidak cukup untuk memecat Anwar. Mereka pun tampak khawatir dengan langkah Anwar mendirikan partai baru yang begitu diminati anak muda.
Pada tahun yang sama, Anwar mengalami apa yang disebut kriminalisasi. Ia tidak melakukan korupsi. Ada tuduhan lain yang membuat banyak kalangan meyakini bahwa Anwar sedang dikriminalisasi. Yaitu, ia dituduh melakukan sodomi.
Tuduhan terakhir itu nyaris meyakinkan publik di Malaysia dan luar negeri bahwa Anwar sedang mengalami serangan hukum dari penguasa.
Hal ini karena siapa pun yang mengenal Anwar tidak akan pernah percaya aktivis yang juga pejuang umat itu melakukan hal bejat seperti sodomi.
Tapi apa boleh dikata. Anwar akhirnya menjalani hukuman. Pada tahun 2004, ia pun dibebaskan. Setelah bebas, Anwar tidak surut dari dunia politik. Justru, ia semakin bersemangat untuk berjuang.
Pada tahun 2015, tuduhan sodomi ternyata belum selesai. Anwar kembali dijerat di kasus ‘aneh’ ini. Ia pun kembali dihukum hingga tahun 2018.
Menjadi Kekuatan Alternatif
Seiring dengan redupnya pamor UMNO sebagai partai pemerintah yang kerap dituduhkan dengan banyak kasus korupsi, sosok Anwar Ibrahim tiba-tiba muncul sebagai alternatif.
Puncaknya pada pertengahan tahun 2020 lalu, PM Najib Razak akhirnya dihukum dalam kasus mega korupsi selama 12 tahun.
Bahkan, yang jauh lebih menarik, istri Najib Razak juga terbukti melakukan hal yang sama dengan suaminya Pelanggarannya dinilai hakim bahkan melampaui suaminya. Ia pun dihukum 30 tahun, atau lebih dari dua kali lipat suaminya.
Keterpurukan UMNO dan para politisinya tersebut akhirnya menjadikan Anwar Ibrahim kembali bersinar. Pria kelahiran 10 Agustus 1947 itu benar-benar menjadi tokoh alternatif.
Pada pemilu tahun ini, Anwar bersama koalisinya sukses menguasai hasil perolehan pemilu di parlemen. Sayangnya, kemenangannya seperti menggantung. Selama 4 hari, PM baru Malaysia belum juga terpilih.
Di tengah kevakuman itu, Raja bersama 9 sultan mengambil keputusan darurat. Mereka pun bersepakat untuk mengangkat Anwar Ibrahim sebagai PM baru Malaysia untuk jabatan selama 5 tahun.
Anwar Ibrahim dilantik sebagai PM Malaysia pada Kamis (24/11) lalu. Banyak kalangan di Malaysia dan Indonesia menyambut gembira untuk kemenangan Anwar Ibrahim.
Bintang Pejuang Demokrasi di Asia
Malaysia boleh saja disebut sebagai negara junior bagi Indonesia. Tapi tentang proses demokrasi dan sosok politisi oposisinya seperti Anwar Ibrahim, sepertinya Indonesia harus banyak belajar pada Malaysia.
Bisa dibilang, saat ini, belum ada politisi di Asia seistiqamah dan semilitan Anwar Ibrahim. Ia orator ulung. Anwar pun begitu fasih berpidato dengan bahasa Inggris.
Jika ia sudah ada di podium, siapa pun akan terperangah dengan gaya orasinya: begitu berisi dan dinamis. Satu jam saja rasanya begitu sebentar saat menyimak pidato Anwar Ibrahim.
Ia terbukti saat ini sebagai politisi muslim yang istiqamah: pantang mundur mendapat serangan politik, dan tetap kebal dari sogokan dan korupsi.
Andai saja kemenangan Anwar Ibrahim bukan di Malaysia. Tentu Indonesia akan jauh melampaui negara Asia mana pun saat ini. [Mh]