ChanelMuslim.com – Mundurnya Muhammadiyah dan NU dari Program Organisasi Penggerak (POP) membuat kisruh di Kemendikbud. Mundurnya dua ormas besar ini dikarenakan ada CSR dan ormas yang belum lama berdiri masuk ke dalam daftar Penggerak Kemendikbud.
"Selama ini di dalam beberapa raker menyangkut soal POP ini, itu skemanya tunggal, yaitu menggunakan sepenuhnya full APBN. Nah, ketika skema itu yang kami pegang tiba-tiba ada kelembagaan yang selama ini dibentuk sekelas Sampoerna Foundation, Tanoto Foundation masuk dalam list," kata Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (23/7/2020) seperti dikutip dari Detik.
Mundurnya Muhammadiyah dan NU membuat Program Organisasi Penggerak Kemendikbud kehilangan legitimasi. Syaiful Huda amat menyesalkan hal itu.
Apa Sebenarnya Program Organisasi Penggerak itu?
Awal Maret tahun ini, Kemendikbud meluncurkan Program Organisasi Penggerak. Melalui program ini, Kemendikbud mengajak seluruh organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan bergerak bersama secara nyata memajukan pendidikan di Indonesia.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Plt. Dirjen GTK) Supriano, pada saat peluncuran program (2/3/2020) menjelaskan, program Organisasi Penggerak melibatkan sejumlah organisasi kemasyarakatan dan relawan pendidikan dengan rekam jejak baik dalam implementasi program pelatihan guru dan kepala sekolah.
Terdapat tiga tipe program, yakni Gajah, Macan, dan Kijang yang didasarkan kapasitas Organisasi Penggerak.
Kategori Gajah mendapatkan dukungan dana maksimal Rp 20 miliar/tahun/program dengan sasaran lebih dari 100 PAUD/SD/SMP. Kategori Macan memperoleh dukungan dana maksimal Rp 5 miliar/tahun/program dengan sasaran 21 sampai 100 PAUD/SD/SMP. Adapun kategori Kijang mendapat dukungan dana maksimal Rp 1 miliar/tahun/program dengan sasaran 5 sampai 20 PAUD/SD/SMP. [My]