ChanelMuslim.com – Baru-baru ini publik dikejutkan oleh kasus anak kecanduan gawai (gadget) sehingga menyebabkan kedua anak tersebut harus dirawat di Poli Jiwa RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Bondowoso. Simak penjelasan Psikolog terhadap kasus ini.
Jika anak sudah sampai pada level kecanduan dengan gawai, ada bagian otak anak yang rusak yang menyebabkan anak tidak bisa mengontrol emosinya.
Baca Juga: Anakku Berumur 21 Tahun dan Kecanduan Game
Soal Anak Kecanduan Gawai dan Masuk RS Jiwa, Ini Kata Psikolog
“Secara umum, bagian otak yang cidera yaitu prefrontal cortex, yaitu bagian yang berfungsi sebagai kontrol emosi, menentukan mana yang benar atau salah sesuai norma,” kata Psikolog Hayati Rahmah, M.Psi kepada ChanelMuslim, Jumat (19/1).
Rasa senang saat bermain gawai bisa menimbulkan efek ketergantungan yang berakibat pada ketidakseimbangan emosi dalam diri si anak.
“Jadi karena dia mendapatkan kesenangan dari bermain gadget, rangsangan itu menimbulkan efek dopamin buat dia, jadi terus merasa ketagihan. Nggak bisa kontrol, hanya peduli keinginan sendiri,” tambah Psikolog lulusan Universitas Indonesia tersebut.
Ditambah lagi, kata ibu dua anak ini, mungkin si anak tidak punya keterampilan mengelola emosi yang benar.
“Sehingga ketika ada penolakan dari lingkungan, yang timbul malah agresi terhadap orang,” tandasnya.
Dari segi penanganan, Rahmah menilai tindakan orang tua sudah benar dengan memasukkan anak ke Poli Jiwa. Namun yang lebih penting juga yaitu bimbingan untuk orang tua setelah anak sembuh, karena ada kemungkinan untuk kembali kecanduan.
“Sebagai tindakan kuratif dan rehabilitasi saat ini, ya memang harus ditangani. Tapi orang tua juga sebenarnya perlu diberi bimbingan bagaimana menangani anak di rumah setelahnya. Seperti halnya kecanduan narkoba, kecanduan gadget juga akan ada kemungkinan relapse,” ujarnya.
Kasus anak kecanduan gawai ini viral saat dua anak di Bondowoso, berusia 14 dan 16 tahun, diantar kedua orang tuanya ke Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur sejak sebulan yang lalu.
Keduanya dikategorikan mengalami guncangan jiwa karena berperilaku mengerikan jika tidak diberi izin memegang atau menggunakan gadget-nya, seperti membentur-benturkan kepalanya ke tembok.
Alhamdulillah selama sebulan perawatan dan menjalani terapi khusus, kondisi kedua anak tersebut dilaporkan berangsur membaik. Hal itu juga didukung oleh pendampingan dari pihak keluarga. (ind)