ChanelMuslim.com- Sepekan perang Ukraina Rusia berlangsung. Sudah ratusan nyawa melayang dari kedua belah pihak. Ada sejumlah fakta yang akhirnya terkuak.
Ada sejumlah fakta atau setidaknya pemandangan yang akhirnya terkuak di balik perang Ukraina Rusia. Dan pemandangan ini menjadi data-data nyata tentang sejumlah pihak.
Pertama, Rusia begitu menguasai Eropa.
Awalnya banyak pihak yang akan mengira kalau Eropa yang tergabung dalam Nato akan melakukan perlawanan sengit dan kompak. Nyatanya, Eropa lebih banyak yang diam daripada yang merespon kuat.
Hal ini belakangan baru terkuak kalau asupan energi gas ke Eropa hampir seratus persen dari Rusia. Mulai dari Prancis, Jerman, dan lainnya begitu bergantung dengan gas Rusia.
Bayangkan kalau asupan ini terhenti, Eropa yang saat ini dilanda krisis energi akan tambah sengsara dengan ketiadaan asupan gas itu.
Dengan kata lain, sangsi-sangsi ekonomi yang digembar-gemborkan Barat kepada Rusia boleh jadi hanya sekadar “perang media massa”. Atau bahasa sederhananya, cuma basa-basi.
Bagi Rusia, silahkan Nato mau bertingkah seperti apa pun, Eropa tak akan berani bertindak terlalu jauh. Hal ini karena “nyawa”nya ada di tangan Rusia.
Kecuali jika Eropa sudah bertekad mau hidup susah tanpa asupan energi demi untuk mengalahkan Rusia. Sepertinya, pilihan itu kecil diambil Eropa.
Kedua, Ukraina seperti negara boneka.
Malang nian nasib rakyat Ukraina. Hal ini karena posisi negaranya selalu di antara dua kekuatan: Rusia atau Barat pimpinan Amerika.
Pasca keruntuhan Uni Sovyet, Ukraina bisa hidup aman tanpa gangguan Rusia karena para pemimpinnya “boneka” Rusia. Itulah yang disebut politik kawasan. Atau penjagaan negara adidaya yang mengamankan negara-negara kecil di sekitarnya tidak berada di posisi lawan.
Sebelum Ukrania dipegang Volodymyr Zelensky, Ukraina berada dalam “genggaman” Rusia. Bisa dibilang, presiden Ukraina sebelum itu adalah “boneka” Rusia.
Tiba-tiba, Ukraina berubah. Pada tahun 2019, terjadi arus baru yang akhirnya menaikkan Zelensky menjadi presiden. Bagi Rusia, Zelensky yang sebelumnya sebagai komedian di perfilman Hollywood, tak lebih sebagai boneka Barat.
Dalam tiga tahun terakhir itulah, Rusia seperti membaca adanya pergerakan militer Barat yang moncongnya mengarah ke Rusia.
Boleh jadi, rakyat Ukraina ingin berdiri sendiri sebagai negara yang berdaulat. Tapi apa mau dikata, posisinya menjadi rebutan dua kekuatan besar: Barat dan Rusia.
Ketiga, Amerika dalam posisi dilema.
Amerika tiba-tiba dalam performa yang tidak biasanya. Negara yang kekuatan militernya nyaris ada di mana-mana, seperti tak berdaya menghadapi manuver Rusia.
Ada apa dengan Amerika? Ada kemungkinan negeri ini berada dalam kondisi ekonomi yang tidak sehat. Perang butuh biaya yang super mahal. Tentu saja, jika itu menjadi pilihan, akan kian merontokkan kekuatan ekonomi yang ada.
Jejak militer Amerika terakhir ada di Afghanistan. Beberapa bulan lalu, Amerika hengkang dari negeri Taliban itu. Misterius kenapanya. Ada kemungkinan karena tak sanggup lagi menopang biaya perang yang sangat mahal.
Di sisi lain, Amerika seperti tak pantas menyoal etika negara lain yang melakukan invasi. Bagaimana mungkin Amerika dianggap oleh Rusia dan dunia soal larangan invasi, sementara negaranya sendiri sudah biasa menginvasi negara lain, seperti Irak dan Afghanistan.
Keempat, Cina mendapat informasi berharga tentang Amerika.
Selama ini, “perang dingin” antara Amerika dan Cina sudah meluas kemana-mana. Mulai dari konflik di Laut Cina Selatan, hingga adu pengaruh di Hongkong dan Taiwan.
Konflik terbuka Cina dan Amerika mungkin saja akan terjadi setiap saat. Karena dua kekuatan ini memang sudah saling mengarahkan senjatanya.
Namun begitu, sepertinya selama ini Cina kalah gertak dengan Amerika. Terbukti dengan apa yang terjadi di Taiwan. Cina seperti tak berdaya dengan negara kecil itu karena dibeking oleh Amerika.
Perang Ukraina Rusia saat ini seperti membuka tirai-tirai tentang Barat dan Amerika. Boleh jadi, hal itu sangat dibaca begitu teliti oleh Cina. Dan terlihatlah, seberapa kuat sebenarnya Barat dan Amerika saat ini.
Cina dan Rusia selama ini dikenal bersekutu untuk “menghadapi” kekuatan Barat dan Amerika. Boleh jadi, apa yang dilakukan Rusia saat ini merupakan “permainan” Cina untuk menguak kekuatan asli Barat dan Amerika.
Kelima, Indonesia kena imbas lonjakan harga minyak dunia.
Yang perang memang Ukraina dan Rusia nun jauh di sana. Tapi, imbasnya bisa sampai ke Indonesia. Saat ini saja, harga minyak global sudah berada di atas 100 dolar Amerika per barel. Itu artinya bisa menjadi bencana besar untuk ekonomi Indonesia.
Kenapa? Karena patokan harga minyak dalam APBN sebesar 65 dolar per barel. Dan sebagian besar minyak di Indonesia merupakan impor dari luar.
Minyak atau BBM di negeri ini bukan hanya untuk bahan bakar kendaraan seperti di SPBU. Tapi juga di sektor energi lain seperti listrik. PLN masih bergantung dengan energi BBM.
Semoga saja, perang yang tidak diinginkan semua pihak ini tidak menjadi membesar dan meluas. Karena imbasnya bisa kemana-mana. Termasuk ke soal pangan di Indonesia. [Mh]