ChanelMuslim.com – Berkomunikasi dengan remaja menjadi permasalahan sebagian para orangtua. Pasalnya, fase remaja populer sebagai ‘fase pemberontakan’ yaitu ketika anak ingin mengambil jalan yang berbeda dengan orangtuanya.
Ketua Hikari Parenting School Hifizah Nur, M.Ed. mengatakan bahwa sebenarnya, menjadi orangtua adalah proses belajar sepanjang hayat. Artinya, bukan hanya anak yang belajar, tapi orangtua juga mempelajari setiap tahap perkembangan anak dan belajar bagaimana berkomunikasi dengan anak.
“Sebenarnya memang jadi orang tua itu berarti proses belajar yang terus menerus ya, karena dalam setiap tahap perkembangan anak, kita akan menemukan masalah yang berbeda,” ujar Fifi, panggilan akrab Hifizah Nur, yang juga Dosen Psikologi di Universitas Mercu Buana, Kamis (17/2/2022) saat dihubungi ChanelMuslim.com.
Saat anak bayi, usia dini, masa sekolah dasar, remaja, bahkan saat dewasa, perubahan perkembangan dan pertumbuhan anak, membuat kebutuhan mereka juga berbeda-beda.
Menurut Fifi, tak hanya dari sisi fisik dan psikologis, cara orangtua berkomunikasi dan mengasuh mereka juga perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
“Remaja sebenarnya masa-masa yang unik, di mana mereka sudah punya pola pikir sendiri yang tentu berbeda dari kita, terutama karena pengaruh belajar di sekolah, informasi dari internet atau juga pengaruh sahabat dan lingkungan sekitarnya,” tambah Fifi.
Namun tetap saja, pola pikir itu tetap harus diarahkan, karena mungkin pengaruh-pengaruh dari luar itu tidak selalu sesuai dengan apa yang diajarkan orang tua.
Baca Juga: 11 Cara Orang Tua Mendidik Anak Remaja Bersikap Dewasa
Cara Berkomunikasi dengan Remaja agar Nyaman di Rumah
Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan remaja, Fifi menyarankan agar orangtua tetap memperhatikan dan mendengar pendapat anak-anak remajanya.
“Tentu perlu diperhatikan metodenya, saat berinteraksi dengan remaja, kita perlu tetap menghargai pendapat-pendapat mereka, membuat remaja nyaman saat berinteraksi dengan orang tua itu menjadi hal yang sangat penting,” katanya.
Ibarat bermain layang-layang, ada saatnya orangtua menarik benang, ada pula saatnya mengulur benang sehingga layang-layang tetap terbang.
“Jadi seperti main layangan kalau istilah saya, kadang ditarik, kadang diulur, banyak ngobrol dan diskusi dan mencoba selalu mempererat hubungan dengan mereka,” jelas Ibunda dari Salsa (7) itu.
Fifi menambahkan, membuat remaja merasa nyaman saat di rumah juga sangat penting. Caranya, dengan menghindari pola komunikasi yang memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi label, mengancam, membohongi, dan lain-lain.
“Zaman dulu berbeda dengan kita, karena informasi tidak sederas sekarang. Jadi kalau kita ada masalah dengan ortu, paling kabur ke tetangga atau ke rumah kakek-nenek, tapi zaman sekarang anak bisa tinggal cari di internet, tempat untuk menghilang banyak,” katanya.
Apalagi, lebih ngeri lagi jika mereka berteman dengan orang yang salah di dunia maya. Banyak kasus penculikan atau anak kabur dari rumah karena salah penipuan lewat media sosial.
“Kalau mereka dapat teman yang salah lewat dunia maya itu, nauzubillah min zalik ya, semoga anak-anak kita terhindar dari pengaruh buruk yang bisa didapat dengan mudah,” ungkap Fifi.
Ia menekankan agar para orangtua selalu meningkatkan bonding atau kelekatan dengan anak.
“Jadi mau tidak mau, bonding atau kelekatan dengan anak perlu dikuatkan lagi,” tutupnya.[ind]