ChanelMuslim.com- Ada pertanyaan sederhana, siapa yang lebih gampang bersedekah: orang kaya atau orang miskin?
Jawaban secara logikanya, ya tentu orang kaya. Karena orang kaya lebih punya banyak peluang untuk bersedekah. Uang tersisa masih banyak, dan kalau disedekahkan tidak akan mengganggu pemenuhan kebutuhan pokok mereka.
Artinya, kalau orang kaya bersedekah, tidak akan bikin ia kelaparan, tidak akan bikin ia miskin. Sementara orang miskin, uangnya sangat pas-pasan. Kalau ia bersedekah, jatah kebutuhan pokoknya akan berkurang, dan seterusnya.
Kalau orang kaya bersedekah, tidak ada berat-beratnya di banding orang miskin. Sementara kalau orang miskin bersedekah, konfliknya begitu kompleks, seolah perjuangan antara hidup dan mati.
Benarkah logika itu?
Nggak juga, sih. Orang miskin itu sudah terlatih hidup kekurangan. Ia juga sudah sangat memahami bagaimana hidup tersiksa karena kekurangan dana. Karena hal itu memang drama sehari-hari yang kerap dirasakan.
Jadi, kalau ia punya kelebihan uang, tentu akan dengan begitu mudah untuk bersedekah. Melebihi kecekatan orang kaya untuk melakukan hal yang sama.
Boleh jadi, tidak mudah mengukur kecekatan atau kemudahan bersedekahnya orang miskin dan orang kaya. Ada kemungkinan keduanya sama.
Namun, ada nilai prosentase yang tentunya berbeda. Jika orang miskin bersedekah sebesar seratus ribu rupiah, di saat yang sama orang kaya juga bersedekah dengan jumlah yang sama, maka nilai sedekah orang miskin jauh lebih besar di banding orang kaya. Meskipun keduanya sama-sama ikhlas.
Dalam hal kewajiban, Al-Qur’an seperti membolehkan memaksa orang kaya untuk bersedekah, sementara kepada orang miskin tidak. Meskipun keduanya diberikan stimulus untuk bersedekah.
Kenapa ke orang kaya boleh dipaksa? Mungkin karena kepatutan tadi. Bahwa, tidak ada alasan bagi orang kaya untuk tidak bersedekah, sementara orang miskin sudah sangat pas-pasan.
Bukankah kebutuhan hidup itu relatif? Boleh jadi secara matematis ia tergolong orang kaya, tapi secara konsumtif ia sebenarnya juga pas-pasan.
Di sinilah masalahnya, kebutuhan hidup yang relatif itulah, orang kaya harus dipaksa bersedekah. Karena dalam hidup ini tidak ada kebutuhan hidup yang tercukupi, berapa pun penghasilan seseorang. Akan selalu saja ada kata “kurang”.
Pendek kata, persoalan siapa yang lebih mudah bersedekah antara orang miskin dengan orang kaya, adalah mereka yang memiki keimanan yang memadai.
Hal ini karena keimanan bisa membuka mata hati orang miskin atau orang kaya bahwa harta itu hanya titipan. Dititipkan untuk sementara, dan akan pergi karena dua keadaan: karena harta yang meninggalkannya, atau ia sendiri yang meninggalkan harta untuk selamanya.
Namun, kenapa pandangan umum kerap menilai bahwa orang miskin lebih mudah bersedekah di banding orang kaya; mungkin karena orang kaya jauh lebih akrab dengan harta di banding orang miskin dengan hartanya yang pas-pasan. Pas-pasan artinya sangat minim.
Orang yang akrab dengan sesuatu biasanya lebih cinta daripada orang yang sulit akrab karena memang jarang bertemu.
Wahai orang kaya, paksakan diri untuk bersedekah karena yang disedekahkan itulah harta kita yang sebenarnya. Yang sisanya akan menjadi milik orang lain, esok atau lusa.
Dan kepada orang miskin, Allah subhanahu wata’ala sangat memuliakan mereka yang tetap bersedekah, walaupun sangat membutuhkan. [Mh]