ChanelMuslim.com– Rakyat desa putih begitu bahagia dengan kebaikan rajanya. Walau berlokasi jauh dari kota, jalan utama di desa itu begitu bagus: lebar, kuat, dan halus.
Karena itu, semua warga desa putih begitu memuji kebaikan sang raja. “Syukurnya, kita memiliki raja yang adil dan bijaksana,” ucap tokoh kepala desa suatu kali.
Beberapa minggu sekali, raja melewati jalan desa putih untuk berlibur ke rumah peristirahatannya. Saat itulah, warga desa putih bisa menyampaikan puji-pujian kepada rajanya yang kebetulan lewat.
Baca Juga: Ya Allah, Tunjuki Kami Jalan yang Lurus
Jalan
Namun, keadaan ini berbeda dengan desa sebelahnya, desa kuning. Warga desa di sana sangat membenci raja. Pasalnya, jalan di desa itu jauh dari layak: rusak dan berlubang.
“Dasar raja zalim! Tak ada belas kasih kepada rakyatnya,” ucap tokoh kepala desa suatu kali.
Suatu kali, seorang warga desa putih bertemu dengan warga desa kuning. “Raja kita begitu baik, ya. Bijaksana!” ucap warga desa putih.
“Baik apanya, dia begitu zalim. Buktinya, jalan di desa kami tak pernah diperbaiki sama sekali!”
Beberapa tahun kemudian, dikabarkan bahwa rumah peristirahatan raja sudah dipindah ke desa kuning. Hanya dalam waktu singkat, jalan utama di desa kuning berubah drastis, sangat bagus.
Warga desa kuning pun merasakan kebaikan raja. “Benar, raja kita memang bijaksana,” ucap warga desa kuning suatu kali.
Kini, giliran warga desa putih yang tidak puas. “Bijaksana apanya, jalan di desa kami sekarang sudah tidak seperti dulu, sudah berlubang dan tak terawat,” sergahnya.
**
Tidak jarang, rakyat jelata hanya mampu menerjemahkan baik dan bijaksananya pemimpin dari sudut pandang sempit. Mereka tak mampu membedakan antara kebaikan dengan kepentingan.
Nilailah pemimpin dari pemenuhan apa yang diinginkan rakyat terhadap mereka, bukan apa yang mereka inginkan dari rakyatnya. (muhammad nuh/foto: wikimedia commons)