ChanelMuslim.com – Sekelompok relawan Palestina yang memantau Facebook telah memperingatkan bahwa platform media sosial itu semakin memblokir dan menekan konten yang diposting oleh jurnalis, aktivis, dan influencer Palestina, lapor Anadolu News Agency.
Baca juga: Wartawan Palestina Meningkatkan Alarm atas ‘Penindasan’ Konten di Facebook
Dalam sebuah laporan, kelompok sukarelawan, Sada Social, menyebutkan bahwa Facebook telah membatasi jangkauan akun influencer Palestina baru-baru ini ketika mereka menyoroti masalah lingkungan Syaikh Jarrah dan Jalur Gaza.
Menurut statistik yang dikeluarkan oleh grup tersebut, Facebook telah melarang pengguna menggunakan tagar “Al-Aqsa” pada tahun 2021, di mana banyak aktivis menulis tentang peristiwa yang terjadi di Palestina.
“Facebook dan Instagram telah memblokir sebanyak 1.500 postingan pada tahun 2021. Hampir 44 persen postingan tersebut diposting oleh jurnalis dan institusi media autentik,” kata Iyad Refai, pakar media sosial dan Direktur Sada Social.
Dia mengatakan bahwa akses ke akun yang meliput insiden itu dibatasi melalui algoritme yang mengidentifikasi konten digital, menambahkan bahwa kata-kata baru ditambahkan untuk memperluas praktik pembatasan.
Facebook menangkap kata-kata seperti “untuk mendukung perjuangan Palestina” dan kata-kata lain seperti ini, dan kemudian memblokir akun tersebut. Selain itu, praktik pembatasan telah diperluas ke nama-nama faksi, pemimpin, atau martir Palestina, di samping gambar atau video apa pun yang terkait dengan ini.
“Setelah setiap pelanggaran, kami menghubungi Facebook untuk mengklarifikasi bahwa kami memiliki hak untuk menceritakan kisah kami. Semua diskusi dengan mereka adalah tentang pentingnya memiliki adopsi standar konsep kekerasan dan kebencian yang jelas dan pasti karena kebijakan Facebook tidak ikuti standar PBB tentang kekerasan dan kebencian,” kata Refai.
Dalam pernyataan tahunannya, Sada Social mengatakan, berbeda dengan upaya para pembela hak atas kebebasan berekspresi dan rasa aman di ruang digital, pada tahun 2021 ada kecenderungan yang berkembang untuk memaksakan kekuatan koersif pada praktik masyarakat di ruang digital.
Refai menekankan bahwa, meskipun seruan berulang kali ke Facebook untuk mengakhiri bias yang ditunjukkan terhadap konten Palestina, telah terjadi peningkatan serangan terhadap platform media selama liputan perang dan peristiwa baru-baru ini di Yerusalem. Halaman berita Palestina seperti Maydan Al Quds akhirnya ditarik tahun lalu pada bulan November.
“Ini adalah perusahaan AS dan hukum AS mendefinisikan perjuangan Palestina sebagai tindakan terorisme,” tambahnya.
Menurut statistik tahunan yang dirilis oleh Sada Social, lebih dari 390 warga Palestina ditahan oleh pasukan Israel dan diinterogasi karena menyoroti masalah terkait Palestina di Facebook.[ah/anadolu]